MasukSelama enam tahun pernikahan, Brielle Sudarma selalu menjalankan perannya sebagai Nyonya Pramudita dengan sepenuh hati. Baru belakangan dia tahu, ternyata Raka selama ini menghidupi cinta pertamanya di luar negeri. Dulu Brielle mengira, hati sedingin apa pun tetap akan bisa luluh suatu hari karena ketulusan. Namun saat wanita itu memenangkan penghargaan internasional dan mengadakan pesta kemenangan, Brielle hanya bisa menatap anak perempuannya dibawa masuk ke ruang operasi yang dingin. Saat itulah, dia baru benar-benar sadar. Akhirnya, Brielle menarik kembali perasaannya yang selama ini dianggap tak berharga. Kemudian, dia menyerahkan surat cerai, lalu pergi bersama putrinya tanpa menoleh sama sekali. .... Setelah kembali menekuni karier, Brielle yang dulunya hanyalah ibu rumah tangga, berubah menjadi sosok yang paling dicari dalam dunia medis. Makalah ilmiahnya diterbitkan di jurnal internasional paling bergengsi dan penelitiannya memenangkan penghargaan dari berbagai negara. Ketika dia tampil memukau di hadapan dunia dan memutuskan untuk memberi dirinya sendiri kesempatan meraih kebahagiaan yang baru, pria yang selama ini begitu angkuh itu, akhirnya runtuh pertahanannya. Raka kehilangan akal sehatnya. Dia berlutut di hadapan Brielle dengan mata yang sembap dan memohon dengan rendah hati, "Brie ... jangan tinggalkan aku ...."
Lihat lebih banyakMelihat Raka sengaja menahannya hanya untuk mengatakan hal itu, Brielle merapikan berkas lalu bersiap pergi. Raka menatap sosoknya yang keluar dari ruangan. Mengingat Anya akan naik panggung untuk tampil, mata Raka memancarkan sedikit rasa bangga sebagai seorang ayah.....Besok adalah hari Sabtu, hari di mana Anya akan tampil untuk kompetisi. Demi itu, Brielle sengaja mencari tahu daftar para juri. Dari daftar yang diberikan stasiun TV, dia tidak melihat nama Devina, dan hal itu membuat Brielle sedikit mengembuskan napas lega.Dia tidak ingin putrinya kembali berhubungan dengan wanita itu. Sekalipun dia bisa memberi tahu putrinya bahwa Devina adalah orang ketiga dalam hubungan ayahnya, hal itu tetap tidak akan mengubah apa pun.Malam harinya, Brielle kembali memberikan sedikit persiapan mental untuk putrinya. Melihat Anya yang wajahnya penuh antusias, sama sekali tidak tampak gugup atau takut panggung, Brielle pun ikut merasa lega.Sabtu pagi.Di belakang panggung studio TV, sudah dat
Senyum di sudut bibir Brielle mendadak membeku selama beberapa detik."Papa pasti juga sangat ingin melihat aku tampil. Mama, ayo kita cepat pulang buat latihan piano!" Anya menarik tangan ibunya menuju mobil.....Setibanya di rumah, Anya mencuci tangan, makan sedikit buah, lalu langsung duduk di depan piano untuk berlatih. Brielle menemani di sampingnya, memberikan arahan. Ini adalah pertama kalinya putrinya tampil di televisi. Tidak peduli dapat juara atau tidak, berani naik panggung saja sudah luar biasa.Brielle menatap wajah kecil Anya yang fokus memainkan piano, hatinya campur aduk antara merasa bangga dan juga sentimental.Setelah menyelesaikan satu lagu, Anya mengangkat kepala dan bertanya penuh harapan, "Mama, aku mainnya bagus nggak?""Bagus sekali." Brielle mengusap lembut kepala putrinya. "Kalau kita lebih banyak latihan, nanti saat tampil kamu bisa bermain lebih baik.""Ya!" Anya mengangguk penuh semangat, lalu melanjutkan latihan.Hari-hari berikutnya, Anya berlatih deng
"Performa klinis obat baru sejauh ini cukup baik. Hanya saja masih sedikit kurang dari target yang kita harapkan. Tapi karena kondisi tiap pasien berbeda, hasilnya juga bervariasi. Sudah ada tiga pasien tahap awal yang berhasil sembuh total, itu sudah merupakan sebuah keajaiban."Brielle mengangguk. Dia menata kembali perasaannya. Memang, saat menyangkut pekerjaan, dia tidak pernah akan lalai.Bukan karena Raka, tetapi karena rasa tanggung jawabnya."Begini saja! Aku berikan kamu libur tiga hari. Istirahatlah betul-betul sebelum kembali bekerja," ujar Madeline sambil menepuk bahunya.Brielle mengangguk. Beberapa hari ini, dia memang terlalu tegang.....Setelah jam kerja, Brielle datang menjemput putrinya. Baru saja turun dari mobil, seseorang juga turun dari mobil lain. Pria itu mengenakan setelan biru tua, tampak seperti baru saja kabur sebentar dari kantor untuk datang ke sini.Orang itu adalah Lambert.Hari pertama Lambert kembali ke negara ini, dia langsung datang untuk menjemput
Langkah Brielle mendadak terhenti. Dia menoleh dan menatap Raka dengan tenang. "Hal seperti itu, jangan pernah kamu pikirkan."Raka mengerutkan alis. "Brielle, aku bukan sengaja menyulitkan kamu. Tapi dengan kondisimu yang begitu nggak fokus akhir-akhir ini, aku khawatir bebanku mengasuh Anya terlalu berat untukmu."Di bawah cahaya lampu, wajah Brielle memang terlihat agak pucat. Beberapa hari ini dia tidak cukup tidur. Apa pun maksud Raka mengucapkan kalimat barusan, Brielle sama sekali tidak berniat menanggapi."Hidupku nggak perlu kamu urusi." Setelah menuntaskan kalimat itu, Brielle berbalik ingin pergi."Jurang yang tidak menanggapimu, tidak pantas membuatmu mencoba melompat ke dalamnya. Niro nggak cocok untukmu." Suara Raka yang jernih menggema di lorong kosong itu, terdengar sangat jelas.Langkah Brielle kembali berhenti. Setelah memahami arti kalimat itu, dia tidak menoleh, hanya mendengus pelan. "Hubunganku dengan Niro bukan urusanmu untuk dihakimi.""Aku hanya mengingatkan de
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Peringkat
Ulasan-ulasanLebih banyak