Bab 10) Layu Sebelum BerkembangAira mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia sudah tidak peduli dengan apapun. Hatinya sakit. Masih terngiang-ngiang ucapan mama Kalina yang memintanya untuk bercerai dari Athar, kemudian pertengkaran kedua orang tua itu. "Aku dan Athar bukan barang yang bisa kalian pisahkan seenaknya. Aku dan Athar sudah menikah dan aku harus melaksanakan amanah mommy Rani untuk menjaga pernikahanku. Kenapa sih Mama Kalina dan Kiara tidak mau mengerti? Kiara yang memutuskan untuk tidak mau menikah dengan Athar, tetapi kenapa setelah beberapa hari, mendadak dia datang lagi dan minta untuk kembali?"Aira merasa seperti dipermainkan oleh takdir. Hanya dalam beberapa hari hidupnya serasa jungkir balik. Tentu saja Aira tidak tahu alasan adik tirinya melakukan hal itu, karena gadis itu bukan sebangsa Kiara yang memandang seseorang dari materi. Dia menerima Athar apa adanya, tanpa syarat apapun, walaupun ada perjanjian di antara mereka. Mungkin saat ini ia belu
Bab 11) Permintaan Mommy Rani Wanita cantik berumur setengah baya itu keluar dari mobil setelah sang sopir membukakan pintu untuknya. Rani melangkah tergesa menuju pelataran rumah sakit. Sembari terus melangkah, ia memainkan ponsel, mencoba menghubungi sang putra. Rani mendesah kesal. Sudah beberapa kali ia melakukan, tapi hasilnya nihil. Demikian juga saat ia mencoba menghubungi Nicko, asisten pribadi Athar. Akhirnya ia menghubungi Anggita, sekretaris Athar yang juga merupakan keponakannya. "Ya, Tante." Suara merdu Anggita terdengar. "Gita, kamu sedang bersama Athar?" Rani balik bertanya. "Kami sedang meeting, Tante. Ponsel Athar dan Nicko memang sengaja dimatikan," beritahu Anggita. "Baiklah. Tante titip pesan ya. Kamu bilang sama Athar, istrinya mengalami kecelakaan dan sedang berada di rumah sakit Citra Medika," ujar wanita itu. "Mbak Aira?!" Terdengar pekik tertahan Anggita. "Iya, siapa lagi? Ya, sudah, Gita. Tante tutup dulu ya." Rani langsung memutus panggilan, lalu mem
Bab 12) Kedatangan Hendra dan Kalina"Kamu tidak perlu merasa tidak enak dengan Athar. Anggap saja kamu mewakili Athar untuk mengurus istrinya," ujar Rani santai, tak peduli dengan kebingungan lelaki muda di hadapannya."Ya beda dong, Mom. Athar kan suaminya Aira," protes Keano.Ingin rasanya Rani tertawa sekeras-kerasnya. Mulutnya pun hampir saja keceplosan. Namun wanita itu tetap menahan diri."Mommy tidak menerima penolakan, Keano. Kamu sudah Mommy anggap seperti anak sendiri. Tak ada yang bisa Mommy percaya untuk merawat Aira selain kamu. Sedangkan Athar malah sibuk dengan pekerjaannya," keluh wanita itu.Rani menarik tangan lelaki itu, membawanya melangkah menuju sofa. Mereka duduk berdampingan. Rani mulai menceritakan apa yang terjadi dengan rencana pernikahan Athar dengan Kiara yang berakhir dengan menikahnya Athar dengan Aira."Jadi Aira itu pengantin pengganti?" Keano memijat kepalanya."Buat Mommy, tak ada istilah pengantin pengganti, yang ada Aira memang sudah di takdirkan m
Bab 13) Diusir Mantan Calon Mertua Setiap ada kesempatan, Athar selalu menyalip kendaraan lain, hingga membuat Kiara histeris. Belum pernah ia melihat Athar sekacau ini sepanjang mereka menjalin hubungan. Athar hanya tersenyum tipis menanggapi jeritan ketakutan Kiara. Saat ini yang dipikirkannya hanyalah bagaimana caranya ia bisa segera sampai di rumah sakit. Dia tidak ingin menanggung omelan sang mommy yang dianggap lalai menjaga istrinya. "Apa gerangan yang sudah terjadi padamu, Aira?" Batinnya bertanya-tanya. Meskipun Aira boleh dikatakan hanya sekedar istri di atas kertas, tetapi Athar tahu jika Aira adalah gadis baik-baik. Dia patut mendapatkan perhatian dan simpati dari siapapun, termasuk dirinya. Dia memang tidak mencintai Aira sebagaimana cinta seorang suami kepada istrinya, tetapi dia pun tak ingin menyakiti gadis itu. Bahkan dia sengaja membuat perjanjian untuk membebaskan gadis itu seandainya ia nantinya menemukan seorang lelaki yang dianggap mampu menjadi imam yang ba
Bab 14) Tahu Diri"Athar, Athar.... Perempuan model begini mau kau jadikan istri? Di mana otakmu?!" Matanya tak berkedip memperhatikan tingkah gadis itu hingga sosok Kiara lenyap dari pandangannya.Selama ini Keano mengenal Kiara dari postingan Athar di sosial media. Kiara yang muda, cantik dan terlihat sangat fashionable. Dia tidak menyangka Kiara berkepribadian seburuk itu. Hari ini ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri sisi lain dari Kiara."Casingnya doang yang bagus. Untung saja mereka tidak jadi menikah. Kalau sampai jadi nikah, entah apa yang terjadi. Athar, Athar.... Diperusahaan doang kamu jago, tapi tidak becus memilih calon istri!" cibir lelaki muda itu.Keano terus bermonolog sepanjang perjalanannya menuju ruang perawatan Aira."Keano, kamu sudah pulang, Nak?" sapa wanita setengah baya itu. Dia melambaikan tangan. "Kemarilah.""Iya, Mom. Maaf, aku lama ya?" Lelaki itu melangkah ke sofa yang ditempati oleh Rani.Keano mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Tam
Bab 15) Pesan Dari KiaraMatanya membelalak menatap sesosok lelaki yang terlihat begitu telaten menyuapi istrinya makan. Sosok itu adalah Keano. Untuk sejenak langkahnya terhenti. Athar memegang dadanya. Entah kenapa dadanya terasa sesak. Seperti ada nyeri, tapi tak berdarah. Tuhan, perasaan macam apa ini?"Aira..." Athar berjalan mendekat. "Kamu sudah bisa duduk?""Seperti yang kamu lihat, Athar," balas Aira. Dia menutup mulut, memberi isyarat pada Keano untuk berhenti menyuapinya.Keano menoleh. "Kamu sudah kembali, Athar?""Ya," jawab lelaki itu pendek."Ngapain kamu ada di sini? Dan dari mana kamu tahu jika Aira masuk rumah sakit? Memangnya kamu kenal dengan Aira sebelumnya?" Tatap matanya mengintimidasi lelaki di hadapannya."Kamu jangan salah paham, Athar. Keano yang mengantarku ke rumah sakit ini saat kecelakaan itu terjadi. Apakah mommy Rani belum bercerita kepadamu?" jelas Aira.Lelaki itu spontan menyugar kasar rambutnya. "Aku tidak ingat. Aku tidak terlalu fokus. Gita hany
Bab 16) Apakah Aku Sedang Cemburu?Rani menerobos masuk ke dalam. Sebelah tangannya spontan menangkap putranya. Lelaki itu memutar tubuh dan tanpa sengaja sikunya malah menyenggol ulu hati sang ibunda."Aduh...!" jerit Rani. Tubuhnya seketika terhuyung."Maaf, Mom. Maaf!" Buru-buru Athar menangkap tubuh ibunya, kemudian membimbingnya duduk di sofa."Ada apa kalian ini? Kenapa gerak gerik kalian seperti orang yang mau tanding tinju saja?" Rani menatap kedua lelaki itu bergantian.Athar tidak menjawab, malah mengulurkan ponselnya."Oh, foto ini." Rani menatap layar sekilas. Dia sama sekali tidak kelihatan terkejut."Kenapa Mommy tidak terlihat terkejut?" usik Athar."Kiara juga mengirimi Mama dengan foto yang sama. Athar, apakah kamu percaya dengan foto ini?" Rani balik bertanya."Aku tidak percaya dengan Kiara, tetapi aku percaya dengan foto ini. Foto ini sudah menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi," jawab Athar."Tapi tidak seperti yang kau lihat, Athar. Aku sudah menjelaskannya p
Bab 17) Menggendong Aira"Aku siap untuk menerimamu kembali. Kamu harus tahu, Aira itu tidak sebaik yang kamu kira. Dia mungkin terlihat polos di hadapan semua orang, tetapi tidak bisa mengelabuiku. Kamu lihat sendiri, kan, dia dan lelaki itu berpelukan? Kamu juga kenal siapa lelakinya? Dia sahabatmu sendiri!" Senyum Kiara terkembang di ujung telepon."Daripada kamu dapat istri model gitu, mending kamu balik sama aku. Aira itu penampilannya doang yang terlihat baik, tapi aslinya liar. Buktinya dia mau saja di peluk lelaki lain. Jangan tertipu sama penampilannya, Athar!" Seringainya penuh kemenangan."Cuih! Kau pikir aku mau kembali kepadamu? Jangan mimpi, Kiara!" bentak lelaki itu."Ya, siapa tahu saja kamu jadi berubah pikiran." Tawa Kiara kembali terdengar."Berubah pikiran?! Yang ada kamulah yang seharusnya berubah pikiran. Aku ingatkan, berhentilah mendekati dan memintaku kembali kepadamu. Karena itu hanya ada dalam mimpimu!" maki Athar. Athar mematikan panggilannya secara sepiha