Janji Suci Yang Retak

Janji Suci Yang Retak

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-12-08
Oleh:  ukhty ijahBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
7Bab
6Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Amanda tidak menyangka akan dijodohkan dengan Arman, seorang pemuda dari keluarga konglomerat. Amanda berpikir pernikahannya akan membawa kebahagiaan, tapi kenyataannya tidak seperti harapannya.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Prolog

Amanda Kusumo, gadis berusia sembilan belas tahun, adalah anak sulung dari tiga bersaudara. Ia tinggal bersama keluarganya di sebuah rumah sederhana berukuran sembilan puluh meter persegi—rumah warisan dari Simbah yang penuh kenangan. Ayahnya, Wirjo Kusumo, seorang guru SMP yang juga beternak ayam petelur di halaman belakang. Setiap pagi, telur-telur hasil panen sebagian dijual ke pasar dan sebagian lagi ditetaskan untuk menambah jumlah ternak.

Ibunya, Ningsih, menghabiskan hari-harinya mengurus rumah dan membuka warung kelontong kecil di teras depan. Adik-adiknya pun masih bersekolah. Surya sedang menjalani tahun pertama di Sekolah Teknik Mesin, sementara Adi duduk di kelas empat SD—anak kecil yang tak pernah kehabisan energi maupun rasa ingin tahu.

Setahun telah berlalu sejak Amanda lulus dari SMK jurusan tata boga, jurusan yang cocok dengan hobinya membuat roti dan kue. Kini ia bekerja di sebuah home industry yang memproduksi camilan khas daerah, pekerjaan yang membuat tangannya tak pernah benar-benar bebas dari aroma tepung dan mentega.

---

Sore itu, Amanda berjalan pulang bersama sahabatnya sejak SD, Ayu. Mereka bekerja di tempat yang sama dan rumah mereka hanya dipisahkan oleh jalan kecil, menjadikan mereka hampir selalu berangkat dan pulang bersama. Ayu adalah gadis ceria yang tak pernah kehabisan bahan obrolan; jika mulutnya sudah mulai bercerita, sulit berhenti. Amanda hanya sesekali menimpali sambil tersenyum—kehadiran Ayu membuat perjalanan pulang yang jauh terasa lebih ringan.

Mereka menunggu angkot di tepi jalan. Tak lama kemudian, sebuah angkot berhenti setelah Amanda mengangkat tangan memberi isyarat. Keduanya naik dan duduk berdampingan di kursi paling ujung.

“Baru pulang, Nda?” sapa seorang pemuda dari kursi seberang.

Amanda menoleh dan sedikit terkejut. “Eh, Mas Bram… Darimana, Mas?”

“Dari rumah teman,” jawab Bram dengan senyum ramahnya. “Kebetulan kita satu angkot.” Bram adalah kakak kelas Amanda sewaktu SMP.

“Apa kabar, Nda?”

“Alhamdulillah baik, Mas. Mas Bram sendiri?”

“Baik juga.”

Ayu mendengus pelan, lalu berkata dengan nada menggoda, “Kok cuma Manda yang ditanya? Aku di sini, lho.”

Bram terkekeh. “Eh iya, maaf. Apa kabar, Yu?”

“Baik,” jawab Ayu sambil pura-pura tersinggung.

Obrolan berlanjut. Bram bercerita bahwa ia masih kuliah di Yogyakarta, sedang libur semester, dan pulang kampung untuk sementara. Ia bahkan menjelaskan alasannya naik angkot hari itu—motornya sedang di bengkel.

Ayu kembali menggoda. “Mas Bram, kapan-kapan main dong ke rumah Manda. Dulu kan sering ke sana.”

Amanda langsung menyikut pinggang sahabatnya itu. Ayu hanya meringis penuh kemenangan.

Bram terlihat sedikit salah tingkah namun tetap menjawab, “Iya… nanti Mas main ke sana.” Ia menoleh ke Amanda. “Boleh, kan?”

Amanda menunduk malu. “Boleh, Mas.”

Suasana seketika menjadi canggung. Ayu terkekeh pelan, mencuri pandang ke arah Amanda—ia tahu persis apa yang dirasakan sahabatnya itu. Amanda menyukai Bram sejak SMP, cinta pertama yang tak pernah ia ungkapkan. Bram berasal dari keluarga terpandang—ayahnya seorang juragan dan Kepala Desa—sementara Amanda tumbuh di keluarga sederhana. Perbedaan itu membuat Amanda memilih memendam perasaan.

---

Lima belas menit kemudian, angkot berhenti di depan gapura desa. Mereka berpamitan dengan Bram sebelum turun dan melanjutkan perjalanan pulang.

“Seneng banget ya tadi ketemu idolanya,” goda Ayu sambil menyenggol lengan Amanda.

“Apa sih…” Amanda menggeleng, pipinya memerah.

“Aku tuh gak paham. Kalian berdua saling suka tapi diam-diaman.”

“Mas Bram gak suka sama aku,” bantah Amanda cepat-cepat.

“Siapa bilang? Kamu gak lihat cara dia mandang kamu? Cara dia ngomong sama kamu? Duh, Mandaaa… masa segitu nggak pekanya sih?”

Amanda menertawakan sahabatnya. “Pakar cinta mulai bicara.”

“Pakar cinta yang belum punya pacar,” balas Ayu sambil manyun.

Mereka saling pandang lalu tertawa kecil.

Perjalanan dari gapura ke rumah Amanda hanya sekitar lima menit. Namun sore itu, langkah Amanda terhenti ketika melihat sebuah mobil mewah berwarna hitam terparkir di depan rumahnya.

Mobil siapa? pikirnya. Ayu juga tampak heran.

“Mba!” suara riang memanggil dari belakang. Adi berlari menghampiri dengan plastik kresek penuh jajanan.

“Dari mana, Di?” tanya Amanda.

“Dari warung. Adi beli jajan banyak!”

Amanda mengangkat alis. “Kok banyak banget? Ditabung dong uangnya.”

“Ditabung kok. Ini tadi Adi dikasih uang sama Nenek.”

“Nenek?” Amanda dan Ayu saling pandang.

“Nenek siapa, Di?” tanya Amanda lagi.

Adi mengunyah permen sambil menjawab polos, “Temennya Simbah.”

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Tidak ada komentar
7 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status