"Tidak bisa, Pa! Kami tidak bisa mengajak kalian tinggal satu rumah dengan kami. Kalau kalian tidak mau ya sudah kalian tinggal saja di sini sampai kalian diusir oleh bank, kami tidak peduli lagi. Kenapa sih kalian selalu saja memaksa keinginan kalian, seharusnya kalian itu sadar dengan semua yang kalian alami," ujar Jingga berteriak saking kesalnya sambil berdiri bersiap meninggalkan kedua orang tuanya yang terus memaksa Langit untuk mengajak mereka tinggal bersama di rumah Maika.Bagaimana bisa mereka mau tinggal di rumah milik Maika, sedangkan pemilik rumah juga masih tinggal di sana. Berbeda kalau Fargo dan Leni mau tinggal bersama dan tidak ada Maika disana, tapi ini Maika saja masih tinggal bersama Langit dan Jingga di rumah tersebut. Dan keduanya memaksa untuk tinggal di rumah itu, hanya karena mereka merasa malu turun kasta yang biasanya tinggal di rumah besar dan mewah dan memiliki perusahaan harus tinggal di rumah sederhana yang kecil.Langit dan Jingga hanya akan memberikan
Dua hari setelah Langit dan Jingga mendatangi rumah Fargo dan Leni ditolak karena tidak mau mengajak keduanya tinggal di rumah Maika.Akhirnya hari itu ternyata pihak bank berusaha untuk menggusur mereka rumah. Mereka sudah diwajibkan meninggalkan rumah dan semua kendaraan yang mereka miliki juga sudah disita.Dan menurut informasi yang Langit dapatkan, kalau semua itu juga masih terdapat kekurangan beberapa miliar dari semua asetnya tersebut.Meskipun keduanya menolak tawaran dari Langit dan Jingga pada malam itu, namun Langit tetap menyediakan sebuah rumah untuk kedua mertuanya itu. Karena dia yakin suatu saat kedua mertuanya pasti akan kembali ke rumah tersebut, sebab kalau rumah mereka sudah digusur mereka tidak memiliki tempat tinggal lagi.Tok! Tok! Tok! Pintu kamar Langit dan Jingga diketuk dari luar siang ini dengan pelan.Langit dan Jingga sedang beristirahat di kamarnya bersama dengan Zaki. Kebetulan hari ini adalah hari libur. Jadi, Langit sedang menemani Jingga di rumah d
“Sekarang kemana tujuan kalian?" tanya Langit kepada Fargo. Fargo dan Leni tampak menggelengkan kepalanya, karena mereka saat ini tidak tahu harus kemana. Sebab mereka tidak memiliki tujuan, beberapa hari setelah diusir oleh pihak bank mereka memilih tinggal di hotel. Namun, ternyata biaya hotel pastinya terus membengkak dan mereka tidak mungkin terus-menerus untuk tinggal di hotel tersebut. Apalagi dengan kondisi mereka yang tidak memiliki apapun. Mereka pastinya tidak akan bisa membayar dan sudah bisa dipastikan kalau mereka pastinya memilih hotel bintang lima.“Kalau begitu nanti setelah bertemu Jingga dan juga setelah bertemu Zaki, kita akan makan. Aku akan mengantarkan kalian ke rumah yang kami siapkan itu. Kami sudah membeli rumahnya waktu itu kami menawarkan rumah karena memang kami sudah menyiapkan untuk tempat kalian tinggal dan juga di samping rumah tersebut ada minimarket yang juga nanti silakan kalian kelola untuk biaya kehidupan sehari-hari. Memang rumah yang kami siapka
Hingga malam mereka berada di rumah Fargo dan Leni, mereka membantu mempersiapkan segalanya dan juga ternyata minimarket yang sudah disiapkan oleh Langit dan Jingga itu semuanya sudah terisi. Mereka hanya tinggal membukanya saja dan melayani, bahkan minumarket tersebut dilengkapi dengan mesin kasir dan semuanya.Juga ada kontak supplier yang akan mengisi minimarket mereka, pokoknya Fargo dan Leni hanya tinggal duduk diam mengelola minimarket tersebut. Dan mereka berharap kalau keduanya benar-benar serius dan bisa membuat minimarket tersebut lebih maju. Meskipun kondisinya mereka benar-benar berubah 180 derajat, berubah dari mereka yang awalnya seorang pengusaha seorang pemilik perusahaan yang tinggal di perumahan mewah biasa dilayani dengan beberapa orang pembantu. Dan sekarang mereka benar-benar melakukannya sendiri dengan tangan dan kaki mereka sendiri. Tapi, Langit melihat adanya keseriusan di wajah Fargo dan Leni.“Kami akan pulang, nanti kapan-kapan kami akan datang lagi ke sini
“Menikahlah denganku, aku akan menanggung semua biaya operasional panti Kasih Semesta!” ujar seorang perempuan yang diperkirakan berusia sekitar 30 tahun yang mengenakan dress selutut berwarna hitam bertali satu, menyilangkan kedua kakinya sehingga menampilkan paha yang putih mulus.“Hah?” tanya Langit dengan kebingungan.Langit yang pada saat itu baru saja dibebaskan dari penjara, sedang kebingungan mencari pekerjaan karena pastinya tidaklah mudah bagi seorang mantan narapidana mendapatkan pekerjaan. Walaupun hanya dua bulan dia mendekam di balik jeruji besi itu, namun tetap saja nama baiknya sudah hancur. Dan akan sangat sulit mendapat kepercayaan dari para pemberi kerja.Saat ini, dia memang menjadi tulang punggung abgi ibu dan lima orang adiknya di panti asuhan yang telah merawat dan membesarkannya. Dan sejak dia masuk penjara, ibu dan adik-adiknya semakin susaj, mereka seolah mendapat sanksi social atas apa yang dilakukan oleh Langit.Dan kasus yang menyeret Langi masuk ke jeruji
“Kau menolak? Apa kau yakin?” tanya Jingga meyakinkan Langit."Kalau hanya kehidupan yang layak, itu tidak penting bagiku. Aku bekerja sebagai pemulung pun bisa memberikan kehidupan yang layak buat aku, ibuku dan adik-adikku. Karena standar layak buat setiap orang itu berbeda. Dan aku tidak mau itu!" jawab Langit.Padahal sebenarnya dalam hatinya sudah sangat tergiur dengan uang 2 miliar, namun Langit punya harga diri dan juga berpikir dengan logika. Uang dengan jumlah segitu memang terdengar banyak, tapi apa yang bisa mereka lakukan setelah uangnya habis? Sedangkan tanggungannya tidaklah sedikit, ada lima orang yang bergantung masa depan kepadanya. Menjadi gelandangan?“Jadi, apa yang kau inginkan? Tambahan uang?” tanya Jingga lagi mencoba untuk bernegosiasi dengan Langit. Dan Jingga yakin kalau dia pasti akan mendapatkan Langit.“Berikan aku 5% saham di Fargo Group!” jawab Langit setelah terdiam beberapa saat.“Hahaha.”Alih-alih marah, Jingga malah tertawa mendengar apa yang dimint
Keesokan harinya di rumah keluarga Fargo….“Saya terima nikah dan kawinnya Jingga Mareta Fargo dengan mas kawin yang tersebut, tunai!”Dengan lantang, Langit mengucapkan ijab kabul di depan penghulu sambil menjabat tangan Davis Fargo-ayah Jingga. Meskipun Davis tampak sangat tidak menyukainya. Sementara itu, Jingga yang duduk disebelahnya mengenakan gaun panjang berwarna peach, dia tampak sangat cantik walaupun hanya menggunakan make up natural."SAH!"Suara dua orang yang menjadi saksi pernikahan antara Langit dan Jingga. Yang kemudian diikuti oleh tepuk tangan seluruh tamu undangan yang datang.Pernikahan yang sangat sederhana, namun banyak sorot kamera yang meliput pernikahan anak semata wayang dari Davis Fargo dengan seorang lelaki biasa, Langit Lubasya Gauri. Tidak pernah terbayangkan di benak Langit kalau dia akan menikah di usia yang cukup muda, 22 tahun. Dengan seorang wanita yang lebih tua darinya.Jingga berusia 30 tahun. Jingga juga seorang janda beranak satu. Menurut infor
Hening!Suasana ruangan yang semula sibuk, tiba-tiba menjadi hening. Pekerja yang sedang membersihkan ruangan setelah akad nikah berlangsung tampak terdiam, wajah mereka semuanya memucat. Pun dengan Biru yang segera berlari ke belakang Langit.Sebuah guci keramik berukuran besar pecah tersenggol oleh Biru saat dia sedang berlari. Dan semua orang tahu kalau itu adalah barang kesayangan Nyonya Leni.Langit juga terdiam, dia tidak bisa berkata-kata. Hanya saja dia tahu kalau saat ini Biru sedang ketakutan, sehingga dia merasa perlu melindungi Biru.Benar saja, tidak berapa lama terlihat Nyonya Leni keluar dari kamarnya, dan matanya terbelalak saat melihat kepingan pecahan guci keramik itu berserakan di lantai. Dan semakin membuatnya marah adalah melihat Langit yang berdiri disana diantara pecahan guci itu.“Astaga! Apa yang kau lakukan, hah?” tanya Leni marah, dia begitu yakin kalau Langit lah pelakunya.“Maaf, Nyonya…,” jawab Langit pelan.Darah Leni terasa mendidih, itu adalah guci lim