Share

Sama-Sama Sakit

Cahaya bulan memantul di permukaan air. Tampak indah dan sangat menenangkan. Sesekali kuusap lengan sendiri karena merasa dingin. Mataku mengedar menatap sekeliling. Sudah jam delapan tapi Rafael belum pulang juga. Dia pasti lembur lagi.

Aku mendengkus pelan. Lalu mengelus perut yang buncit. "Ayahmu semakin hari semakin sibuk, Nak. Bunda jadi sering kesepian."

"Ecie ... ada yang sepi tanpa Ayah El nih!"

Aku sontak menoleh. "Kamu, kok, udah ada di sini?"

Kapan dia datang? Tadi perasaan belum ada siapa-siapa.

Rafael menarik kursi mendekat padaku. Seperti kemarin, wajah dan tangannya tampak kotor.

"Ngapain duduk di sini sendirian?" tanyanya. Sepasang matanya menatapku lekat. Entah kenapa, aku masih saja berdebar jika ditatapnya seperti ini.

"Habisnya di rumah sepi," keluhku.

"Papa sama Mama ke mana?"

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status