Arana tak menyahut. Dia hanya diam memandang kearah tangga. Kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Arana, kamu kenapa sayang" Miranda terkejut melihat sikap Arana. Saga yang melihat itu langsung mendekati Arana. "Arana kamu kenapa?" menarik pelan tangan Arana yang menutupi wajahnya. Nampak air mata sudah mengalir deras di kedua pipi Arana, tatapannya kosong, wajahnya pucat pasi. Rendra menatap tajam dan dingin dengan rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal kuat berusaha menahan dirinya melihat keadaan Arana. "Kita pulang!" ucap Saga lalu menggendong Arana ala bridal. Saga membawa Arana keluar dari rumah orang tuanya. Bima dan Miranda mengikuti Saga sampai ke depan teras. menyuruh meminta sopir untuk mengantarkan mereka kembali ke rumah. Saga sama sekali tidak berniat melepaskan Arana dari pelukannya. Saga memeluk Arana yang terus menangis dan bergumam lirih."Anakku, anakku,,"Suara Arana sangat menyayat hati Saga. Rahangnya mengeras dan matanya memerah. Ada ra
Setelah sampai di rumah mereka Saga kembali menggendong Arana, membawanya masuk ke kamar mereka yang ada di lantai dua. Dengan hati-hati sekali Saga menidurkan Arana di atas ranjang lalu melepaskan sepatu Arana dan menyelimuti nya. Saga duduk di samping Arana. Tangannya terulur mengusap pipi Arana untuk membersihkan bekas air mata yang ada di pipi pucat Arana. "Maafkan aku. Aku sangat menyesal untuk semua yang terjadi." bisik Saga lirih. "Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi hari itu. Rendra menuduh Tania yang membuatmu jatuh tapi Tania mengatakan kamu terpeleset karena tidak mau berbicara dengan nya" gumam Saga sembari merapikan rambut Arana yang sedikit berantakan. "Jika yang di katakan Rendra benar, aku tidak akan pernah memaafkan Tania. Aku sendiri yang akan membalasnya" ujar Saga dingin. Saga menghela nafas panjang lalu mencium kening dan pipi Arana. "Aku mencintaimu Arana. Aku jatuh cinta padamu sejak pertama melihatmu. Tapi kamu tidak pernah menyadari nya" gumam Saga
masih flashback "Hah Hhhhh" Tanpa bisa di tahan tawa Saga pecah.Sambil memegangi perutnya Saga mencibir Rendra, "Ternya pesona kamu tidak berfungsi di hadapan Arana Dra"Arana terpaku melihat Saga yang tertawa lepas. 'Wah ternyata ganteng kalau tertawa' puji Arana dalam hati. "Hey lihat nya kesini! Bukan ke Saga. Dia itu calon kakak ipar kamu" Rendra menjetikkan jarinya ke depan wajah Arana. "Ck, apa sih" kesal Arana mengibaskan tangannya. Mereka bertiga kompak terdiam saat mendengar suara mobil berhenti di depan rumah. "Siapa?" Rendra membalikkan badannya untuk mengintip siapa yang datang dari balik tirai jendela. "Mbak Kiara sama Ayah kayaknya" jawab Arana menduga. "Shuuut" Rendra memberi isyarat untuk diam. Saat melihat Kiara turun dari mobil dengan menangis. "Siapa?" tanya Saga mengerutkan dahinya. "Diam" Bisik Rendra mendelik pada Saga dan Arana. Terdengar langkah kaki mendekat, "Kamu langsung masuk kamar Arana! Ganti baju dan cuci wajah kamu itu" suara yang berasal dar
Masih FlashbackSudah beberapa kali Saga mendatangi Arana di sekolahnya. Seperti hari ini, saat Arana pulang sekolah Saga sudah menunggunya di depan sekolah. "Ada apa sih Kak?" tanya Arana setelah masuk ke dalam mobil Saga. "Aku perlu bicara sama kamu" Saga memiringkan tubuhnya menghadap Arana. "Apalagi? Soal mbak Kiara? Kakak ngomong langsung aja ke orangnya?" kesal Arana. Dia tidak ingin terlibat dalam masalah kakaknya dan calon suaminya. Sudah tiga hari ini Saga mendatanginya saat pulang sekolah. Sehingga membuat Arana terlambat pulang dan kena marah bapaknya. Setiap kali di tanya Jatmiko alasannya terlamnta pulang, Arana tidak tahu harus menjawab apa. "Ok ini yang terakhir." tutur Saga santai. "Bener" Arana memicingkan mata kearah Saga. "Iya. Aku cuma mau tahu ukuran jari tangan kamu" Ujar Saga lalu mengambil satu kotak kecil dari saku celananya. "Maksudnya? Kenapa ukuran jari aku?" Arana menatap Saga dengan tatapan curiga. "Maksud aku ukuran jari Kiara" ralat Saga. "Tru
Flashback off. Saga tersenyum sendiri mengingat apa yang sudah dia lakukan dulu untuk bisa menikah dengan Arana. Meskipun pada awalnya dia tidak menyadari rasa cintanya pada Arana. "Aku tidak pernah lupa seperti apa kamu membuatku melakukan semua hal gila itu, Arana." gumam Saga pelan. "Demi memberikan pesta pernikahan impianmu, aku sampai beberapa kali datang ke sekolahmu dengan dalih memberi kejutan untuk Kiara." Saga menghela nafas lelah. "Tapi kenapa kamu tidak bisa melihat cintaku sayang" keluh Saga sambil menundukkan kepalanya. "Aku harus seperti apa, agar kamu mau kembali bersamaku seperti empat bulan awal pernikahan kita." Saga mencium kening Arana lalu beranjak naik ke ranjang. Membaringkan tubuhnya di samping Arana sambil memeluknya. Saga meluapkan Rasa rindu yang selama empat tahun dia tahan. Di ciuminya kening Arana dengan rasa sayang. Lalu menghirup aroma tubuh Arana yang sangat dia rindukan. "Maafin Mas Sayang" bisik Saga dengan menutup mata nya. Saga mengeratkan
Arana povDasar menyebalkan seenaknya saja mencium orang. Aku menggeruru dalam hati mengingat kejadian semalam. Saat aku terbangun dari tidurku sepulang dari kediaman keluarga Bagaskara. Aku sangat kesal dengan Mas Saga. Bisa-bisanga dia bersikap tidak sopan padaku, memeluk dan mencium ku tanpa izin. Meskipun aku istrinya tapi kita tidak dalam hubungan yang baik-baik saja. Ceklek, Pintu kamar mandi terbuka. Mas Saga keluar dari kamar mandi dengan wajah yang berbeda dari biasanya. Ada apa dengannya? Apa maksudnya itu? Dia tersenyum padaku? Aku mengernyit bingung, Apa tadi dia terpeleset di kamar mandi? Lalu kepalanya terbentur dan membuatnya mengalami gegar otak. Ya Tuhan. Apa apaan ini? Dia hanya memakai handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya. "Astaga" Aku langsung memalingkan wajah ku kearah lain. "Ada apa?" Mas Saga berjalan mendekat kearah ku. "Stop!" perintahku yang langsung di lakukan mas Saga. "Pakai baju dulu sana!" Aku menunjuk pintu ruang pakaian yang ada dibelak
"Ayo kita berdamai. Lupakan masa lalu, lupakan semua kebencian mu padaku. Ayo kita berdamai dengan masa lalu untuk satu tahun ke depan" kata Mas Saga mengutarakan keinginannya."Aku akan menebus semua kesalahanku sama kamu" tambahnya meyakinkan. Hatiku memanas mendengar keinginan mas Saga. Dia ingin aku melupakan semuanya. "Kenapa aku harus melupakan semuanya?" tanyaku tidak terima, "Apa demi Tania? kamu ingin menebus dosa Tania?" Aku benar-benar sakit hati mendengar keinginannya. "Bukan gitu Na" sanggah Mas Saga. "Aku hanya tidak ingin...""Tidak ingin aku menyakiti kekasihmu itu?" selaku memotong kalimat mas Saga "Kamu tidak perlu menebus dosa-dosa kamu. Juga tidak perlu khawatir, aku tidak akan menyentuh kekasih tercintamu itu." Aku berdiri dan melangkah pergi meninggal Mas Saga.Rasa sesak itu mulai terasa lagi. Setiap aku mengingat kejadian itu, rasa sesak kembali terasa di dadaku. Ketika aku memasuki ruang tamu, aku mendengar derap kaki Mas Saga mengejar ku. "Rana, dengerin
Arana pov. Aku membereskan barang-barang ku dan beberapa baju untuk pindah ke kamar lain di sebelah ruang kerja Mas Saga. Sejak kejadian kemarin siang aku jadi takut tidur di dalam kamar yang sama dengan Mas Saga. Akhirnya aku memutuskan untuk pindah kamar saja apalagi kamar yang selama ini aku tempati pintunya rusak Karena kejadian kemarin. Aku brpikir akan lebih baik jika aku pindah kamar saja. Setelah kejadian kemarin mas Saga langsung pergi dan belum kembali sampai hari ini. "Sini biar Bibi aja yang bawa, Mbak." Bibi gmengambil beberapa pakaian yang sedang ku bawa. "Makasih ya Bi." ucapku tulus. Aku selalu berusaha bersyukur dengan apa yang terjadi di hidupku. Aku berusaha meyakinkan diriku bahwa setiap hal yang terjadi di hidupku pasti ada pembelajaran yang bisa di ambil. •••Setelah pekerjaan membereskan kamar selesai, aku memutuskan untuk turun ke lantai bawah dan mencari udara segar di teras depan rumah. Rasanya udara di dalam rumah sangat pengap membuatku sesak nafas.