Share

Papa untuk Biru

Keesokan harinya di rumah keluarga Fargo….

“Saya terima nikah dan kawinnya Jingga Mareta Fargo dengan mas kawin yang tersebut, tunai!”

Dengan lantang, Langit mengucapkan ijab kabul di depan penghulu sambil menjabat tangan Davis Fargo-ayah Jingga. Meskipun Davis tampak sangat tidak menyukainya. Sementara itu, Jingga yang duduk disebelahnya mengenakan gaun panjang berwarna peach, dia tampak sangat cantik walaupun hanya menggunakan make up natural.

"SAH!"

Suara dua orang yang menjadi saksi pernikahan antara Langit dan Jingga. Yang kemudian diikuti oleh tepuk tangan seluruh tamu undangan yang datang.

Pernikahan yang sangat sederhana, namun banyak sorot kamera yang meliput pernikahan anak semata wayang dari Davis Fargo dengan seorang lelaki biasa, Langit Lubasya Gauri. Tidak pernah terbayangkan di benak Langit kalau dia akan menikah di usia yang cukup muda, 22 tahun. Dengan seorang wanita yang lebih tua darinya.

Jingga berusia 30 tahun. Jingga juga seorang janda beranak satu. Menurut informasi yang Langit dapatkan, pernikahan pertama Jingga itu dijodohkan karena Davis ingin menyelamatkan bisnisnya. Namun, ternyata lelaki yang menjadi suaminya sangat temperamental, dia melakukan kekerasan dan berselingkuh. Akhirnya, tiga tahun lalu Jingga mengajukan gugatan cerai.

Namun, meskipun seorang janda yang berumur sudah cukup dewasa, tubuh Jingga sangat terawat. Dia bahkan terlihat lebih muda dari umurnya. Bahkan tidak terlihat perbedaan usia yang mencolok antara Langit dan Jingga.

Setelah menerima ucapan selamat dari semua orang yang hadir, acara selesai. Langit yang memang saat itu datang seorang diri itu hanya duduk diam, dia masih bingung harus melakukan apa di rumah mertuanya itu.

“Jangan bangga sudah berhasil menikahi Jingga. Kami tahu niat kamu menikahi Jingga hanya ingin menggerogoti hartanya. Dasar manusia sampah dan miskin!”

Sebuah suara yang begitu dekat di telinga Langit yang membuat telinga Langit panas, dan segera melihat ke sumber suara. Dan benar saja, itu adalah suara Fargo kepada Langit. Tatapan matanya begitu tajam, bahkan ibu mertuanya terlihat sangat jijik menatap menantu yang baru saja menjadi suaminya Jingga itu

“Papa, Mama,” sapa Langit dan ingin menyalami keduanya, namun ditepis dengan kasar.

“Jangan sentuh kami, kami jijik melihat tangan kotormu itu. Nanti kuman dari kuku-kuku busukmu itu menempel di tangan kami yang bersih. Dan bahkan menularkan penyakit. Dan satu hal lagi jangan panggil kami papa mama!” ujar Leni Fargo sembari memandang Langit dengan sebelah mata.

“Maaf….” Langit menjawab dengan pelan dan menunduk, walaupun rasanya ingin sekali memaki, namun dia berusaha untuk menahan dirinya. Bagaimanapun dia tetap akan menghargai kedua orang tua Jingga.

“Kamu masih sangat muda, tidak mungkin kamu murni menikahi Jingga karena cinta.Apalagi Jingga sudah memiliki anak. Kami sudah berpengalaman makan asam garam, kami sudah paham dengan orang seperti kamu. Kamu hanyalah ingin menumpang hidup kepada Jingga. Begitu menyedihkan cara orang miskin untuk bertahan hidup! Dasar sampah!”

Hinaan terus saja dilontarkan oleh Fargo dan istrinya kepada Langit. Entah seperti apa Jingga memaksa mereka hingga pernikahan ini bisa terjadi.

“Dan jangan lupa, kau akan mati kalau kami tahu kamu terbukti mengincar harta Jingga!” ancam Fargo serius kepada Langit.

Sepertinya Fargo dan istrinya begitu takut kalau Langit hanya memanfaatkan Jingga. Dan pastinya setelah ini mereka akan sangat terkejut saat mengetahui kalau Jingga memberikan sahamnya 5% untuk Langit di Fargo Group.

Langit hanya mengangguk paham di depan kedua orang tua Jingga.

“Kau seperti anjing penurut, tapi ingat kami tidak perlu anggukan kepalamu ini, aku serius! Aku tidak pernah main-main dengan apa yang aku katakan. Aku adalah Davis Fargo, kau harus tahu kalau Fargo bisa melakukan apa saja,” ujar Fargo lagi yang sepertinya kesal melihat sikap santai Langit.

“Iya…,” jawab Langit canggung, karena bingung harus memanggil mereka dengan sapaan apa. Langit heran apakah orang kaya selalu bersikap seperti itu. Bahkan kepada keluarga saja mereka sangat kaku.

Begitu kesalnya mereka melihat Langit, sehingga kemudian Fargo menarik tangan istrinya untuk segera meninggalkan Langit yang masih duduk diam.

Sementara itu, Jingga masih sibuk dengan ponselnya dan dua orang sahabatnya. Mereka tampak begitu antusias berfoto dengan berbagai pose. Dan sudah pastinya itu untuk memenuhi feed social media mereka.

Setelah kedua sahabatnya pergi, Jingga mengajak Langit menuju ke kamar yang akan mereka tempati bersama. Meskipun ada perjanjian mereka tidak boleh melakukan hubungan badan, tapi untuk meyakinkan status mereka minimal mereka akan tidur satu kamar.

Namun, baru saja mereka menaiki anak tangga, terdengar suara teriakan yang cukup memekakkan telinga.

“Mamaaaaaa!”

Seorang anak kecil berlari masuk ke dalam rumah, sehingga membuat pengasuhnya tampak kewalahan mengejarnya.

Jingga menyambutnya dengan senyuman ceria, dan menggendong anak tersebut. Langit menebak kalau itu adalah Biru, anak yang akan diasuhnya nanti.

“Biru sayang, kenalkan ini Papa Langit,” ujar Jingga kemudian.

Anak kecil yang bernama Biru itu memandang Langit dari atas hingga ke bawah. Masih sekecil ini dia terlihat sangat melawan dan tidak sopan.

“Papa?” ulangnya heran.

Jingga mengangguk. “Mulai hari ini dia akan menjadi papa kamu, dan Papa Langit juga akan menemani Biru selama 24 jam.”

Biru segera meminta turun dari gendongan Jingga. Dia tidak mengatakan apapun, namun matanya terus menatap ke arah Langit. Membuat Langit merasa terintimidasi dengan anak kecil itu.

“Maari main!” teriak Biru yang langsung menarik tangan Langit dan berlarian meminta Langit mengejarnya di ruangan yang sedang dibersihkan.

Langit menatap Jingga, seolah sedang meminta persetujuan apa yang akan dia lakukan.

“Ini tugas pertama kamu,” ujar Jingga cuek dan melenggang menaiki anak tangga mengabaikan Langit yang kebingungan.

Langit hanya menghela nafas berat, sepertinya Biru adalah anak yang hiperaktif. Bahkan baru pertama kali bertemu saja Biru sudah mengajaknya bermain. Padahal seharusnya mereka melakukan pendekatan lebih dulu. Biru baru saja kembali setelah pergi berlibur bersama dengan pengasuh dan pengawalnya. Dan kedua orang itu juga akan dipindahkan kerjanya setelah Langit yang akan bekerja mengasuh dan mengawal Biru.

“Papa, kejal Bilu!” teriak Biru sambil tergelak.

Dan tidak berapa lama….

Praaaaang!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status