Share

Kesepakatan

Penulis: El dvo
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-04 22:50:30

Tanpa memikirkan perasaan Aruna, kesepakatan antara Bagas dan orangtuanya tercapai. Dewi dan Dimas setuju akan memenuhi syarat yang diajukan oleh putra mereka.

Orang tua Bagas pun memberitahu, bahwa pernikahan Bagas dan Carissa akan dilaksanakan tiga hari lagi. Mereka meminta Bagas untuk fokus mempersiapkan pernikahan.

"Ingat Bagas … Nanti sore, kamu dan Carissa harus pergi ke butik untuk fitting baju pengantin. Kamu tidak boleh terlambat. Jangan permalukan kami di depan orang tua Carissa," ujar Dewi, tanpa mengindahkan keberadaan Aruna yang mendengar perkataannya.

Bagas tidak memiliki pilihan. Dia setuju melakukan permintaan orang tuanya.

"Bagas akan pergi tepat waktu, asal ada orang yang menemani Aruna di rumah sakit. Bagas tidak tenang meninggalkan Aruna sendirian."

"Itu urusan Mamah. Kamu fokus saja pada pernikahanmu dan Carissa," tukas Dewi.

Karena tidak ada lagi hal yang harus dibicarakan, Dewi dan Dimas pun bergegas pergi dari kamar rawat. Mereka pergi tanpa sedikitpun bicara pada Aruna.

"Sayang … aku harap kamu memahami keputusanku. Aku terpaksa setuju menikah dengan Carissa demi masa depan kita. Setidaknya sekarang, papah dan mamah sudah menerimamu menjadi menantu," tutur Bagas setelah kepergian orang tuanya.

Aruna bergeming. Hatinya terlalu hancur untuk menimpali kata-kata suaminya. Dia pun hanya bisa menangis.

Kini, bukan hanya kehilangan anak, menjadi wanita mandul dan kehilangan kaki, tapi Aruna juga harus rela berbagi suami dengan wanita lain.

Aruna merasa mengalami mimpi buruk yang tiada habisnya. Dia hampir tidak percaya dengan semua kejadian buruk yang menimpanya. Aruna ingin bangun dari mimpinya, tapi sayang semua yang dialaminya adalah nyata.

"Sayang … aku mohon jangan terus menangis. Kamu membuatku sedih."

Bagas menghapus air mata di wajah istrinya seraya menatapnya dengan sendu. Dia pun berusaha menghiburnya.

"Runa sayang … matamu bisa bengkak. Aku mohon jangan menangis lagi. Aku tidak mau wajah cantik mu menjadi cacat."

Aruna tersenyum getir. Dia menatap Bagas dengan sinis. "Untuk apa wajah cantik kalau sebentar lagi aku harus membagi mu dengan wanita lain? Kecantikanku tidak cukup membuatmu menjadi milikku seorang."

"Runa ... tolong jangan bicara begitu. Aku tetap milikmu, sayang."

Bagas kembali mengusap air mata di wajah Aruna, lalu mengecup kedua mata sembabnya. Dia menatap manik hitam Aruna untuk meyakinkan.

"Meski nanti aku sudah menikah dengan Carissa. Aku tetap milikmu seorang, sayang. Percayalah ... hati dan cintaku hanya milikmu, Runa."

Aruna menggigit bibir, menahan isak. Kata-kata Bagas tidak sedikitpun menenangkan hatinya. Aruna malah semakin bersedih. Namun, dia tidak mau terlihat menyedihkan di mata Bagas. Semua rasa sakit hati, kecewa, sedih, dan cemburu, Aruan telan bulat-bulat sendirian.

"Aku mencintai kamu, Aruna. Percayalah ... cintaku hanya untukmu."

Bagas mengecup kening Aruna, lalu mengusap air mata yang kembali jatuh di wajahnya. Bagas pun kembali menatap manik hitam istrinya.

"Aku mohon jangan bersedih lagi. Seharusnya kamu senang, karena sekarang mamah dan papah sudah menerimamu," tutur Bagas seraya tersenyum menenangkan.

Aruna mendengus. Andai orang tua Bagas menerimanya tanpa embel-embel pernikahan kedua mungkin Aruna akan menyambut gembira hal tersebut.

Tapi yang Aruna rasakan saat ini justru sebaliknya, Aruna merasa hancur. Tidak bahagia sedikitpun. Dia pun merutuki keputusan Bagas yang setuju untuk menikah lagi, padahal saat ini kondisinya sedang dalam keadaan tidak berdaya.

"Entahlah Bagas. Aku sendiri tidak bisa menahan air mataku. Semua ini terlalu berat dan menyakitkan. Hanya air mata yang bisa mewakili rasa hancur yang aku alami saat ini."

Bagas menatap sendu istrinya. "Runa … air matamu membuatku ingin ikut menangis. Tolonglah … hapus kesedihanmu demi aku."

Aruna bergeming. Dia memalingkan wajah dari Bagas, pria yang sampai saat ini masih sangat dicintainya.

Beberapa jam kemudian …

Bagas berpamitan pada Aruna. Dia hendak pergi ke butik untuk memenuhi janji pada kedua orangtuanya .

"Aku pergi dulu. Nanti setelah urusanku selesai, aku akan langsung pulang kemari," ujar Bagas seraya mengecup kening istrinya.

Aruna bergeming. Tidak menimpali. Bibirnya terkatup. Tidak berniat berucap sepatah katapun. Aruna memilih bersikap bungkam.

"Sayang … aku tidak bisa meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini. Tolong bicaralah! Jangan terus mendiamkan aku," pinta Bagas. Merasa frustasi dengan kediaman istrinya.

Dari semenjak pembicaraan tadi siang, Aruna tidak sedikitpun bicara pada Bagas. Dia bahkan terus memalingkan wajah, seolah tidak mengharapkan kehadirannya.

"Runa … lihat aku!"

Bagas menarik dagu Aruna agar menatap padanya. Nampak, mata Aruna yang sembab masih dipenuhi air mata. Aruna belum berhenti menangis.

"Aku mohon berhenti menangis! Aku janji hanya akan pergi sebentar."

Bagas mengusap air mata Aruna dengan kesal. Mengira istrinya bersedih karena tidak mau ditinggal pergi.

"Aku hanya pergi untuk mencoba baju pengantin, Runa. Setelah selesai, aku akan segera pulang."

"Pergilah!" ucap Aruna.

Perkataan Bagas malah membuat dada Aruna semakin sesak. Tangan Aruna pun tanpa sadar meremas sprei. Merasa sakit mendengar Bagas yang menegaskan tujuan kepergiannya.

"Aku tidak akan melarang mu pergi Bagas. Jadi pergilah! Aku akan membiasakan diri untuk hidup tanpamu."

"Runa …." lirih Bagas. Merasa kecewa mendengar kata-kata istrinya.

"Maaf tuan, nyonya kembali mengirim pesan agar Anda segera berangkat. Apa yang harus saya katakan?"

Bagas mengalihkan perhatian pada wanita paruh baya yang berdiri di belakangnya. Nampak, wanita itu terlihat bingung.

Beberapa puluh menit lalu, seorang wanita paruh baya datang ke ruang rawat Aruna. Wanita itu adalah salah satu pelayan di rumah keluarga Birendra. Orang tua Bagas sengaja mengirim wanita tersebut untuk menemani Aruna, sekaligus memintanya agar memastikan Bagas pergi setelah kedatangannya.

"Pergilah! Sudah ada orang yang akan menemaniku. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan ku," pinta Aruna dengan berat hati.

Aruna memang tidak ingin Bagas pergi untuk bertemu calon istrinya. Tapi di sisi lain, Aruna pun butuh waktu menyendiri tanpa suaminya. Hati Aruna selalu sakit setiap kali melihat Bagas.

Bagas menghela nafas. Dia melirik istrinya. "Baiklah … aku pergi. Kamu baik-baik lah disini. Jika ada apa-apa, segera minta Lastri untuk menghubungiku."

Aruna mengangguk. Tanpa berniat menimpali perkataan suaminya.

Bagas menatap tegas Lastri, pelayan yang ibunya kirim untuk menemani Aruna.

"Jaga Aruna dengan baik. Layani dia! Ingat, aku tidak akan memaafkanmu jika sampai terjadi hal buruk padanya."

"Baik tuan! Saya akan melayani nyonya muda dengan sebaik mungkin."

Bagas membungkukkan badan, lalu Mengecup kening Aruna. Pria itu pun pergi setelah kembali berpamitan pada istrinya.

"Bagas," lirih Aruna begitu melihat kepergian Bagas. Dada Aruna kembali sakit mengingat tujuan kepergian suaminya. "Kenapa kamu begitu kejam padaku, Bagas? Kenapa?"

Tangis Aruna kembali luruh. Aruna menumpahkan seluruh kesedihan dan rasa sakit hatinya. Aruna merasa takut. Tidak bisa membayangkan hidupnya setelah dimadu oleh suaminya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukan Salahku Selingkuh    William Agnibrata

    Di rumah sakitWilliam Agnibrata yang sudah sadar sedang melakukan pemeriksaan kesehatan. Beberapa dokter pun bertanya tentang banyak hal padanya. Dokter bertanya tentang nama, keluarga, profesi dan hal terakhir tentang kecelakaan yang William alami. William mampu menjawab semua pertanyaan dokter dengan baik. Dia ingat semua hal tentang dirinya, termasuk kecelakaan yang terjadi padanya. "Syukurlah … Keadaan tuan William baik-baik saja. Kecelakaan yang dialaminya sama sekali tidak mengganggu ingatan tuan William, seperti yang kita takutkan. Tuan William hanya perlu istirahat untuk memulihkan kondisi tubuhnya," ujar salah satu dokter, setelah selesai melakukan pemeriksaan. Widia Agnibrata dan Kusuma Agnibrata pun senang mendengar kabar baik tentang keadaan putra Mereka. Orang tua William tidak menyangka, William yang beberapa Minggu lalu harus menjalani operasi karena pendarahan otak akibat kecelakaan yang dialaminya akan sadar dengan keadaan ingatan utuh. Padahal sebelumnya, Dokt

  • Bukan Salahku Selingkuh    Cinta Buta

    PLAK! Tangan Bagas melayang dan mendarat tepat di wajah Lastri. Membuat tubuh wanita paruh baya itu tersungkur dan menelungkup di atas lantai. Terlihat sebercak darah keluar dari ujung bibir kanan Lastri. Wanita itu pun hanya bisa menunduk sambil terduduk di atas lantai."Beraninya kamu membawa istriku pergi tanpa seizinku!" berang Bagas seraya menunjuk wajah lastri dengan penuh amarah.Bagas marah besar. Tadi, setelah selesai bicara dengan dokter, Bagas kaget mendapati Aruna yang tidak ada di depan ruang dokter. Bagas pun kalang kabut mencari keberadaan istrinya. Dia sudah bertanya pada perawat dan pengunjung yang berada di sana, tapi tidak ada satupun dari mereka yang melihat kepergian Aruna. Setelah Bagas menemukan Aruna dan Lastri yang berada di lobby rumah sakit. Dia pun mengajak mereka pulang. Dan setiba di rumah, Bagas meminta Aruna untuk istirahat di kamar. kini, Bagas pun tengah menuntut penjelasan dari pelayannya. Hanya saja, Bagas tidak bisa menahan emosi, hingga ia sa

  • Bukan Salahku Selingkuh    Menuntut Balas

    Aruna dan Lastri berada di atap bangunan rumah sakit. Terlihat Aruna yang menangis. Meluapkan rasa sedih dan kecewanya karena pengkhianatan Bagas. Aruna meraung seraya memukuli dada. Meratapi kesengsaraan yang dialaminya setelah kecelakaan yang menimpanya.Lastri pun tidak mampu berbuat banyak. Wanita itu hanya diam. Dia berdiri di belakang Aruna seraya menatap iba padanya. "Bi … apa bibi sudah menemukan pria itu?" tanya Aruna. Melirik Lastri dengan berurai air mata. Aruna teringat pada William Agnibrata, pria yang sudah menabrak mobilnya.Lastri pun mengangguk. "Saya sudah menemukan tempat pria itu dirawat, Nyonya. Tapi, saya tidak bisa memastikan langsung keadaannya. Penjagaan di sana sangat ketat. Saya tidak diizinkan untuk mendekat." Aruna mengepalkan tangan. Merasa kesal pada keadaannya. Di saat Aruna harus berjuang mati-matian bertahan di samping Bagas hanya untuk bisa menjalani pengobatan demi mendapatkan kembali kemampuannya dalam berjalan, orang yang sudah membuat Aruna

  • Bukan Salahku Selingkuh    Tidak Bersisa

    Beberapa jam berlalu sejak Aruna menjalani pemeriksaan. Dia melakukan rontgen dan CT scan untuk mencari tahu penyebab kelumpuhan yang dialaminya.Aruna juga menjalani elektromiografi (EMG), guna memeriksa kontraksi otot-otot anggota gerak bagian bawahnya.Meski saat ini Aruna sama sekali belum dapat menggerakkan bagian bawah tubuhnya, tapi dari hasil pemeriksaan, dokter semakin yakin jika kelumpuhan yang Aruna alami hanya bersifat sementara. "Mari kita lakukan pengobatan dengan obat dan terapi. Saya akan meresepkan obat yang harus nyonya Aruna konsumsi untuk mengurangi peradangan yang terjadi. Dan untuk terapi, kita akan melakukan fisioterapi dan terapi okupasi. Jadwal terapi bisa kalian diskusikan dengan perawat yang bertugas," ujar dokter, setelah memberikan penjelasan tentang hasil pemeriksaan. Aruna dan Bagas pun mengangguk. Setuju dengan opsi pengobatan yang dokter berikan. Terlihat rasa lega dalam wajah Aruna. Dia merasa senang, karena dokter menjamin dirinya bisa kembali semb

  • Bukan Salahku Selingkuh    Mencari Informasi

    Di dalam ruang pemeriksaan, udara terasa hening dan tenang. Matahari masuk melalui jendela-jendela besar, menyinari ruangan dengan cahaya terang. Pada ranjang pemeriksaan, terlihat Aruna sedang berbaring. Nampak, seorang dokter tengah memeriksa keadaan kakinya. Sedang di sebelah dokter tersebut, terlihat Bagas memperhatikan proses pemeriksaan istrinya. "Sayang sekali, kenapa anda tidak memberikan perawatan intensif terhadap luka istri anda. Jika hal itu dilakukan, mungkin kaki nyonya Aruna tidak akan menjadi kaku seperti ini," tutur dokter seraya merangsang gerakan pada kaki Aruna dengan memukul daerah lututnya. Bagas melirik Aruna. Nampak, wajah Aruna yang terlihat tegang tidak jauh berbeda dengan dirinya. Bagas dan Aruna sama-sama khawatir, karena belum mendapatkan penjelasan pasti tentang cedera kaki yang Aruna alami."Banyak hal yang terjadi setelah kecelakaan. Aruna membutuhkan waktu untuk menenangkan diri, karena itu kami tidak buru-buru mengambil tindakan pengobatan untuk ka

  • Bukan Salahku Selingkuh    Suami Pembohong

    Aruna dan Bagas dalam perjalanan menuju rumah sakit. Nampak, keduanya sama-sama terdiam, Bagas tenggelam dalam pikirannya dan Aruna pun tenggelam dalam pikirannya sendiri. Di kursi belakang, Lastri memperhatikan kedua majikannya. Dia sempat khawatir pada Aruna yang mungkin akan hilang kendali setelah mengetahui kenyataan yang disembunyikan oleh suaminya, tapi dia lega karena ternyata Aruna mampu mengendalikan emosinya dengan baik. "Bagas," panggil Aruna. Memecah keheningan di dalam mobil. Bagas yang sedang menyetir pun menoleh. Dia tersenyum pada Aruna yang ternyata sedang menatapnya. "Kenapa?" Aruna kembali meluruskan pandangan. Menatap jalanan. "Berkendara seperti ini mengingatkanku pada kecelakaan yang aku alami tempo hari." Deg! Bagas dan Lastri sama-sama kaget mendengar Aruna yang tiba-tiba mengungkit kecelakaan yang dialaminya. "Hal itu sudah berlalu, sayang. Seharusnya, kamu tidak perlu lagi mengingat hal buruk itu. Aku tidak mau kamu bersedih," ujar Bagas. Menimpali pe

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status