Share

Keputusan Pahit

Penulis: El dvo
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-03 23:20:52

"Pergilah! Kami ingin membicarakan masalah pribadi," titah Dewi pada dokter dan perawat yang mengobati Aruna.

Dokter dan perawat pun bergegas pergi dari ruang rawat. Meninggalkan Aruna yang masih terpukul dengan kabar buruk yang baru saja di terimanya.

"Kamu dengar kata dokter kan Aruna? Saat ini kamu mandul. Kamu tidak bisa memberikan keturunan untuk Bagas. Jadi, lebih baik kamu dan Bagas bercerai saja. Bagas anak kami satu-satunya, kami harus mendapat penerus darinya," ujar Dewi. Menyadarkan Aruna dari pikirannya.

Aruna menatap sendu ibu mertuanya. Meski dia sudah terbiasa mendengar kata-kata pedas dari Dewi yang selalu menghina dan merendahkannya, tapi perkataan Dewi kali ini membuat hati Aruna tambah terluka.

Sebagai seorang wanita dan ibu, Dewi sungguh tidak berperasaan. Dia tidak sedikitpun menaruh iba pada Aruna yang baru saja kehilangan kandungan. Wanita itu malah memanfaatkan musibah yang menimpa Aruna untuk memisahkan Bagas darinya.

"Berapapun uang yang kamu inginkan, akan kami berikan. Asalkan kamu pergi dari kehidupan Bagas."

"Cukup mah! Jangan keterlaluan!"

Bagas membentak ibunya. Tidak tahan mendengar ocehan Dewi. Dia pun menatap nyalang wanita yang sudah melahirkannya.

"Berapa kali lagi Bagas harus tegaskan? Bagas tidak akan menceraikan Aruna."

"Bagas, jaga sikapmu! Beraninya kamu membentak ibumu hanya untuk membela wanita tidak berguna itu!" tegur Dimas yang dari tadi diam. Berkata tegas pada putranya.

Bagas pun memalingkan wajah. Menahan kesal pada orang tuanya. "Apapun alasan mamah, Bagas tetap tidak akan menceraikan Aruna. Bagas sangat mencintai Aruna."

Aruna menatap sendu suaminya. Merasa terenyuh oleh kata-katanya. Tapi, bayangan pengkhianatan Bagas tiba-tiba terlintas di pelupuk mata. Hati Aruna yang terluka pun pedih mengingatnya. Bagas sudah berkhianat. Dia sudah mengotori janji suci pernikahan mereka.

"Mari bercerai, Gas. Aku ingin mundur dari pernikahan kita," cetus Aruna.

Bagas mengeraskan rahang. Kesal sekaligus kecewa mendengar kata cerai yang Aruna lontarkan. Padahal, Bagas tengah berusaha mempertahankan hubungan mereka. Bagas mengepalkan tangan dengan erat. Mencoba untuk tenang. Dia sadar keadaan Aruna sedang tidak stabil, hingga tidak bisa berpikir jernih.

"Aruna … sampai kapanpun, aku tidak akan menceraikanmu. Jadi, jangan lagi terucap kata cerai dari bibirmu."

Aruna menatap sendu suaminya. "Aku tetap ingin bercerai. Aku tidak bisa menerima pengkhianatan yang kamu lakukan."

Bagas tertegun mendengar perkataan istrinya. Dia baru sadar, Aruna sudah mengetahui perselingkuhannya. Terlihat, senyum Dewi mengembang mendengar permintaan menantunya.

"Mamah mendukung keputusan Aruna, Bagas. Lebih baik, kalian bercerai saja. Ayo, sekarang ucapkan kata talak pada Aruna. Kalian hanya menikah siri, jadi dengan kata talak saja hubungan kalian berakhir."

"Mah, tolong jangan ikut campur urusan Bagas!"

Bagas kembali membentak ibunya. Dia pun mendekati Aruna, lalu memegang tangannya.

"Sayang … aku tidak akan menceraikan mu, apalagi dalam keadaan mu sekarang."

Aruna melepaskan genggaman Bagas. "Aku tetap ingin bercerai."

"Tidak bisa! Siapa yang akan merawatmu kalau kita bercerai?" tolak Bagas. Menatap tegas istrinya. "Aruna … karena kecelakaan yang kamu alami, kamu tidak hanya kehilangan bayi kita, tapi kamu juga kehilangan kakimu. Untuk sementara, kamu tidak akan bisa berjalan."

"APA?!"

Aruna kaget mendengar kabar buruk lain yang menimpanya. Air mata yang sempat berhenti pun kembali mengalir.

"Maksudmu, aku lumpuh?" tanya Aruna. Menegaskan.

Bagas mengangguk. "Dokter bilang kelumpuhanmu hanya sementara. Kamu harus melakukan terapi agar bisa berjalan kembali."

Aruna menggigit bibir. Menahan rasa sakit yang mendera hatinya. Dia merasa nasibnya begitu sial. Bagai pepatah bilang, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Aruna mengalami nasib malang yang bertubi-tubi. Sudah dikhianati suami, kehilangan kandungan, tidak bisa hamil, dan kini Aruna harus menerima keadaan kakinya yang lumpuh.

Sungguh! Aruna putus asa dengan hidupnya. Dia merasa Tuhan tidak berbuat adil padanya.

"Tenanglah sayang, aku janji akan membantumu agar bisa berjalan lagi. Karena itu, jangan berpikir macam-macam. Kita tidak akan pernah bercerai."

Aruna bergeming. Tidak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi dalam hidupnya. Aruna pasrah. Dia putus asa.

"Bagas, kenapa kamu begitu bodoh? Mamah mohon, ceraikan saja wanita miskin itu. Dia hanya akan menjadi beban bagimu."

Bagas mendelik. "Tidak Mah! Bagas mencintai Aruna, Bagas tidak akan bercerai. Tolong … Mamah jangan terus memaksa Bagas atau Bagas akan meninggalkan mamah."

Dewi tersentak mendengar ancaman putranya. Dia tahu, Bagas bersungguh-sungguh. Bagas pria keras kepala, karena itu dewi sangat berhati-hati berurusan dengan putranya. Tidak mau kehilangan Bagas untuk kedua kalinya.

"Pah!"

Dewi melirik suaminya, meminta pertolongan. Tidak rela putra satu-satunya hidup bersama wanita miskin yang tidak sepadan dengan keluarganya. Apalagi, keadaan Aruna saat ini lumpuh. Dia pasti akan sangat merepotkan Bagas.

"Oke. Kalau kamu tetap pada pendirian mu untuk bersama wanita itu. Kami akan terima."

Dewi mendelik. Menatap nanar suaminya.

Dimas mendekati Dewi, lalu mengusap pundaknya. Meminta Dewi untuk tenang.

"Papah dan mamah akan mengijinkan kamu tetap bersama wanita itu, tapi dengan satu syarat."

Aruna, Bagas, dan Dewi menatap Dimas dengan penuh tanya. Nampak, rasa penasaran tersirat dalam wajah mereka.

"Menikahlah dengan Carissa. Papah sudah bicara pada Carissa dan orang tuanya. Carissa bersedia untuk menjadi istri keduamu dan orang tuanya pun setuju melanjutkan perjodohan yang dulu sempat batal, meski saat ini sudah menikah."

"Tapi, Pah–."

"Tidak ada tapi-tapian Bagas! Papah tahu, kamu juga tertarik pada Carissa. Buktinya, beberapa bulan ini hubungan kalian berjalan lancar."

"Pah–."

Bagas hendak berkata, namun Dimas kembali menyela. Pria itu menatap Bagas dengan tegas.

"Kami tidak meminta banyak Bagas. Nikahi Carissa dan berikan kami keturunan. Benar kata ibumu, kamu putra kami satu-satunya dan kami butuh penerus."

Bagas bergeming. Tidak menjawab. Pria itu terlihat bingung. Nampak, Aruna pun hanya diam. Bingung dengan keadaan yang dialaminya.

"Bagas, kami tidak peduli kelanjutan pernikahanmu dengan wanita miskin itu," Dimas menunjuk Aruna dengan dagu. Memperlihatkan sikap angkuhnya. "Kami hanya ingin seorang penerus dan wanita itu tidak bisa memberikannya. Karena itu, nikahi Carissa. Lakukan itu demi baktimu pada kami."

Bagas melirik Aruna. Menatap istrinya dengan sendu. Dia tidak mau menyakiti Aruna, tapi perkataan ayahnya benar. Aruna tidak akan bisa memberinya keturunan.

"Maafkan aku, Runa. Keadaanmu membuatku terpaksa mengambil keputusan ini."

Aruna memejamkan mata. Paham dengan keputusan yang akan diambil suaminya. Nampak, air mata tidak henti mengalir di wajah putih Aruna yang sudah terlihat sembab.

Bagas melirik orang tuanya. "Bagas setuju untuk menikah dengan Carissa, tapi Bagas minta syarat dari kalian."

"Katakan!" cetus Dimas dengan semangat. Nampak, senyum sumringah muncul di wajahya dan istrinya. Senang mendengar keputusan Bagas.

Bagas menatap lekat kedua orang tuanya. "Bagas akan menikahi Carissa, tapi kalian harus menerima Aruna sebagai istri pertama Bagas. Bagas ingin, kalian menerima Aruna sebagai menantu."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukan Salahku Selingkuh    William Agnibrata

    Di rumah sakitWilliam Agnibrata yang sudah sadar sedang melakukan pemeriksaan kesehatan. Beberapa dokter pun bertanya tentang banyak hal padanya. Dokter bertanya tentang nama, keluarga, profesi dan hal terakhir tentang kecelakaan yang William alami. William mampu menjawab semua pertanyaan dokter dengan baik. Dia ingat semua hal tentang dirinya, termasuk kecelakaan yang terjadi padanya. "Syukurlah … Keadaan tuan William baik-baik saja. Kecelakaan yang dialaminya sama sekali tidak mengganggu ingatan tuan William, seperti yang kita takutkan. Tuan William hanya perlu istirahat untuk memulihkan kondisi tubuhnya," ujar salah satu dokter, setelah selesai melakukan pemeriksaan. Widia Agnibrata dan Kusuma Agnibrata pun senang mendengar kabar baik tentang keadaan putra Mereka. Orang tua William tidak menyangka, William yang beberapa Minggu lalu harus menjalani operasi karena pendarahan otak akibat kecelakaan yang dialaminya akan sadar dengan keadaan ingatan utuh. Padahal sebelumnya, Dokt

  • Bukan Salahku Selingkuh    Cinta Buta

    PLAK! Tangan Bagas melayang dan mendarat tepat di wajah Lastri. Membuat tubuh wanita paruh baya itu tersungkur dan menelungkup di atas lantai. Terlihat sebercak darah keluar dari ujung bibir kanan Lastri. Wanita itu pun hanya bisa menunduk sambil terduduk di atas lantai."Beraninya kamu membawa istriku pergi tanpa seizinku!" berang Bagas seraya menunjuk wajah lastri dengan penuh amarah.Bagas marah besar. Tadi, setelah selesai bicara dengan dokter, Bagas kaget mendapati Aruna yang tidak ada di depan ruang dokter. Bagas pun kalang kabut mencari keberadaan istrinya. Dia sudah bertanya pada perawat dan pengunjung yang berada di sana, tapi tidak ada satupun dari mereka yang melihat kepergian Aruna. Setelah Bagas menemukan Aruna dan Lastri yang berada di lobby rumah sakit. Dia pun mengajak mereka pulang. Dan setiba di rumah, Bagas meminta Aruna untuk istirahat di kamar. kini, Bagas pun tengah menuntut penjelasan dari pelayannya. Hanya saja, Bagas tidak bisa menahan emosi, hingga ia sa

  • Bukan Salahku Selingkuh    Menuntut Balas

    Aruna dan Lastri berada di atap bangunan rumah sakit. Terlihat Aruna yang menangis. Meluapkan rasa sedih dan kecewanya karena pengkhianatan Bagas. Aruna meraung seraya memukuli dada. Meratapi kesengsaraan yang dialaminya setelah kecelakaan yang menimpanya.Lastri pun tidak mampu berbuat banyak. Wanita itu hanya diam. Dia berdiri di belakang Aruna seraya menatap iba padanya. "Bi … apa bibi sudah menemukan pria itu?" tanya Aruna. Melirik Lastri dengan berurai air mata. Aruna teringat pada William Agnibrata, pria yang sudah menabrak mobilnya.Lastri pun mengangguk. "Saya sudah menemukan tempat pria itu dirawat, Nyonya. Tapi, saya tidak bisa memastikan langsung keadaannya. Penjagaan di sana sangat ketat. Saya tidak diizinkan untuk mendekat." Aruna mengepalkan tangan. Merasa kesal pada keadaannya. Di saat Aruna harus berjuang mati-matian bertahan di samping Bagas hanya untuk bisa menjalani pengobatan demi mendapatkan kembali kemampuannya dalam berjalan, orang yang sudah membuat Aruna

  • Bukan Salahku Selingkuh    Tidak Bersisa

    Beberapa jam berlalu sejak Aruna menjalani pemeriksaan. Dia melakukan rontgen dan CT scan untuk mencari tahu penyebab kelumpuhan yang dialaminya.Aruna juga menjalani elektromiografi (EMG), guna memeriksa kontraksi otot-otot anggota gerak bagian bawahnya.Meski saat ini Aruna sama sekali belum dapat menggerakkan bagian bawah tubuhnya, tapi dari hasil pemeriksaan, dokter semakin yakin jika kelumpuhan yang Aruna alami hanya bersifat sementara. "Mari kita lakukan pengobatan dengan obat dan terapi. Saya akan meresepkan obat yang harus nyonya Aruna konsumsi untuk mengurangi peradangan yang terjadi. Dan untuk terapi, kita akan melakukan fisioterapi dan terapi okupasi. Jadwal terapi bisa kalian diskusikan dengan perawat yang bertugas," ujar dokter, setelah memberikan penjelasan tentang hasil pemeriksaan. Aruna dan Bagas pun mengangguk. Setuju dengan opsi pengobatan yang dokter berikan. Terlihat rasa lega dalam wajah Aruna. Dia merasa senang, karena dokter menjamin dirinya bisa kembali semb

  • Bukan Salahku Selingkuh    Mencari Informasi

    Di dalam ruang pemeriksaan, udara terasa hening dan tenang. Matahari masuk melalui jendela-jendela besar, menyinari ruangan dengan cahaya terang. Pada ranjang pemeriksaan, terlihat Aruna sedang berbaring. Nampak, seorang dokter tengah memeriksa keadaan kakinya. Sedang di sebelah dokter tersebut, terlihat Bagas memperhatikan proses pemeriksaan istrinya. "Sayang sekali, kenapa anda tidak memberikan perawatan intensif terhadap luka istri anda. Jika hal itu dilakukan, mungkin kaki nyonya Aruna tidak akan menjadi kaku seperti ini," tutur dokter seraya merangsang gerakan pada kaki Aruna dengan memukul daerah lututnya. Bagas melirik Aruna. Nampak, wajah Aruna yang terlihat tegang tidak jauh berbeda dengan dirinya. Bagas dan Aruna sama-sama khawatir, karena belum mendapatkan penjelasan pasti tentang cedera kaki yang Aruna alami."Banyak hal yang terjadi setelah kecelakaan. Aruna membutuhkan waktu untuk menenangkan diri, karena itu kami tidak buru-buru mengambil tindakan pengobatan untuk ka

  • Bukan Salahku Selingkuh    Suami Pembohong

    Aruna dan Bagas dalam perjalanan menuju rumah sakit. Nampak, keduanya sama-sama terdiam, Bagas tenggelam dalam pikirannya dan Aruna pun tenggelam dalam pikirannya sendiri. Di kursi belakang, Lastri memperhatikan kedua majikannya. Dia sempat khawatir pada Aruna yang mungkin akan hilang kendali setelah mengetahui kenyataan yang disembunyikan oleh suaminya, tapi dia lega karena ternyata Aruna mampu mengendalikan emosinya dengan baik. "Bagas," panggil Aruna. Memecah keheningan di dalam mobil. Bagas yang sedang menyetir pun menoleh. Dia tersenyum pada Aruna yang ternyata sedang menatapnya. "Kenapa?" Aruna kembali meluruskan pandangan. Menatap jalanan. "Berkendara seperti ini mengingatkanku pada kecelakaan yang aku alami tempo hari." Deg! Bagas dan Lastri sama-sama kaget mendengar Aruna yang tiba-tiba mengungkit kecelakaan yang dialaminya. "Hal itu sudah berlalu, sayang. Seharusnya, kamu tidak perlu lagi mengingat hal buruk itu. Aku tidak mau kamu bersedih," ujar Bagas. Menimpali pe

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status