Share

Bab 2

Author: Ayesha
Pukul delapan malam. Raka menggandeng tangan putrinya masuk ke rumah. Brielle menatap Anya yang masuk sambil melompat-lompat kecil dengan rambut dikepang dua dan memeluk boneka kelinci berwarna pink di pelukannya.

Begitu Brielle mendekat dan hendak merentangkan tangan untuk memeluk, Anya tiba-tiba mendorong tangan ibunya dengan dua tangan mungilnya. Dia mencemberutkan bibir dan menatap Brielle dengan kesal. "Huh! Aku nggak mau Mama peluk aku!"

Tangan Brielle terhenti di udara.

Sebuah sosok tubuh yang tinggi berjongkok dan memanggil dengan lembut, "Anya."

Anya mencibir dan langsung menyembunyikan wajahnya di pelukan sang ayah. Matanya memerah dan terlihat sangat sedih.

Hati Brielle terasa perih. Putrinya yang baru berusia lima tahun telah diam-diam dicuci otak oleh Devina selama tiga tahun. Ini salahnya sendiri, tidak bisa menyalahkan putrinya.

Brielle menahan perasaan sesak di tenggorokan dan berkata pada Lastri, "Bi Lastri, nanti bantu mandikan Anya ya."

"Baik, Nyonya." Lastri mengangguk.

Begitu Brielle pergi, suara tawa riang Anya langsung memenuhi ruang tamu, disusul suara Raka yang dalam dan penuh kasih.

Media sering menyebut Raka sebagai "pemanja anak" dan Brielle setuju dengan julukan itu. Orang yang paling dicintai Raka di dunia ini adalah putrinya.

Brielle bersandar di kusen pintu, pikirannya melayang ke masa lalu.

Delapan tahun lalu, Raka mengalami kecelakaan parah dan koma selama setahun di rumah sakit milik ayahnya. Brielle yang saat itu diam-diam menaruh hati padanya, memilih untuk cuti kuliah setahun demi bisa merawatnya sepenuh hati.

Setelah Raka sadar, dia menerima pernyataan cinta Brielle. Meski ibu Raka menentang keras hubungan mereka, Raka tetap bersikeras menikahinya. Setahun kemudian, kelahiran Anya seharusnya bisa menjadi pelengkap kebahagiaan rumah tangga mereka.

Namun saat Anya berusia dua tahun, Raka mulai sering melakukan perjalanan lintas negara dan Anya mulai menunjukkan sikap enggan dan menjauh dari Brielle. Saat itu Brielle terlalu lambat menyadarinya. Butuh dua tahun baginya untuk akhirnya mengetahui bahwa ada wanita lain yang telah mengambil perannya sebagai ibu di hati putrinya.

Devina adalah seorang pianis kelas dunia, wanita berbakat di dunia seni, dan juga ... cinta lama Raka.

Kini, Devina juga menjadi "Bibi Devina" yang sangat dikagumi dan disayangi oleh Anya.

Raka memang tidak pernah mengucap penyesalan atas pernikahannya secara langsung. Namun, sikapnya selama dua tahun terakhir telah cukup menjelaskan ketidakpuasannya terhadap pernikahan ini.

Brielle turun ke lantai bawah untuk mengambil segelas air. Baru saja berbelok di lorong, dia mendengar suara Raka sedang menjawab telepon.

"Ya, aku tahu, nanti akan kuingatkan dia untuk sikat gigi. Jangan lupa oleskan salep di jari. Ikuti petunjuk dokter, jangan keras kepala."

Brielle tersenyum getir. Raka sedang menelepon Devina.

Devina dengan telaten mengingatkan Anya untuk menggosok gigi. Tidak sulit untuk menebak bahwa Anya pasti telah makan banyak makanan manis saat makan malam mereka tadi. Itu adalah salah satu cara Devina untuk mengambil hati Anya.

Raka juga membiarkan semuanya begitu saja. Dia tidak pernah menegur ataupun menolak.

"Jangan tidur terlalu larut. Aku tutup ya," ucap Raka, lalu menutup telepon dan bersiap turun ke bawah.

Begitu berbalik, dia melihat Brielle berdiri di sana. Wajah tampannya sempat membeku beberapa detik sebelum akhirnya berkata, "Malam ini kamu yang temani Anya tidur dulu. Aku ada rapat video malam ini, mungkin selesai agak larut."

Dia menoleh ke kalender di dinding, alisnya sedikit berkerut. "Hari ini tanggal delapan. Setelah rapat selesai, aku akan ke kamar kamu," ujar Raka sebelum pergi.

Tanggal delapan adalah jadwal tidur bersama mereka.

Dulu, Brielle pernah menangis dan mengeluh karena merasa tak dianggap sebagai istri, Raka akhirnya mengabulkan permintaannya untuk tidur bersama minimal empat kali sebulan. Tanggalnya pun ditetapkan secara kaku. Tanggal 1, 8, 16, 26. Selama Raka berada di rumah, dia wajib menjalankan kewajiban sebagai suami.

"Aku capek hari ini. Lain kali saja," ucap Brielle pelan, ditujukan pada punggung suaminya yang sudah turun tangga.

Malam itu, Lastri menggendong Anya yang sudah selesai mandi untuk masuk ke kamar. Brielle sudah duduk di ranjang sambil memegang buku cerita favorit Anya.

"Anya, sini sayang. Mama bacakan cerita, ya," kata Brielle sambil tersenyum.

Anya mendongak dan berkata pada Lastri, "Bibi, aku mau dinosaurus kecilku."

"Oke, Bibi ambilkan ya," jawab Lastri, lalu keluar mencari boneka.

Brielle dengan sabar menunggu. Tak lama kemudian, Anya kembali sambil memeluk boneka dinosaurus kecil dan naik ke tempat tidur di sampingnya. Boneka itu adalah hadiah ulang tahun keempat dari Devina, dibeli saat mereka di luar negeri. Sejak saat itu, boneka itu jadi teman tidur wajib Anya dan diberi nama "Bebe".

Di bawah cahaya lampu, tubuh kecil Anya yang baru selesai mandi sangat harum dan bersih, kulitnya juga lembut dan wangi. Brielle tak kuasa menahan diri. Dia mengecup pelan kepala mungil putrinya.

Tak disangka, Anya mendorong wajah Brielle menjauh. "Aku nggak mau Mama cium!"

Dada Brielle terasa nyeri. "Anya!" panggilnya lembut.

"Kamu nggak pernah temani aku, nggak beliin aku makanan enak, kamu juga nggak suka aku. Huh! Aku juga nggak mau suka Mama!" Anya menyilangkan tangan kecilnya dan memalingkan wajah dengan kesal.

Hati Brielle terasa semakin sesak. Dia mengangkat tangan hendak mengelus dan menenangkan Anya.

Namun, tatapan Brielle justru membuat Anya semakin marah. Seolah-olah merasa sangat tersakiti, dia tiba-tiba menangis keras, "Papa! Aku mau Papa! Aku mau tidur sama Papa!"

Tak lama kemudian, Raka muncul sambil membuka pintu. Melihat ayahnya, tubuh kecil Anya langsung bangkit dan berlari ke arahnya. Raka memeluknya, lalu bertanya, "Ada apa, Sayang?"

"Aku mau tidur sama Papa. Aku nggak mau tidur sama Mama!" Anya merengek manja sambil menyandarkan tubuh kecilnya ke pelukan sang ayah.

Raka mengelus kepala putrinya dan terkekeh pelan, "Kalau begitu, Papa tidur sama kalian, ya?"

Anya mengangguk penuh semangat.

Brielle menggeser posisi tidur untuk memberi ruang bagi mereka. Barulah Anya masuk ke dalam selimut dengan tenang. Raka pun merebahkan diri di sisi lain tempat tidur dam merentangkan lengannya agar Anya bisa tidur dalam pelukannya.

Lengan Raka yang panjang tak sengaja menyentuh bahu Brielle. Tubuh Brielle langsung kaku, lalu perlahan bergeser ke tepi ranjang.

Anya mengeluarkan suara seperti anak kucing yang manja, lalu memejamkan mata dalam pelukan hangat ayahnya. Brielle pun memejamkan mata, bersabar menunggu Raka pergi dari kamar.

Sekitar 20 menit berlalu, Anya akhirnya tertidur. Raka menarik lengannya dengan perlahan, lalu membetulkan selimut putrinya dengan lembut. Dia membungkuk dan mencium kepala Anya dengan penuh kasih.

Brielle tahu, biasanya setelah mencium Anya, Raka juga akan refleks mencium dirinya. Jadi, dia membalikkan badan untuk memunggungi Raka.

Begitu mendengar langkah kaki menjauh dan pintu tertutup, barulah Brielle membuka mata. Dia membalikkan tubuh dan menarik putrinya ke dalam pelukannya.

Tangan mungil Anya meraba ke arahnya. Seperti yang biasa dia lakukan sejak kecil, dia mencari pipi ibunya sebagai sumber rasa aman. Wajah yang lembut dan hangat itu menempel erat di dada Brielle.

Dahi mereka saling bersentuhan. Bagi Brielle, Anya adalah segalanya. Buah hati yang dia kandung selama sembilan bulan dan dilahirkan dengan nyawa sebagai taruhannya. Dari pernikahan ini, satu-satunya hal yang ingin dia bawa pergi adalah putrinya.

Jika Devina menginginkan posisi Nyonya Pramudita, Brielle bisa menyerahkannya. Namun kalau wanita itu berani merebut putrinya, dia tidak akan pernah membiarkannya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 100

    Brielle berbalik menatap pria di belakangnya, menyilangkan tangan di dada dengan senyuman sinis di ujung bibir. Kemudian, dia berbalik dan naik ke lantai atas.Raka menggertakkan giginya. Sepasang mata di bawah alis yang berkerut itu menyimpan emosi yang jauh lebih rumit.....Brielle tidur bersama Anya malam itu. Setelah Raka mandi, dia datang menemani sebentar. Beberapa kalimat ringan dari Anya dengan suara kekanak-kanakan membuat Raka terkekeh-kekeh."Putri kecil Papa," gumam Raka sambil memeluk dan mencium pipi Anya sebelum keluar kamar.Namun, sebelum keluar, dia tiba-tiba berhenti di sisi Brielle, menunduk, dan mencium keningnya.Tubuh Brielle langsung menegang selama beberapa detik. Dia menahan diri agar tidak bereaksi di depan Anya. Setelah Raka pergi, dia buru-buru menyeka keningnya dengan lengan baju.Dini hari, Raka berbaring di ranjang dengan lengan menjadi bantal di bawah kepala. Tangan satu lagi memegang ponsel. Dia memutar sebuah video lama, video dari delapan tahun lalu

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 99

    "Ya, nanti aku antar dia ke sana," jawab Raka."Menyebalkan! Brielle makin hari makin keras kepala. Kalian sudah menikah enam tahun, tapi dia masih seperti anak kecil, benar-benar nggak dewasa!" Meira tak tahan lagi, mulai mengeluh kepada putranya."Nanti aku akan bicara dengannya." Raka mencoba menenangkan ibunya."Dulu aku memang nggak setuju kalian menikah, sekarang terbukti, 'kan? Dia bukan hanya nggak tahu diri, tapi juga nggak tahu cara menghargai orang lain." Meira benar-benar tidak bisa menahan emosinya hari ini.Saat ini, terdengar suara batuk ringan dari belakang yang membuatnya terkejut. Dia menoleh dan melihat mertuanya berdiri di belakang. Dia buru-buru berkata ke telepon, "Nak, aku tutup dulu."Emily mendengar semua yang dikatakan Meira tadi. "Kamu ini sudah tua, masih saja ribut sama Brielle.""Ibu nggak tahu tadi dia sekeras apa. Kalau dia anakku, sudah aku didik sejak awal. Tapi karena dia menantu, aku berusaha tahan," keluh Meira.Emily melirik sekilas. "Kamu nggak sa

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 98

    "Aku nggak mau pergi," ucap Brielle dengan datar."Kenapa begitu? Tanggal 1 Mei 'kan nggak perlu lembur."Brielle tidak memberi penjelasan, lalu bangkit menuju laboratorium. Di belakangnya, Cherlina masih mengejarnya. "Tiket ini harganya 4 juta lho!"Tak lama kemudian, Cherlina mendatangi Faye dan mulai mengeluh, "Apa maksud Brielle? Kamu berniat baik kasih tiket, tapi dia malah nggak terima."Faye mendengus. "Aku sudah perkirakan dia nggak akan terima.""Jangan-jangan dia masih dendam soal kamu rebut posisi wawancaranya waktu itu?"Meskipun dia kelihatan tenang, bukan berarti dalam hati dia nggak marah." Faye yakin Brielle pasti menyimpan dendam itu seumur hidup."Kalau dia nggak ikut, kita saja yang pergi. Dua puluh tiket yang kamu bagikan sudah disebar semua. Semua orang nggak sabar buat datang!""Kak Harvis sudah terima tiketnya?" tanya Faye."Aku kasih ke asistennya, Mina. Dia nggak ada di kantor tadi."Faye diam-diam berharap. Kalau Harvis ikut, mereka bisa menikmati malam yang i

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 97

    Devina menatap Brielle. "Brielle, kalung malam ini untukmu saja. Kamu jangan marah ya?"Brielle termangu sesaat, lalu menatap mata Devina yang penuh senyuman licik dan perhitungan."Kamu boleh ambil sesukamu semua barang yang nggak aku inginkan." Selesai berbicara, Brielle melirik ke arah pria di sisi Devina.Sebuah kalimat dengan makna ganda.Raka mendengarnya dan menatap Brielle sambil menyipitkan mata, seolah-olah ingin menelusuri makna ucapannya.Devina juga memperhatikan Brielle dengan cermat. Dia merasakan sesuatu yang aneh, seolah-olah Brielle yang sekarang bukan lagi orang yang sama seperti setengah tahun lalu.Dulu emosi dan isi hati Brielle mudah ditebak, tetapi kini dia seperti lawan yang tak mudah dibaca.Tepat saat itu, Harvis dan Lukas tiba. Lukas tersenyum dan bertanya, "Pak Raka, sudah selesai bicara?"Raka mengangguk, lalu berkata kepada Devina, "Ayo, kita pergi."Tak lama kemudian, Lukas, Harvis, dan Brielle pun dipersilakan masuk untuk bertemu dengan Chiva.Raka dan

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 96

    Belasan barang lelang amal berikutnya pun terjual dalam sekejap. Devina berhasil mendapatkan barang lelang termahal malam ini.Acara makan malam resmi dimulai. Alunan musik lembut memenuhi ruangan, aroma anggur mewah menyebar di udara. Para tamu masih asyik membicarakan barang-barang yang baru saja dilelang.Brielle menoleh ke arah Lukas dan bertanya, "Kak Lukas, sekarang sudah hampir jam 9. Kapan kita bisa bertemu Madam Chiva?""Seharusnya sebentar lagi," jawab Lukas.Tiba-tiba, lampu berubah menjadi lampu untuk pesta dansa. Musik berubah menjadi irama pelan dan pasangan-pasangan mulai melangkah masuk ke lantai dansa.Thoriq memberanikan diri mengajak Faye berdansa, tetapi Faye langsung menolak dengan alasan tidak bisa berdansa. Thoriq merasa agak canggung, sementara Faye justru menatap penuh harap ke arah Harvis. Dia berharap Harvis akan mengajaknya.Saat ini, ponsel Lukas menyala. Dia melihat pesan dan langsung berkata kepada Harvis dan Brielle, "Kalian berdua ikut aku sekarang."Br

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 95

    Baru saja Brielle memilih tempat duduk, dua wanita cantik yang mengenakan gaun malam mewah ikut duduk di hadapannya. Brielle tahu mereka adalah selebritas terkenal."Bukankah dulu ambasador Yayasan Kasih adalah orang lain? Kok sekarang malah jadi Devina?""Grup Pramudita dan Yayasan Kasih memang sudah lama kerja sama. Gampang saja kalau mau ganti ambasador.""Iri banget!""Itu sudah keberuntungannya. Setahuku, Devina sudah bertahun-tahun bersama Raka. Selama itu, Raka menolak semua wanita. Dari awal sampai sekarang, cuma Devina satu-satunya.""Masa sih?""Aku dengar perusahaannya JK awalnya sudah pesan stadion duluan, tapi konsernya jadi diundur ke bulan Agustus. Stadion akhirnya dipakai buat konser Devina.""JK si penyanyi terkenal saja kalah sama dia?"Brielle termenung. Dia tahu JK adalah superstar selama sepuluh tahun terakhir, bahkan dianggap sebagai legenda di industri musik.Beberapa saat kemudian, asisten kedua selebritas itu datang dan mengajak mereka kembali ke aula utama. Br

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status