Maya seorang janda dengan satu orang putri. Pernikahan yang di jalani hampir tujuh tahun lamanya harus kandas. Buat apa punya Suami kalau harus mencari nafkah sendiri? Akhirnya Maya memutuskan untuk mengakhirinya. Maya hidup sebagai single moms, ia tinggal bersama kedua orang tuanya. Tiga tahun sudah Maya hidup sebagai single parent alias janda. Suatu ketika mereka harus menghadiri pernikahan saudara mereka disuatu Desa. Di sinilah awal dari malapetaka di dalam hidupnya. Maya, yang tidak hanya disukai oleh sang Paman yang nekat mengirimkan pelet agar keponakannya itu menjadi miliknya. Selain sang Paman, ternyata ada satu sosok makhluk halus (jin) yang juga menyukai Maya hingga selalu mengikutinya. Apa yang harus Maya dan keluarganya lakukan? Apakah pelet itu akan diabaikan atau dibuang atau malah memilih tetap bersama jin? Lalu apa yang terjadi sesungguhnya? Nantikan cerita ini.
Lihat lebih banyak1. Terjebak Cinta Terlarang
Dalam perjalanan Penulis:Lusia Sudarti Part1 * "Maya bersiap-siaplah besok kita sekeluarga akan berangkat kerumah Mbahmu di desa Tegal Sari, untuk menghadiri pernikahan Bibikmu disana, bawa pakaian untuk satu minggu ...!" kata Bapak sambil melongok ke dalam kamarku. "Kok lama banget sih Pak, gimana nanti pekerjaanku?" jawabku protes karena bepergian terlalu lama. "Tenang saja Maya, kan cuma satu minggu ...!" bujuk Bapak. "Ok lah Pak ...!" akhirnya aku mengalah. Perkenalkan namaku Maya! Aku janda punya anak satu. Bekerja sebagai buruh kasar di perkebunan kelapa sawit. Tidak sedikit Emak-emak yang menaruh cemburu padaku! Yaah ... secara walaupun aku bekerja jadi buruh kasar, itu tidak mengurangi daya tarikku lho hehehe. Kata orang wajahku manis berambut panjang lurus hidung mungil mata coklat sendu, tubuh langsing walau pun tidak terlalu tinggi, justru membuat kaum adam ter gila-gila hehehe. Pede sedikit gak pa-pa kan! Keesokan harinya, sesuai rencana kami sekeluarga berangkat mengendarai mobil sewa yang telah tiba satu jam sebelum rombongan berangkat. Ada sekitar sepuluh orang, sempit, pasti, dan untungnya masih ada sedikit ruang untuk sekedar mengubah posisi duduk. "Buka sedikit jendela Nduk," perintah si Mbah tetanggaku yang turut menghadiri undangan, yah beliau sudah seperti Mbah sendiri bagiku dan keluargaku. "Mbah mau merokok ya?" tanyaku sambil tersenyum. "Iya Nduk asem banget dari tadi." jawabnya. "Eemm aku juga mau Mbah. Kirain Aku aja yang asem hehehe ...!" balasku seraya nyengir kuda. Heemm padahal nih gengs belum pernah liat kuda nyengir kaya apa? ❣❣❣ Ternyata perjalanan ini cukup panjang dan melelahkan, kami tiba sekitar pukul 20:30. Untung aja tadi istirahat di rumah makan dua saudara, untuk makan siang dan sekedar buang air kecil, ada yang tiduran meluruskan otot, kalo aku pasti menyegarkan diri, alias mandi." Setelah selesai kami melanjutkan perjalanan kembali. "Siapa tau nanti Maya mendapat jodoh lagi disana ya Dek?" Mbah Uti nyeletuk memecah keheningan. "Hahaha, Iya ya Mbah," sahut Bapak terkekeh menjawab perkataan Mbah Uti. Dan rombongan pun menjadi riuh. "Masa ada yang mau sama aku Mbah?" aku merendah. "Pasti adalah, kayak dulu di desa Mayang wangi, kamu dilamar orang jam sebelas malam, hehehe," Mbah kembali terkekeh mengenang dahulu aku pernah dilamar orang yang tak jelas di tengah malam, sedang aku sendiri sudah berlayar di pulau kapuk. "Hehehe, iya, ya Mbah, padahal aku kan udah tidur, hanya orang tua yang belum tidur, masih asyik ngobrol melepas rindu. Saat itu kami mengantarkan seserahan sebagai hantaran untuk pernikahan Adik bungsuku." "Semoga aja Maya cepet ketemu jodoh lagi," Bapak menimpali. "Iya, mudah-mudahan Maya segera mendapat jodoh lagi, sudah empat tahun menyendiri, biar ada yang bantui mencari nafkah," sahut Maryati Ibu kandungku dan di aminkan oleh semua. "Maya belum ada keinginan untuk menikah lagi Mbah, takut dapat laki-laki yang nggak bertanggung jawab, lebih parah dari yang pertama," ujarku tetap mengelak. "Sekitar satu jam lagi kita sampai, ini sudah hampir memasuki perbatasan," Bapak melihat ada penunjuk arah disisi jalan. Untung ada AC jadi tak terlalu panas di mobil, semua rombongan terlelap, kecuali aku dan Mbah Uti, Mbah Supar dan Bapak. Mobil melaju dengan kecepatan delapan puluh kilo meter perjam, dan pintu gerbang memasuki wilayah desa Mekar Sari sudah terlihat. "Bangun, bangun kita sudah memasuki desa," ucap Bapak, dan semua terbangun siap-siap karena kita hampir sampai. Setelah melewati sawah dan pabrik padi akhirnya mobil berbelok di rumah yang dipasang tenda warna biru. Kami disambut oleh tuan rumah, yaitu Mbahku. Semua rombongan sudah berkumpul dan bersalam ria, ada yang saling peluk untuk melepas rindu, kalo aku masih malu, karena ini pertama kalinya berkunjung kerumah Mbah. "Ini pasti Maya dan ini Anaknya kan? Yang namanya Anjani?" Bapak-Bapak seumuran Bapakku bertanya. "Iya ... pasti ini Mbah kan?" tanyaku sambil kuraih punggung tangannya dan kucium dengan ta'zim. Begitu pun Anakku bergantian mencium punggung tangan Mbah. "Wah Maya, Anakmu cantik banget, sama seperti kamu," ujar Mbah kemudian. Beliau memuji kami berdua. "Ah Mbah bisa aja ...!" balasku seraya tersenyum malu. ❣❣❣❣ Mbah memperkenalkan Anaknya satu persatu, juga yang lusa yang akan duduk di pelaminan. Bik Siti namanya, dan Paman Sunardi itu Masnya. Paman, Bibik dan kedua adiknya menyalami kami secara bergantian. Saat itu tatapan Sunardi terasa berbeda, dan itu benar-benar aku rasakan ada sesuatu yang tak biasa. Aku bingung dengan tatapan Sunardi! 'Ada apa ya ...!" lirihku dalam hati. Keluarga dari kedua belah pihak berkumpul menjadi satu dalam ruangan khusus keluarga. Kami saling memperkenalkan diri, agar lebih dekat dan erat. Aku diajak masuk ke kamar pengantin, Bibik akan dirias wajahnya oleh MUA, untuk prosesi acara adat. "Maya, sini. Ayo kenalan dulu sama keluarga dari calon Suami Bibik," Mbah Herman memanggilku yang berada di kamar pengantin. "Iya Mbah," aku mengekor di belakang Mbah Herman menuju ruang khusus keluarga. Keluarga dari besan yang jauh, diperkenalkan satu persatu, jika kelak bertemu di jalan bisa saling tegur sapa. Kami semua saling bercanda, dan tak ada rasa canggung sama sekali. Karena menurutku, mereka orang-orang yang baik. Dan cepat sekali menyesuaikan diri bersama kami. Sejak satu minggu menjelang hari H, dirumah calon pengantin sudah begitu ramai, maklum orang jawa banyak sekali ritual yang harus di jalankan. Keluargaku mengikuti prosesi acara adat sore ini, aku dan Anakku tak ikut serta, aku lelah dan istirahat dulu di dalam kamar pengantin. Setelah tadi mengikuti acara perkenalan antar keluargaku dan keluarga besan. Atau pun keluargaku yang belum pernah bertemu sebelumnya. Ternyata banyak keluarga yang belum kukenal sebelumnya. Karena buatku pribadi, baru kali ini dipertemukan dengan keluarga besar Bapak. Itu pun belum semua, karena banyak yang berhalangan tidak bisa hadir. Mereka semua banyak yang masih di pesantren, merantau, sakit dan bekerja. Yang tak memungkin kan untuk pulang. Mungkin sekitar empat puluh persen keluarga yang berhalangan hadir. "Hai Dek, capek ya?" Paman menghampiri aku diruang rias. "Lumayan Paman, perjalanannya jauh," jawabku dan menggeser tempat duduk untuknya. "Pantas nggak ikut acara tadi," jawabnya lagi. "Iya ..." Paman pamit untuk membantu keluarga yang lain. Aku tak begitu mengerti tentang adat Jawa, yang aku tahu hanya pernikahan, itu saja. Setelah melepas lelah sejenak, dan menyantap hidangan untukku dan keluargaku! Kami menuju kerumah Mbah yang lain. Disini kami menginap selama menghadiri acara. Jaraknya tidak terlalu jauh, juga tidak dekat, cukup untuk sekedar olah raga dengan berjalan kaki, kami bersenda gurau dalam perjalanan, tak terasa akhirnya kami pun tiba. Bersambung73. Terjebak Cinta Terlarang Akhirnya Aku Resmi Menjadi Istri Mas Reno. Penulis : Lusia Sudarti Part 73(TAMAT) EXTRA PART "Saya terima nikah dan kawinnya, Maya binti Supriadi dengan Mas kawin tersebut di bayar tunai." Mas Reno mengucapkan sumpah pernikahan dengan suara lantang, dan fasih. "Saahh ...," suara lantang dari semua saksi yang hadir menyaksikan prosesi pernikahanku di depan penghulu. "Alhamdulillah," semua mengucap hamdalah dan bernafas dengan lega. Hatiku yang semula tegang kini telah berangsur lega. Aku mencium punggung tangan Mas Reno yang kini telah sah menjadi suamiku, kemudian Mas Reno mengecup keningku dengan lembut dan mesra di saksikan semua yang hadir, tak terasa air mataku meleleh membasahi kedua belah pipiku. Aku beringsut menuju kearah ibu, aku mencium punggung tangan beliau dan aku bersimpuh meminta restu. "Bu, restui Maya dan Mas Reno!" aku memeluk ibu, seperti halnya ibu, beliau menitikkan air mata sambil memelukku dengan erat. "Semog
72. Terjebak Cinta TerlarangAkhirnya Aku Resmi Menikah.Penulis : Lusia SudartiPart 72Kini aku mendapatkan lelaki yang benar-benar aku cintai dalam hidupku. Semoga kebahagiaan ini nyata bersama Mas Reno.Aku melabuhkan bahtera cinta dan harapanku kepadanya.🌹🌹🌹🌹Suasana di rumahku sedikit ramai, sanak saudaraku berkumpul. Sella dan ibunya pun datang kerumahku.Sella mendampingiku, ia memang sahabat setia, sangat setia malahan."May, selamat ya! Akhirnya kamu menemukan jodohmu," ujarnya ketika baru saja tiba dan ia menghampiriku di dalam kamar saat aku sedang berhias di depan cermin."Terimakasih ya Sell, aku berdoa semoga kamu segera menyusul!" jawabku membalas pelukannya."Hei gak boleh menangis, nanti make upnya luntur, terus hilang cantiknya," ujarnya menggodaku.Ia mengusap jejak air embun di kedua mataku."Kamu cantik May, wajar saja kalo Pamanmu tergila-gila padamu," pujinya lagi kepadaku."Ah kamu ini Sell, membuka luka lama," sungutku."Ups, maaf," ia meringis seolah ta
71. Terjebak Cinta TerlarangRencana Pernikahanku.Penulis : Lusia SudartiPart 71Bapak tak pernah marah-marah dengan berteriak, beliau selalu menasehati dengan kata-kata lembut."Terus gimana Pak?" tanya ibu kepada Bapak, tentang masalah Mas Reno.🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹keesokan malamnya.Mas Reno benar-benar terpukul atas semua yang telah menimpanya! Bagaimana tidak, kabar dari Pak Mashudi yang membuatnya sakit hati.Menurut cerita Bapak, Pak Mashudi tak dapat membantu, soalnya hilangnya bukan di sekitar rumah.Aku tak habis fikir, seharusnya kalo emang bisa, tak terbatas entah di jalan entah di rumah, masih tetap bisa.Tapi ya sudahlah mungkin memang bukan rejeki. Mau di cari sampai ujung dunia pun jika bukan milik, tak akan ketemu.Malam ini kami duduk di luar, menikmati cahaya bulan yang bersinar terang, menerangi langit yang temaram.Bintang-bintang gemerlap bak kristal yang berkilau terbias cahaya.Dengan di temani kopi svsv hangat, kami bercengkrama, bersenda gurau. Sungguh aku meras
70. Terjebak Cinta TerlarangDi hadang Banjir, Namun Tetap Kami Sebrangi.Penulis ; Lusia SudartiPart 70"Lho, kok gelap, jangan-jangan Pak Mashudi berada di desa Ren?" ujar Bapak sambil menggigil menahan dingin, begitupun aku dan Mas Reno.------'Ya Allah, terima kasih atas kebahagiaan yang Engkau berikan kepada kami, amiinn," aku mengucap syukur kepada Allah atas semua nikmatnya.🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹"Waduh Ren, kita gak bisa bawa motor, lihat sungainya meluap hingga ke jembatan!" teriak Bapak, ketika motor yang dikemudikan Bapak berboncengan bertiga telah tiba di jembatan penghubun yang akan membawa kami ke kebun Pak Mashudi.Kami bertiga segera turun dari motor, untuk melihat debit air yang menggenangi badan jembatan. Tingginya setengah betis orang dewasa."Terus gimana Pak?" tanyaku kebingungan, pasti di depan sana lebih dari lutut atau bahkan mencapai pinggang!"Ya kita lanjut aja jalan kaki, motor kita titip kepada Mbah Marijan aja," jawab Bapak sambil menuntun motor untuk di titip
69. Terjebak Cinta TerlarangTerima Kasih Ya Allah.Penulis :Lusia SudartiPart 69"Kabar apa Bu!" tanyaku, aku berhenti sejenak dari kesibukanku, aku menautkan kedua alisku karena penasaran."Kabar-kabarnya, kejadian kemarin itu, mantan Suamimu terlibat, namun ia cuci tangan," ungkapan ibu sudah bisa aku tebak. "Memang dasar licik dia itu Bu," jawabku geram.🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹Aku masih penasaran dengan kabar yang dibawa ibu, namun sepertinya beliau masih enggan untuk membuka suara, sebentar-sebentar beliau menatap Mas Reno dan Anjani yang masih bersenda gurau.Aku dengan sabar menanti ibu untuk menceritakan apa sesungguhnya yang ibu ingin sampaikan sambil menyelesaikan memasak.Dengan waktu yang singkat aku mrnyelesaikan semua! Setelah mencuci tangan dan hidangan telah tersaji dengan rapi di atas meja, lalu aku tutup dahulu menggunakan tudung saji, aku melangkah menuju ke tempat ibu yang sedang duduk.Terlihat dari raut wajah ada semacam kegelisahan yang ibu tutupi."Sebenarnya ada ka
68. Terjebak Cinta TerlarangRencana BapakPenulis : Lusia Sudartipart 68"Selamat pagi dek, heem harum sekali, masak apa nih," Mas Reno telah berada di belakangku sambil memeluk hangat tubuhku kembali."Eh Mas, sudah bangun, jangan bikin kaget kenapa sih? Gimana coba kalo aku terserang penyakit jantung," aku berusaha menghilangkan debaran hatiku karena perlakuan manis dari calon suamiku.🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹Aku memasak untuk sarapan, di bantu Mas Reno. Setelah semua selesai, Mas Reno mencuci piring bekas acara semalam, aku menyiapkan semua hidangan diatas meja makan. Dan setelah siap aku membangunkan Bapak dan Ibu, juga Anjani."Mas, jadi gimana kelanjutan perampokan kemarin? Apa akan diusut atau bagaimana?" tanyaku sembari menikmati segelas kopi bersama Mas Reno, sementara menunggu Bapak dan Ibu juga Anjani yang belum tiba untuk sarapan."Enggak tau ntar dek, oh iya karena Bapak dan Ibu belum kedapur, Mas mau mandi dulu deh, biar fikiran fress! Liatin dan deket-deket sama adek, membuat
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen