Share

Bukan Mantan Biasa
Bukan Mantan Biasa
Author: Ayesha

Bab 1

Author: Ayesha
Kota Amadeus. Malam badai.

Brielle Sudarma menghubungi suaminya, Raka Pramudita. Telepon tersambung, tetapi tak diangkat.

Di dalam pelukannya, sang putri menggigil karena demam tinggi hingga mencapai 40 puluh derajat. Dalam keadaan setengah sadar, si kecil terus memanggil, "Papa ... Papa ... aku mau Papa ...."

Brielle buru-buru menggendong putrinya turun ke bawah, lalu berkata pada pembantunya, Lastri, "Bi Lastri, kita ke rumah sakit."

"Perlu tunggu Tuan pulang dulu?" tanya Lastri.

"Nggak usah."

Malam ini adalah ulang tahun cinta lama Raka. Dia tidak akan pulang.

Hati Brielle lebih dingin dari hujan deras di luar sana. Di pelukannya, kedua pipi anaknya sudah memerah karena panas yang begitu tinggi, tubuh kecilnya mengerang lirih menahan sakit. Namun, ayahnya malah sedang menghadiri pesta wanita lain.

Di jalan menuju rumah sakit, hujan deras mengguyur. Brielle cemas melihat suhu tubuh putrinya yang terus naik. Dia menginjak pedal gas hingga kandas. Tiba-tiba, sebuah mobil menyalip dari sisi kiri. Brielle buru-buru menyalakan lampu hazard sebagai peringatan, tetapi mobil itu tetap melaju lurus ke arahnya.

Brielle refleks memutar setir ke samping. Mobilnya menghantam pembatas jalan.

Dari kursi belakang, Lastri memeluk anak kecil itu erat-erat sambil menjerit ketakutan.

Untungnya, Brielle sempat menginjak rem. Bagian depan mobil hanya menabrak tiang batu kecil sehingga tidak terlalu parah. Namun di detik itu juga, air mata Brielle mengalir deras tak terkendali.

Selama bertahun-tahun, perasaan tertekan dan kesedihan yang menumpuk dalam diam, semuanya menerjang di saat bersamaan.

Melihat sosok di balik kemudi yang terisak diam-diam dengan bahu berguncang, Lastri ikut merasa perih dan berseru cemas, "Nyonya, Nyonya ... kita harus buru-buru ke rumah sakit! Badan Anya semakin panas!"

Brielle baru tersadar bahwa anaknya masih dalam kondisi bahaya. Dia segera memundurkan mobil dan melaju menuju rumah sakit.

Sesampainya di sana, Brielle langsung menggendong Anya turun. Saat si kecil harus menjalani pemeriksaan darah dan jarinya akan ditusuk, dia menolak dan menangis sekuat tenaga. Brielle terpaksa menahan tangan mungil itu. Mendengar suara tangisan anaknya yang histeris, hati Brielle juga ikut tercabik-cabik.

Anya menderita infeksi virus. Selain itu, yang menyerangnya bukan hanya satu virus. Setidaknya ada tujuh jenis virus ganas terdeteksi dalam tubuh Anya. Hasil CT menunjukkan kedua paru-parunya telah berubah menjadi putih.

"Keadaan anak Ibu sangat serius saat ini. Kami menyarankan untuk segera melakukan tindakan cuci paru," kata dokter dengan tegas.

Lastri yang berdiri di samping, ikut terkejut mendengar itu. "Apa? Anak sekecil ini, apa bisa dilakukan cuci paru?"

Brielle mengambil hasil CT scan paru-paru dari tangan dokter dan memeriksanya dengan saksama. Dokter yang berdiri di samping tampak sedikit terkejut. "Ibu ngerti?"

Brielle mengangguk, lalu membuat keputusan. "Dokter, tolong atur jadwal operasi cuci paru setelah demam putriku turun."

Lastri tak kuasa untuk bertanya, "Nyonya, apa nggak sebaiknya dibicarakan dulu dengan Tuan?"

Brielle menatap putrinya yang berada dalam pelukannya. Dia mengusap kening si kecil yang masih memerah karena demam, lalu berkata dengan suara mantap, "Nggak perlu."

Di saat itu, seolah dia telah membuat keputusan besar dalam hidupnya.

....

Tiga hari kemudian.

Brielle menemani putrinya yang baru saja selesai menjalani operasi cuci paru. Dia duduk di sisi ranjang sambil menatap wajah mungil Anya yang pucat. Saat itu, ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk.

[ Ada apa? ]

Hanya dua kata singkat, tapi sarat dengan arogansi seseorang yang merasa berada di atas segalanya. Brielle meletakkan ponselnya kembali tanpa membalas.

Sementara itu di pantri, ponsel Lastri berdering. Begitu melihat layar, dia langsung menjawab, "Halo, Tuan."

"Apakah ada sesuatu yang terjadi di rumah?"

Lastri tercekat sejenak. "Ng ... nggak ada apa-apa, Tuan. Apa Tuan sedang ada di dalam negeri?"

"Ya."

"Baik, Tuan. Silakan lanjutkan pekerjaan. Di rumah nggak ada masalah, jangan khawatir."

Setelah telepon ditutup, Lastri tak kuasa bergumam, "Kenapa ya, Nyonya nggak mau saya kasih tahu soal semua ini ke Tuan .... Padahal Tuan ternyata ada di dalam negeri ...."

Di kamar rawat, Brielle masih menggenggam tangan Anya. Matanya yang sembap dan memerah akhirnya terpejam, tetapi hatinya tetap gelisah dan sulit terlelap.

Tiba-tiba, Anya menggeliat seperti sedang mengalami mimpi buruk. Tangan kecilnya meraba-raba udara, mulutnya bergumam, "Papa ... Bi Devina ... aku takut ... aku takut ...."

Brielle buru-buru menggenggam tangan putrinya. "Mama di sini."

Namun, saat Anya membuka mata dan melihat ibunya, dia langsung membalikkan badan dengan kesal, "Aku nggak mau Mama ... aku mau Bi Devina ...."

Brielle menahan air mata yang nyaris tumpah. Dia hanya bisa menepuk pelan punggung putrinya, mencoba menenangkan agar si kecil kembali tertidur.

Hari ketujuh, Brielle menggendong Anya keluar dari rumah sakit dan pulang ke rumah. Akhirnya, tubuhnya benar-benar tumbang karena kelelahan. Dia meminta Lastri untuk menemani Anya sejenak, sedangkan dia naik ke lantai atas untuk tidur satu jam.

Ketika dia terbangun dan turun ke bawah, Lastri terlihat sedikit panik. "Nyonya sudah bangun. Tadi Tuan sempat pulang ... dan membawa Anya keluar makan malam."

Tenggorokan Brielle terasa tercekat. Dia membalikkan badan tanpa bersuara, lalu kembali masuk ke kamar.

Di lantai bawah, Lastri menghela napas panjang. "Padahal punya suami, tapi Nyonya harus menjalani hidup seberat ini ...."

Brielle meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Raka. Telepon tersambung. Namun yang terdengar bukan suara suaminya, melainkan tawa seorang wanita. "Raka lagi bawa Anya ke toilet, ada perlu apa?"

Napas Brielle tercekat. Dia menggigit bibir, lalu menutup telepon tanpa menjawab.

Setelah itu, Brielle memejamkan mata. Laki-laki yang dulu dinikahinya dengan penuh keyakinan meski ditentang ayahnya, hingga dia harus meninggalkan pendidikannya demi pernikahan itu ... akhirnya malah membuatnya hancur.

Brielle masih ingat betul hari pernikahannya. Saat itu, sang ayah pernah bertanya diam-diam, "Suatu hari nanti kamu nggak akan menyesal, 'kan?"

Dengan senyum bahagia, Brielle menjawab, "Ayah, tenang saja! Aku nggak akan pernah menyesal."

Demikianlah, dia mengorbankan pendidikan dan melangkah masuk ke dalam pernikahan.

Dua tahun lalu, Brielle mendapati putrinya diam-diam menelepon Devina di kamar Raka. Hubungan mereka terlihat sangat akrab, seperti ibu dan anak.

Pada perjalanan menuju rumah sakit hari itu, Brielle akhirnya sadar. Dia menyesali pernikahan ini.

Sudah waktunya diakhiri. Seberapa besar pun usahanya mempertahankan pernikahan dengan pria yang tidak mencintainya, pada akhirnya hanya akan menyisakan luka. Sisa hidupnya ... harus dia gunakan untuk mencintai dirinya sendiri.

Ponselnya kembali berbunyi, sebuah notifikasi email yang masuk.

Brielle bangkit dan menuju ke ruang kerja di lantai tiga. Dia membuka laptop, masuk ke email, dan mengklik pesan yang baru masuk. Alamat pengirimnya berasal dari Departemen Riset Medis Universitas Kedokteran ternama dunia.

Brielle memejamkan matanya sembari bergumam, "Ayah, kamu benar. Terima kasih telah memberiku jalan keluar."

Dalam benaknya, kembali terngiang pesan ayahnya sebelum meninggal, "Putriku nggak boleh jadi orang nggak berguna. Kamu harus jadi kebanggaanku. Kalaupun sudah menikah nanti, kamu tetap nggak boleh menyerah pada studimu."

Selama enam tahun, Brielle terus bertahan. Tanpa sepengetahuan siapa pun, dia diam-diam menyelesaikan pendidikan yang dulu diberikan ayahnya kepadanya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Renadwijo
Anyaa..dasar bocah...ga tau kalo ayahnya diganggu pelakor nak
goodnovel comment avatar
Renadwijo
malangnya Brielle...punya suam meni gitu pisan
goodnovel comment avatar
Winwin Tri Winwin
mampirrr ahhh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 566

    "Nek, jangan alihkan topik. Pokoknya soal rujuk, aku orang pertama yang nggak setuju." Raline mengangkat tangan tinggi-tinggi.Emily mendengus. "Memangnya perlu persetujuanmu? Ini urusan kakakmu dan Brielle.""Itu makin nggak mungkin. Kakak nggak pernah menjilat ludah sendiri. Dia nggak cinta Brielle. Masa kalian semua nggak bisa lihat?" Raline mencoba menyadarkan neneknya."Sudahlah, baru pulang kok langsung bikin nenekmu kesal? Pergi mandi sana. Seluruh badanmu bau parfum." Meira kurang suka dengan bau parfum campuran di tubuh putrinya.Raline menjulurkan lidah. "Aku bilang yang sebenarnya. Kakak akhir-akhir ini sering kencan sama Kak Devina di Negara Danmark. Kalian malah suruh dia pulang buat rujuk. Mana mungkin!""Kamu yakin kakakmu dan Devina benar-benar kencan?" Emily langsung menoleh dan bertanya."Tentu saja, Kak Devina sendiri yang bilang ke aku. Mana mungkin bohong." Raline berkata dengan penuh percaya diri.Meira memberi isyarat dengan mata kepada putrinya, agar jangan teru

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 565

    "Di perjalanan, Anya meletakkan pialanya di samping dan kembali bermain dengan mainannya. Brielle menoleh ke belakang dan melihat putrinya sama sekali tidak terlalu menggantungkan diri pada rasa bangga itu. Dia malah merasa sedikit lega, anak-anak seharusnya tetap memiliki sifat polos dan alami mereka.Kediaman Keluarga Pramudita.Baru saja selesai menonton siaran langsung, Meira dan Emily sangat gembira. Melihat Anya yang masih kecil bisa tampil tenang dan stabil di panggung, mereka merasa bangga luar biasa."Kenapa Devina juga ada di sana? Kenapa Raka mengundang dia untuk jadi juri?" tanya Emily dengan nada penuh keluhan.Meira juga bingung. Dia pikir Devina masih ada di Negara Danmark! Terakhir kali, putrinya juga bilang kalau Devina sedang berada di sana. Jadi, apakah benar Raka sengaja memanggil Devina pulang hanya demi menjadi juri lomba cucunya?"Aku juga nggak tahu. Tapi Anya tampil bagus sekali. Nanti mungkin saja ...."Namun ucapan Meira belum selesai, langsung dipotong oleh

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 564

    "Terima kasih, Vivian." Anya menerima bunga itu dengan senang hati. Dua gadis kecil itu bahkan saling berpelukan dengan gembira."Anya tampil sangat hebat malam ini," puji Lambert. "Paman bangga padamu.""Terima kasih, Paman Lambert," jawab Anya sopan.Brielle juga mengangguk pada Lambert dengan penuh syukur. "Terima kasih atas bunganya."Tatapan Lambert melembut saat melihat Brielle. "Nggak perlu berterima kasih, itu sudah seharusnya." Lalu, dengan nada yang penuh makna, dia menambahkan, "Di mataku, Anya dan Vivian seperti anak-anakku sendiri."Brielle belum sempat menjawab ketika suara laki-laki yang rendah dan dalam terdengar dari belakang。 "Lambert, kapan kamu pulang?"Brielle menoleh. Raka berdiri di sana, jelas mendengar kalimat Lambert barusan.Lambert tersenyum kecil. "Minggu lalu."Saat itu, suara ketukan sepatu hak tinggi terdengar nyaring melangkah mendekat. Dalam balutan gaun putih elegan, Devina berjalan dengan wangi parfum khasnya, aroma yang dulu pernah Brielle cium di p

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 563

    Seiring musik pengiring mengalun, jari-jari kecil Anya menari lincah di atas tuts hitam-putih. Alunan nada mengalir mulus dan merdu memenuhi seluruh aula.Brielle diam-diam mengikuti ritme dan menghitung ketukan putrinya. Dia mendapati bahwa kali ini Anya bermain sangat stabil. Malah Brielle sendiri yang tegang hingga telapak tangannya sedikit berkeringat.Di meja juri, Devina sedikit memiringkan kepala, tatapannya jatuh pada Anya. Di layar besar, muncul wajah Devina yang menatap lembut ke arah gadis kecil itu.Anya tampil stabil hingga akhir. Begitu lagu selesai, aula langsung dipenuhi tepuk tangan meriah. Anya membungkuk manis ke arah para juri, dengan senyum percaya diri menghiasi wajah mungilnya.Pembawa acara berjongkok sambil tersenyum. "Terima kasih kepada Anya atas penampilan yang luar biasa. Selanjutnya, silakan para juri memberikan komentar dan skor."Para juri satu per satu memberikan nilai sangat tinggi. Ketika giliran Devina, dia menerima mikrofon dan berkata lembut, "Perm

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 562

    Melihat Raka sengaja menahannya hanya untuk mengatakan hal itu, Brielle merapikan berkas lalu bersiap pergi. Raka menatap sosoknya yang keluar dari ruangan. Mengingat Anya akan naik panggung untuk tampil, mata Raka memancarkan sedikit rasa bangga sebagai seorang ayah.....Besok adalah hari Sabtu, hari di mana Anya akan tampil untuk kompetisi. Demi itu, Brielle sengaja mencari tahu daftar para juri. Dari daftar yang diberikan stasiun TV, dia tidak melihat nama Devina, dan hal itu membuat Brielle sedikit mengembuskan napas lega.Dia tidak ingin putrinya kembali berhubungan dengan wanita itu. Sekalipun dia bisa memberi tahu putrinya bahwa Devina adalah orang ketiga dalam hubungan ayahnya, hal itu tetap tidak akan mengubah apa pun.Malam harinya, Brielle kembali memberikan sedikit persiapan mental untuk putrinya. Melihat Anya yang wajahnya penuh antusias, sama sekali tidak tampak gugup atau takut panggung, Brielle pun ikut merasa lega.Sabtu pagi.Di belakang panggung studio TV, sudah dat

  • Bukan Mantan Biasa   Bab 561

    Senyum di sudut bibir Brielle mendadak membeku selama beberapa detik."Papa pasti juga sangat ingin melihat aku tampil. Mama, ayo kita cepat pulang buat latihan piano!" Anya menarik tangan ibunya menuju mobil.....Setibanya di rumah, Anya mencuci tangan, makan sedikit buah, lalu langsung duduk di depan piano untuk berlatih. Brielle menemani di sampingnya, memberikan arahan. Ini adalah pertama kalinya putrinya tampil di televisi. Tidak peduli dapat juara atau tidak, berani naik panggung saja sudah luar biasa.Brielle menatap wajah kecil Anya yang fokus memainkan piano, hatinya campur aduk antara merasa bangga dan juga sentimental.Setelah menyelesaikan satu lagu, Anya mengangkat kepala dan bertanya penuh harapan, "Mama, aku mainnya bagus nggak?""Bagus sekali." Brielle mengusap lembut kepala putrinya. "Kalau kita lebih banyak latihan, nanti saat tampil kamu bisa bermain lebih baik.""Ya!" Anya mengangguk penuh semangat, lalu melanjutkan latihan.Hari-hari berikutnya, Anya berlatih deng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status