Bab28
"Jangan ...." kali ini Joe bersuara dan meraih lengan Mary.
Perasaan Joe benar-benar dilema."Mengapa aku tidak boleh pergi?"
"Mari kita rayakan bersama," ucap Joe lagi. Joe melihat ke arah Case.
"Case, istirahatlah ke dalam, dan kita akan bicara nanti," pinta Joe dengan lembut.
"Aku akan keluar," kata Case pelan.
"Kau tidak diizinkan," sahut nyonya Sabhira.
"Kenapa? Aku harus mencari ibuku, dan anda tidak berhak melarangku," bentak Case dengan tatapan tajam menatap nyonya Sabhira.
"Kau berani sekali melawanku." Nyonya Sabhira berniat menampar wajah Case, namun wanita itu menahan tangannya.
"Jangan sentuh saya! Atau kalian semua akan menyesal," bentak Case, sembari menghempaskan tangan nyonya Sabhira dengan kasar.
"Wow, sepertinya dia sedang kerasukan," kata Mary White, yang terkejut dengan keberanian Case.
"Case, kendalikan dirimu. Untuk masalah ibumu yang hilang, bukankah aku sudah berjan
Bab29Case begitu bersemangat. Namun ketika dia membawa tasnya keluar kamar dan bergegas berjalan menuju pintu.Suara keras bariton itu menghentikan langkah Case."Kau mau kemana?" tanya Joe Wilianus. "Letakkan kembali tas itu! Dan masuk ke dalam kamar," titah Joe keras.Case membalikkan badan. "Joe, mari kita bercerai. Dan masalah warisan, silahkan kamu ambil semuanya! Aku tidak butuh, aku cuma mau ibuku," sahut Case dan wanita itu kembali melangkah lebar menuju pintu utama."Berhenti, Case Mowelas! Atau kamu, akan menyesali semuanya," teriak Joe keras. Namun Case tidak memperdulikannya, dia terlalu lelah untuk bertahan di keluarga Wilianus yang kejam itu."Joe, biarkan dia! Hentikan semua ini. Lagi pula, tujuanmu menikahi dia, hanya untuk warisan kakek. Dan sekarang, wanita itu menyerahkan sepenuhnya pada kamu! Ceraikan dia, Joe. Dan kamu, nikahi Mary White, dia pasangan yang pantas untukmu," ucap nyonya Sabhira.Joe terdiam, mata l
Bab30Khan Wilson yakin, tidak ada yang kebetulan, semua pasti ada sebabnya. Hal itu pulalah, yang membuatnya semakin dilanda rasa penasaran yang tinggi.Khan Wilson menunjukkan kamar untuk Case tempati."Kamu yakin ini kamarku?" tanya Case pada Khan. Kamar yang sangat mewah dan luas. Serta di lengkapi dengan perabotan elit di dalamnya."Tentu saja, di apartemen ini, kamar cuma ada dua. Apakah kamu mau sekamar denganku?" tanya Khan dengan tatapan nakal."Haha." Case menanggapinya dengan tawa."Masuk dan beristirahatlah! Aku ke kantor dulu, masih ada pekerjaanku yang belum selesai," kata Khan."Baiklah, sekali lagi terimakasih," jawab Case lembut."Tidak masalah," sahut Khan sembari tersenyum manis.Case merebahkan dirinya di atas kasur empuk. Pandangannya menerawang keseluruh langit-langit kamar yang di desain sangat mewah dan indah.Wanita itu meraih ponselnya dan membuka layar kunci. Begitu banyak panggila
Bab31"Ini untukmu!" Khan Wilson memberikan bingkisan tas belanja dari brand ternama."Apa ini?" Case bingung dan meraih itu dari tangan Khan."Pakailah gaun ini, dan ikut bersamaku malam ini."Case Mowelas mengernyit. "Tuan, apakah kita akan pergi ke pesta? Bagaimana caraku untuk berbahagia, sedangkan ibuku belum juga di temukan dan aku belum tahu kabarnya sama sekali.""Kamu tenang saja, cepat atau lambat, kamu pasti akan tahu. Maka dari itu, ikutlah bersamaku malam ini.""Tuan Khan, apa maksud anda? Apakah ada sesuatu yang di sembunyikan?" selidik Case.Khan Wilson tersenyum. "Ini kejutan untukmu," jawab Khan Wilson."Tahan semua rasa penasaranmu, yang jelas, kamu pasti akan tahu maksudku nanti."Case pun mengalah, dan dia pun hanya mengikuti ucapan lelaki tampan di depannya itu._____"Case bersamamu?" tanya Wiliam, ketika memanggil Khan Wilson ke ruangannya."Ya, Tuan."Wiliam m
Bab32Suara bariton itu membuat Deslim terkejut."Ketua," desah Deslim White.Lelaki yang dipanggil ketua itu pun mendekati mereka. Deslim White, Khan Wilson memberi hormat, hanya Case yang bersikap dingin, ketika melihat lelaki itu mendekati mereka."Deslim, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Wiliam."Saya hanya makan siang bersama teman-teman. Tapi mereka sudah pulang, dan saya pun berniat untuk pulang juga," jawab Deslim dengan ramah."Oh." Wiliam menjawab datar."Tuan Wilson, mari kita naik," ucap Wiliam."Deslim, saya duluan oke," lanjut Wiliam dengan santai.Deslim hanya tersenyum kecil menanggapi. Hatinya bertanya-tanya, ada pertemuan apa, antara calon mertuanya itu dengan wanita miskin yang kini menjadi perhatiannya dengan serius.Mereka memasuki ruang private yang telah di sediakan.Masing-masing mengambil posisi duduk. Case menatap datar wajah lelaki di depannya.Dalam hati dia
Bab33Sebulan lamanya, Case tinggal bersama Khan Wilson."Mengapa Case tidak pernah mencari ibunya lagi? Dia bahkan lebih banyak diam sekarang ini," gumam Khan Wilson, sembari sesekali melirik Case, yang sedang menyantap sarapannya."Case, mau menemaniku hari ini?" tanya Khan Wilson."Kemana?" Case bertanya balik."Sudah, nanti juga kamu akan tahu! Aku tidak menerima penolakkan, oke!" tegas Khan Wilson tersenyum kecil, dan di sambut senyuman kecil pula dari Case.Usai sarapan, keduanya pun bersiap, dan menuju mobil.Pusat perbelanjaan terbesar, kini menjadi tujuan keduanya.Case memandangi pusat perbelanjaan itu dengan perasaan kagum."Milik ayah," gumam Case dalam hati.Khan Wilson meraih tangan Case Mowelas dan membawanya berjalan-jalan menyusuri tempat yang menjadi surga bagi semua wanita di dunia ini.Segala kemewahan dan keindahan ada tersusun rapi menggoda mata.Sesekali Case takjub mel
Bab34"Bicaralah! Aku tidak ingin berlama-lama," titah Case."Oh ya, kapan kamu ajukan perceraian kita? Aku sangat tidak sabar, untuk terlepas dari semua ini," lanjut Case."Apakah kamu seyakin itu? Bahwa aku akan menceraikanmu?""Oh, jadi kamu berniat membuat hubungan ini tidak terarah?""Tergantung sikap kamu, Case."Case mendengkus. "Joe Wilianus, apakah kamu tidak jenuh dengan semua permintaan Ibu? Bukankah ini impiannya, membuat aku pergi dari rumah ini, dan memisahkan aku dan kamu. Oh lupa, itu juga impianmu kan!" ucap Case sembari tersenyum mengejek."Apapun yang kamu katakan, aku tidak perduli, oke. Yang penting, kamu kembali pulang ke rumah, atau kutuntut Tuan Khan kesayanganmu itu ke pengadilan, karena telah berani membawa pergi istri orang," tegas Joe pada Case."Mereka menyimpan sesuatu yang aku perlukan sebagai bukti. Bertahanlah dan carilah buktinya demi ibumu, dan kita sama-sama mencari keadilan untuknya." Perkat
Bab35"Case akan tinggal di rumah ini lagi. Biar bagaimana pun, Case adalah menantu di rumah ini."Nyonya Sabhira mendengkus. "Aku tidak pernah mengakuinya, menjijikkan sekali," ejek nyonya Sabhira, sembari memandang rendah ke arah Case."Ini keputusan Joe, suka tidak suka, Case akan tetap tinggal di sini," tegas Joe. Kemudian laki-laki itu meraih tangan Case, dan membawa wanita itu masuk ke dalam rumah.Nyonya Sabhira sangatlah marah, mendapati sikap Joe yang semakin seenaknya. Akan tetapi, wanita tua itu tetap menyabarkan diri, dan berniat lain pada Case.Mungkin dengan adanya wanita itu lagi, dia tidak perlu repot mencari pembantu. Sebab kedatangan Case kembali, hanya untuk dia perbudak saja.Elvina yang mengetahui kedatangan Case lagi pun terkejut."Ibu kenapa diterima lagi? Kalau sampai si Mary tahu, pasti dia akan menyetop uang jajan Elvina," keluh wanita itu kesal."Mau bagaimana lagi? Kakak kamu yang begitu memaksa. Sud
Bab36Sepanjang perjalanan menuju Yayasan, Joe dan Case tidak lagi banyak bicara.Keduanya saling terdiam, usai memperdebatkan perlakuan nyonya Sabhira padanya.Tiba-tiba, mobil keduanya memasuki jalan sepi dan dihadang beberapa mobil hitam yang terbilang cukup mahal.Joe dan Case sangat terkejut. "Siapa mereka? Mengapa mereka menutup jalan kita?" gumam Case yang mulai gemetar."Tidak tahu, aku tidak mengenali siapapun diantara mereka," jawab Joe.Seseorang berpakaian serba hitam, dengan masker penutup wajah, dan topi hitam yang berada di kepalanya."Keluar," teriak lelaki itu, sambil mengacungkan senjata api ke arah mobil mereka."Joe," lirih Case, sembari memegangi tangan Joe."Kita keluar," jawab Joe tenang. Lelaki itu berusaha tidak panik."Aku takut," ucap Case lagi, dengan tubuhnya yang mulai gemetar."Kita keluar saja, dari pada mati konyol mereka tembak," tegas Joe pada Case.