Home / Urban / Bukan Pengasuh Biasa / Papa untuk Biru

Share

Papa untuk Biru

Author: Hare Ra
last update Last Updated: 2023-08-29 11:30:24

Keesokan harinya di rumah keluarga Fargo….

“Saya terima nikah dan kawinnya Jingga Mareta Fargo dengan mas kawin yang tersebut, tunai!”

Dengan lantang, Langit mengucapkan ijab kabul di depan penghulu sambil menjabat tangan Davis Fargo-ayah Jingga. Meskipun Davis tampak sangat tidak menyukainya. Sementara itu, Jingga yang duduk disebelahnya mengenakan gaun panjang berwarna peach, dia tampak sangat cantik walaupun hanya menggunakan make up natural.

"SAH!"

Suara dua orang yang menjadi saksi pernikahan antara Langit dan Jingga. Yang kemudian diikuti oleh tepuk tangan seluruh tamu undangan yang datang.

Pernikahan yang sangat sederhana, namun banyak sorot kamera yang meliput pernikahan anak semata wayang dari Davis Fargo dengan seorang lelaki biasa, Langit Lubasya Gauri. Tidak pernah terbayangkan di benak Langit kalau dia akan menikah di usia yang cukup muda, 22 tahun. Dengan seorang wanita yang lebih tua darinya.

Jingga berusia 30 tahun. Jingga juga seorang janda beranak satu. Menurut informasi yang Langit dapatkan, pernikahan pertama Jingga itu dijodohkan karena Davis ingin menyelamatkan bisnisnya. Namun, ternyata lelaki yang menjadi suaminya sangat temperamental, dia melakukan kekerasan dan berselingkuh. Akhirnya, tiga tahun lalu Jingga mengajukan gugatan cerai.

Namun, meskipun seorang janda yang berumur sudah cukup dewasa, tubuh Jingga sangat terawat. Dia bahkan terlihat lebih muda dari umurnya. Bahkan tidak terlihat perbedaan usia yang mencolok antara Langit dan Jingga.

Setelah menerima ucapan selamat dari semua orang yang hadir, acara selesai. Langit yang memang saat itu datang seorang diri itu hanya duduk diam, dia masih bingung harus melakukan apa di rumah mertuanya itu.

“Jangan bangga sudah berhasil menikahi Jingga. Kami tahu niat kamu menikahi Jingga hanya ingin menggerogoti hartanya. Dasar manusia sampah dan miskin!”

Sebuah suara yang begitu dekat di telinga Langit yang membuat telinga Langit panas, dan segera melihat ke sumber suara. Dan benar saja, itu adalah suara Fargo kepada Langit. Tatapan matanya begitu tajam, bahkan ibu mertuanya terlihat sangat jijik menatap menantu yang baru saja menjadi suaminya Jingga itu

“Papa, Mama,” sapa Langit dan ingin menyalami keduanya, namun ditepis dengan kasar.

“Jangan sentuh kami, kami jijik melihat tangan kotormu itu. Nanti kuman dari kuku-kuku busukmu itu menempel di tangan kami yang bersih. Dan bahkan menularkan penyakit. Dan satu hal lagi jangan panggil kami papa mama!” ujar Leni Fargo sembari memandang Langit dengan sebelah mata.

“Maaf….” Langit menjawab dengan pelan dan menunduk, walaupun rasanya ingin sekali memaki, namun dia berusaha untuk menahan dirinya. Bagaimanapun dia tetap akan menghargai kedua orang tua Jingga.

“Kamu masih sangat muda, tidak mungkin kamu murni menikahi Jingga karena cinta.Apalagi Jingga sudah memiliki anak. Kami sudah berpengalaman makan asam garam, kami sudah paham dengan orang seperti kamu. Kamu hanyalah ingin menumpang hidup kepada Jingga. Begitu menyedihkan cara orang miskin untuk bertahan hidup! Dasar sampah!”

Hinaan terus saja dilontarkan oleh Fargo dan istrinya kepada Langit. Entah seperti apa Jingga memaksa mereka hingga pernikahan ini bisa terjadi.

“Dan jangan lupa, kau akan mati kalau kami tahu kamu terbukti mengincar harta Jingga!” ancam Fargo serius kepada Langit.

Sepertinya Fargo dan istrinya begitu takut kalau Langit hanya memanfaatkan Jingga. Dan pastinya setelah ini mereka akan sangat terkejut saat mengetahui kalau Jingga memberikan sahamnya 5% untuk Langit di Fargo Group.

Langit hanya mengangguk paham di depan kedua orang tua Jingga.

“Kau seperti anjing penurut, tapi ingat kami tidak perlu anggukan kepalamu ini, aku serius! Aku tidak pernah main-main dengan apa yang aku katakan. Aku adalah Davis Fargo, kau harus tahu kalau Fargo bisa melakukan apa saja,” ujar Fargo lagi yang sepertinya kesal melihat sikap santai Langit.

“Iya…,” jawab Langit canggung, karena bingung harus memanggil mereka dengan sapaan apa. Langit heran apakah orang kaya selalu bersikap seperti itu. Bahkan kepada keluarga saja mereka sangat kaku.

Begitu kesalnya mereka melihat Langit, sehingga kemudian Fargo menarik tangan istrinya untuk segera meninggalkan Langit yang masih duduk diam.

Sementara itu, Jingga masih sibuk dengan ponselnya dan dua orang sahabatnya. Mereka tampak begitu antusias berfoto dengan berbagai pose. Dan sudah pastinya itu untuk memenuhi feed social media mereka.

Setelah kedua sahabatnya pergi, Jingga mengajak Langit menuju ke kamar yang akan mereka tempati bersama. Meskipun ada perjanjian mereka tidak boleh melakukan hubungan badan, tapi untuk meyakinkan status mereka minimal mereka akan tidur satu kamar.

Namun, baru saja mereka menaiki anak tangga, terdengar suara teriakan yang cukup memekakkan telinga.

“Mamaaaaaa!”

Seorang anak kecil berlari masuk ke dalam rumah, sehingga membuat pengasuhnya tampak kewalahan mengejarnya.

Jingga menyambutnya dengan senyuman ceria, dan menggendong anak tersebut. Langit menebak kalau itu adalah Biru, anak yang akan diasuhnya nanti.

“Biru sayang, kenalkan ini Papa Langit,” ujar Jingga kemudian.

Anak kecil yang bernama Biru itu memandang Langit dari atas hingga ke bawah. Masih sekecil ini dia terlihat sangat melawan dan tidak sopan.

“Papa?” ulangnya heran.

Jingga mengangguk. “Mulai hari ini dia akan menjadi papa kamu, dan Papa Langit juga akan menemani Biru selama 24 jam.”

Biru segera meminta turun dari gendongan Jingga. Dia tidak mengatakan apapun, namun matanya terus menatap ke arah Langit. Membuat Langit merasa terintimidasi dengan anak kecil itu.

“Maari main!” teriak Biru yang langsung menarik tangan Langit dan berlarian meminta Langit mengejarnya di ruangan yang sedang dibersihkan.

Langit menatap Jingga, seolah sedang meminta persetujuan apa yang akan dia lakukan.

“Ini tugas pertama kamu,” ujar Jingga cuek dan melenggang menaiki anak tangga mengabaikan Langit yang kebingungan.

Langit hanya menghela nafas berat, sepertinya Biru adalah anak yang hiperaktif. Bahkan baru pertama kali bertemu saja Biru sudah mengajaknya bermain. Padahal seharusnya mereka melakukan pendekatan lebih dulu. Biru baru saja kembali setelah pergi berlibur bersama dengan pengasuh dan pengawalnya. Dan kedua orang itu juga akan dipindahkan kerjanya setelah Langit yang akan bekerja mengasuh dan mengawal Biru.

“Papa, kejal Bilu!” teriak Biru sambil tergelak.

Dan tidak berapa lama….

Praaaaang!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Pengasuh Biasa   Keluarga yang Damai

    Hingga malam mereka berada di rumah Fargo dan Leni, mereka membantu mempersiapkan segalanya dan juga ternyata minimarket yang sudah disiapkan oleh Langit dan Jingga itu semuanya sudah terisi. Mereka hanya tinggal membukanya saja dan melayani, bahkan minumarket tersebut dilengkapi dengan mesin kasir dan semuanya.Juga ada kontak supplier yang akan mengisi minimarket mereka, pokoknya Fargo dan Leni hanya tinggal duduk diam mengelola minimarket tersebut. Dan mereka berharap kalau keduanya benar-benar serius dan bisa membuat minimarket tersebut lebih maju. Meskipun kondisinya mereka benar-benar berubah 180 derajat, berubah dari mereka yang awalnya seorang pengusaha seorang pemilik perusahaan yang tinggal di perumahan mewah biasa dilayani dengan beberapa orang pembantu. Dan sekarang mereka benar-benar melakukannya sendiri dengan tangan dan kaki mereka sendiri. Tapi, Langit melihat adanya keseriusan di wajah Fargo dan Leni.“Kami akan pulang, nanti kapan-kapan kami akan datang lagi ke sini

  • Bukan Pengasuh Biasa   Keluargalah Sebagai Tempat Kembali

    “Sekarang kemana tujuan kalian?" tanya Langit kepada Fargo. Fargo dan Leni tampak menggelengkan kepalanya, karena mereka saat ini tidak tahu harus kemana. Sebab mereka tidak memiliki tujuan, beberapa hari setelah diusir oleh pihak bank mereka memilih tinggal di hotel. Namun, ternyata biaya hotel pastinya terus membengkak dan mereka tidak mungkin terus-menerus untuk tinggal di hotel tersebut. Apalagi dengan kondisi mereka yang tidak memiliki apapun. Mereka pastinya tidak akan bisa membayar dan sudah bisa dipastikan kalau mereka pastinya memilih hotel bintang lima.“Kalau begitu nanti setelah bertemu Jingga dan juga setelah bertemu Zaki, kita akan makan. Aku akan mengantarkan kalian ke rumah yang kami siapkan itu. Kami sudah membeli rumahnya waktu itu kami menawarkan rumah karena memang kami sudah menyiapkan untuk tempat kalian tinggal dan juga di samping rumah tersebut ada minimarket yang juga nanti silakan kalian kelola untuk biaya kehidupan sehari-hari. Memang rumah yang kami siapka

  • Bukan Pengasuh Biasa   Fargo dan Penyesalannya

    Dua hari setelah Langit dan Jingga mendatangi rumah Fargo dan Leni ditolak karena tidak mau mengajak keduanya tinggal di rumah Maika.Akhirnya hari itu ternyata pihak bank berusaha untuk menggusur mereka rumah. Mereka sudah diwajibkan meninggalkan rumah dan semua kendaraan yang mereka miliki juga sudah disita.Dan menurut informasi yang Langit dapatkan, kalau semua itu juga masih terdapat kekurangan beberapa miliar dari semua asetnya tersebut.Meskipun keduanya menolak tawaran dari Langit dan Jingga pada malam itu, namun Langit tetap menyediakan sebuah rumah untuk kedua mertuanya itu. Karena dia yakin suatu saat kedua mertuanya pasti akan kembali ke rumah tersebut, sebab kalau rumah mereka sudah digusur mereka tidak memiliki tempat tinggal lagi.Tok! Tok! Tok! Pintu kamar Langit dan Jingga diketuk dari luar siang ini dengan pelan.Langit dan Jingga sedang beristirahat di kamarnya bersama dengan Zaki. Kebetulan hari ini adalah hari libur. Jadi, Langit sedang menemani Jingga di rumah d

  • Bukan Pengasuh Biasa   Tidak Dianggap

    "Tidak bisa, Pa! Kami tidak bisa mengajak kalian tinggal satu rumah dengan kami. Kalau kalian tidak mau ya sudah kalian tinggal saja di sini sampai kalian diusir oleh bank, kami tidak peduli lagi. Kenapa sih kalian selalu saja memaksa keinginan kalian, seharusnya kalian itu sadar dengan semua yang kalian alami," ujar Jingga berteriak saking kesalnya sambil berdiri bersiap meninggalkan kedua orang tuanya yang terus memaksa Langit untuk mengajak mereka tinggal bersama di rumah Maika.Bagaimana bisa mereka mau tinggal di rumah milik Maika, sedangkan pemilik rumah juga masih tinggal di sana. Berbeda kalau Fargo dan Leni mau tinggal bersama dan tidak ada Maika disana, tapi ini Maika saja masih tinggal bersama Langit dan Jingga di rumah tersebut. Dan keduanya memaksa untuk tinggal di rumah itu, hanya karena mereka merasa malu turun kasta yang biasanya tinggal di rumah besar dan mewah dan memiliki perusahaan harus tinggal di rumah sederhana yang kecil.Langit dan Jingga hanya akan memberikan

  • Bukan Pengasuh Biasa   Fargo Ditipu

    Tanpa terasa setahun sudah kelahiran Zaki, hari ini dirayakannya pesta ulang tahun untuk bayi yang sudah bisa berjalan tersebut. Semua orang bersukacita. Pun termasuk Biru yang saat ini sudah beranjak remaja. Dia akan memasuki ke sekolah lanjutan pertama, dia akan tinggal di kota bersama Langit dan Jingga di rumah Maika. Dia merasa begitu senang dengan pencapaiannya telah berhasil menyelesaikan sekolahnya di desa. Meskipun tinggal di desa, namun Biru tidak kalah dengan anak yang bersekolah di kota. Dia memiliki kemampuan yang hebat, kecerdasannya tinggi. Kemampuan akademiknya sangatlah tinggi.Dan seperti biasa, Fargo dan Leni belum ada perubahan sedikit pun. Mereka masih terus saja memanfaatkan Langit dan Jingga. Sudah tidak terhitung lagi berapa besar bantuan yang diberikan Langit kepada mereka.Hingga suatu hari, seminggu setelah acara ulang tahun Zaki, Langit menerima kabar dari surat kabar yang mengatakan kalau saat ini Fargo benar-benar jatuh, semua perusahaannya habis terjual d

  • Bukan Pengasuh Biasa   Merasa Tidak Adil

    Hari-hari yang dilalui Langit begitu bahagia setelah kehadiran anaknya. Setiap pulang bekerja rasanya semua letih dan lelahnya langsung hilang karena melihat senyuman dan tumbuh kembang anaknya yang begitu pesat.Sekarang ini anaknya sudah berumur 5 bulan, wajahnya semakin gemuk dan putih. Bayi berusia 5 bulan tersebut semakin lama semakin mirip dengan Langit.“Aku merasa tidak adil, tapi aku tidak tahu harus protes ke siapa," ujar Jingga di suatu weekend di saat mereka semua sedang berkumpul di rumah Maika.Semua orang tua Langit berkumpul di sana seperti biasa, mereka bermain bersama cucu. Kegiatan baru mereka saat ini adalah setiap weekend pasti berkumpul untuk melihat perkembangan cucu mereka.Mendengar apa yang disampaikan oleh Jingga, membuat semua orang melihat ke arahnya. Saat ini bayi Zaki sedang digendong oleh Abizar dan Hani, keduanya tampak sedang bermain bersama bayi Zaki.“Maksud kamu kenapa tidak adilnya? Bagaimana?" tanya Bu Juni kepada menantunya itu. Bu Juni sedikit

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status