Share

Kecemburuan Sena

"Laper..." rengek Adinda manja.

"Bentar. Ada yang harus gue pastiin," ucap Sena.

"Apa?"

"Kenapa elo nggak marah?" tanya Sena.

"Marah soal apa?" Adinda balik bertanya.

"Si brengsek itu udah cium pipi elo, Dinda..." ucap Sena geram.

"Tapi, gue nggak berasa apa-apa, Sena."

Sena melirik sinis ke arah Adinda. "Iyalah, orang elo pingsan."

"Jangan-jangan om itu pacar elo? Makannya waktu lo tahu dicium biasa aja," tuduh Sena.

"Nggak usah asal nuduh. Gue nggak punya pacar. Lagian yang lo maksud siapa sih? Bahas om-om mulu dari tadi."

"Kan gue udah bilang gatau namanya, Dinda..."

"Yaudah, biasa aja gausah ngegas."

Adinda membuka kotak pizza. Mengambil sepotong hendak memakannya, tapi Sena menghalau pergerakannya.

"Nggak usah dimakan udah jatuh. Jorok," cibir Sena.

"Jatuhnya kan masih pake bungkus. Nggak bakalan kotor juga ini pizzanya. Udah ah awas, gue laper pengen makan."

Sena bergeming. Enggan melepaskan cekalannya. "Jawab dulu, itu pacar elo atau bukan?"

Adinda menelisik netra Sena.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status