Hana merasa sudah tidak sanggup lagu ketika suaminya terus-menerus berlaku kasar padanya. Berkali-kali dia disentuh tadi malam. Namun, tidak ada kelembutan sama sekali.Hana terkesiap ketika mendengar pintu kamar terbuka. Oleh sebab itu, dia menutup tubuhnya dengan selimut ketika petugas hotel masuk ke dalam kamar. Petugas hotel meletakkan pesannya di atas meja makan. Setelah itu, pergi dan menutup pintu. Hana menurunkan selimut itu hingga ke batas dadanya. "Makan!" Daffin memberikan perintahnya, ketika petugas Hotel sudah keluar dari dalam kamar. "Saya akan makan setelah Anda tuan," jawab Hana. Dirinya begitu ingin beristirahat sejenak. Namun, sepertinya Daffin tidak mau menerima alasannya. Terbukti, pria itu menatapnya tajam."Sekarang!" Daffin memberikan perintah.Hana sangat panik ketika mendengar perintah gila suaminya. Dirinya tidak memiliki pakaian, tidak pula boleh menutup tubuhnya dengan selimut. Tidak boleh memakai handuk yang sudah kotor. Apakah ia, akan duduk dengan ta
"Ya ampun! Serem sekali. Rumah sebesar ini aku tinggal sendiri. Hana memandang ke sekelilingnya. Tapi ini lebih enak aku sendiri di sini. Dari pada dia ada disini. Jujur saja, dia itu jauh lebih menakutkan dari pada hantu. Pokoknya serem banget menurut aku," Hana berbicara sendiri.Setelah berhari-hari jarang berbicara, akhirnya perempuan itu bisa juga melepaskan isi hatinya."Sial! Aku lupa, nanyain baju aku! Ya sudahlah, pakai baju ini aja gak pakai ganti." Hana memandang long dress yang dipakainya.Ia berjalan mengelilingi rumah tersebut, Ia masuk kedalam kamar yang diucapkan oleh suaminya.Hana begitu terkejut dan terpesona saat melihat kamar yang sangat luas. Seketika Hana sadar bahwa akan berat untuk membersihkan rumah ini."Aku di tinggal sendiri di rumah ini. Itu artinya, aku bisa pergi kapan saja." Hana tersenyum dengan mata yang terbuka lebar. Lalu, dia memandang ke sekelilingnya, memeriksa adakah CCTV di kamar ini. Namun, dia tidak dapat menemukannya."Aku akan menjadi istr
Duduk sendiri di depan ruang televisi tanpa melakukan apa-apa, membuat matanya mengantuk. Dipandangnya jam yang menempel di dinding yang ternyata sudah jam 10 malam. Pantas perut aku sudah pedih, ah ternyata sudah jam 10. Apa aku makan saja ya." Hana berkata dengan memegang perutnya. "Tapi kalau nanti dia pulang, apa dia marah karena aku sudah makan duluan?" Pusing Hana memikirkan hal ini. "Tapi perut aku sudah pedih sekali, tidak apa aku makan duluan saja. Bila dia pulang, aku akan makan lagi," batinnya. Ia beranjak dari sofa dan berjalan menuju ke ruang makan. Hana memasukkan nasi, sayur asem dan sambal terasi ke dalam piringnya. Menu yang sudah disiapkan ini, begitu sangat menggugah seleranya. "Jangan dipandangi Hana, ayo dimakan." Hana berkata ketika dirinya sudah tidak sabar untuk menyantap hidangan makan malamnya sendiri. Dengan segera, disantapnya menu tersebut."Bila setiap hari makan-makanan enak seperti ini, pasti bisa buat aku gemuk," Hana mengunyah nasi di dalam mulutnya
Setelah melakukan penyatuan yang cukup lama, akhirnya Daffin mencapai pelepasannya. Pria itu berbaring di sebelah isterinya dengan keringat yang membasahi tubuh. Hana terkulai lemas dan tak berdaya. Ia berusaha mengatur napasnya yang sedang naik turun. "Apa ada yang bisa dimakan?" Daffin bertanya setelah memberikan Jeda waktu untuk istrinya beristirahat. Kini ia membutuhkan asupan tenaga setelah melakukan kerja kerasnya di malam hari. Hana tersenyum ketika mendengar pertanyaan suaminya. "Saya tadi sudah masak untuk tuan." Hana menundukkan kepalanya. Ia malu memandang wajah yang saat ini menatapnya."Bagus, aku mau makan." Daffin beranjak dari atas tempat tidur.Hana menganggukkan kepalanya. Meskipun merasa sangat lelah dengan tubuh terasa remuk dan kaki yang teramat pegel. Namun ia tetap mengurus makan Suaminya. "Saya akan memberikan diri dulu, ke kamar mandi.""Tidak usah, nanti saja." Daffin mengambil tisu dan memberikan
Hana terbangun, di lihatnya jam yang ternyata sudah jam 8 pagi. Apa yang dilakukan suaminya, sungguh membuat tenaganya habis terkuras dan lemas. Hingga terlambat bangun seperti ini. Dipandangnya wajah Daffin yang saat ini tertidur lelap. Entah apa yang dirasakannya saat ini. Meskipun wajah suaminya tampan, namun tidak membuat dirinya merasa senang. Apa yang dilakukan Daffin, membuat pesona ketampanannya sudah tidak terlihat lagi. "Mungkin memang sudah seperti ini bila menjadi pengganti. Diperlakukan dengan sangat tidak manusiawi. Sapi jantan aja, mungkin nggak tega melakukan hubungan dengan sapi betina tanpa jeda. Tapi dia beda, tenaganya mungkin lebih kuat daripada sapi. Sepertinya ini orang, keturunan kuda liar. Yang memiliki tenaga kuat dan tidak ada capek-capeknya," batinnya."Ya ampun, kenapa aku harus lihat dia seperti ini." Hana merasa menjadi orang bodoh saat ini. "Sarapan." Hana teringat bahwa dirinya terlambat bangun dan belum membuat sarapan. Ia turun dari atas tempat t
Jantungnya seakan mau lepas dari tempatnya, ketika membalikkan tubuh. pria bertubuh tinggi dan tegap itu sudah berdiri pas di hadapannya. "Tuan kenapa anda mengejutkanku?" Hana mengusap dadanya. "Aku tidak mengejutkanmu, apa kau menganggap aku salah?" Daffin berkata dengan wajah tanpa dosa. Pria itu tersenyum tipis ketika melihat wajah istrinya yang memucat.Hana hanya diam tanpa berani membantah apa yang dikatakan suaminya. "Anda tidak salah tuan, saya yang salah. Jantung saya ini mungkin sangat tidak baik, sehingga terlalu mudah terkejut." Ia tersenyum, menutupi rasa kesalannya."Bagus bila kau menyadarinya." Daffin menatap istrinya."Saya sangat menyadarinya tuan." Walau bagaimanapun saat ini, dirinyalah yang harus mengalah dengan pria setengah gila yang menjadi suaminya. Daffin diam menatap wajah istrinya. Ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Hana. Hana sangat gugup, ketika melihat Daffin yang mendekatkan wajahnya seperti ini. Ia memejamkan matanya ketika pria itu akan me
Hana diam memandang suaminya. "Apa gak malu, gak pakai baju gitu." Hana, malu sendiri ketika melihat suaminya yang berjalan tanpa sehelai benangpun. Dipegangnya dadanya yang sampai saat ini masih berdegup dengan cepat. Setelah selesai mandi, dipakainya pakaian yang diambil dari dalam lemari. Pakaian yang dipilihnya, begitu sangat sempurna melekat di tubuhnya yang mungil. Hana tahu bahwa baju ini, memang ukurannya, bukan ukuran tubuh milik kakak tirinya. Yang mana tubuh kakak tirinya tinggi langsing, tidak sama seperti tubuhnya yang tergolong mungil."Apa kamu sudah selesai memasang bajumu?" tanya Daffin yang berdiri di belakang Hana."Sudah tuan," jawab Hana dengan tersenyum."Sekarang pasangkan pakaianku." perintah Daffin."Ya ampun kenapa nasib aku seperti ini, sudah dapat suami setengah gila, sekarang dapat bayi tua." Hana mengomel dalam hati sambil memandang suaminya."Aku tidak punya waktu menunggu kamu menatap wajah tampan ku," ucap Daffin."Ya tuan, maafkan saya. Wajah anda
Hana duduk di sofa ruang tamu dan menunggu suaminya pulang dari kantor. Dua cangkir kopi dan goreng pisang sudah tersaji di atas meja. Sore ini kondisi cuaca terasa cukup sejuk setelah hujan turun di sore hari. Secangkir kopi dan goreng pisang yang masih dalam kondisi panas, sangat cocok menemani sore. Agar rasanya semakin enak, diberinya toping coklat, keju dan susu kental manis di atasnya. Hana dengan cepat beranjak dari duduknya, ketika mendengar suara mobil suaminya. Ia keluar dari dalam rumah dan berdiri di depan teras, untuk menjemput tuan suami. "Tuan, aku senang anda sudah pulang." Hana mengambil tangan suaminya dan mencium punggung tangan nan lebar tersebut.Daffin memandang istrinya yang sudah terlihat segar, selepas mandi. Rambutnya yang hitam dan panjang, masih terasa basah ketika dipegangnya. Hana mengambil tas dari tangan Daffin. Dengan sangat malu-malu, ia menunjuk keningnya. Mereka sudah melakukan hubungan suami-istri, rasanya tidak apa, bila meminta kecupan di k