Share

Sidang Skripsi

Dua minggu berlalu. Adinda, Sena, dan Arfan duduk di depan ruang sidang. Harap-harap cemas tampak di raut wajah Adinda dan Arfan ketika menunggu giliran selanjutnya. Berbeda dengan keduanya, Sena tampak santai dan biasa-biasa saja.

"Sayang, kenapa donat tengahnya bolong?"

"Kalau yang utuh namanya bolu."

"Salah. Yang utuh itu cinta aku ke kamu wkwk."

Satu pukulan mendarat di lengan Sena. "Ih, dasar jokes Bapak-bapak."

"He he... Biar sedikit mencair suasananya loh, Sayang. Habisnya kamu dari tadi tegang mulu sih."

"Ya gimana nggak tegang. Mau sidang juga. Emangnya kamu, daritadi santai begitu."

"Ya buat apa pusing-pusing sih. Kalau ditanya ya tinggal di jawab. Begitu aja repot."

"Heh, enak banget ya itu bibir kalau ngoceh."

"Kalian ini... Udah mau sidang masih aja ribut," ucap Arfan kesal.

"Ya gimana, Fan. Abisnya si Sena ngeselin."

"Halah. Ngeselin begitu juga lo bucin," cibir Arfan.

"He he he... Jelas kalau itu mah," ucap Adinda cengangas-cengenges.

"Arfan Ardyatama..." panggil pe
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status