Share

Kemarahan Arana

Author: iva dinata
last update Last Updated: 2022-03-30 14:46:19

Suara ibu memanggilku dari luar kamar. Dengan malas, aku membuka mataku lalu beranjak duduk. Hampir semalaman aku tidak bisa tidur. Baru setelah sholat shubuh aku bisa tertidur. Aku memilih tidur di kamar kak Raka setelah keluar dari kamarku semalam.

"Ya Bu."

"Bangun Na, sudah siang," kata ibu sebelum terdengar langkah kakinya menjauh.

Aku turun ke bawah setelah membersihkan diri.

"Sarapan dulu, Na," Ibu menarik tanganku untuk duduk di meja makan. Aku hanya mengambil sebungkus roti rasa coklat yang dulu biasa aku makan untuk sarapan saat masih sekolah.

"Kamu tidak kangen masakan Ibu, Na?" tanya ibu dengan wajah sedikit kecewa.

"Kangen, Bu. Nanti, aku makan nasi. Sekarang, lagi pengen makan roti," jawabku lalu mengigit roti coklat yang kupegang.

Baru gigitan kedua kak Raka mendekatiku lalu berkata, "Arana, kalau sudah selesai sarapan, keluarlah! Orang tua Saga sudah menunggu di ruang tamu,"

Aku pun mengangguk sebagai jawaban. Segera kuletakkan roti coklat yang masih tersisa setengah. Tiba-tiba perutku terasa kenyang.

"Na, pikirkan baik-baik sebelum mengambil keputusan. Apa pun keputusan kamu, kali ini Ibu akan mendukungmu," tutur ibu sebelum aku menuju ruang tamu.

Di ruang tamu, sudah ada Saga, Papa dan Mama Mertuaku, serta Ayah dan Bunda. Aku sedikit terkejut melihat kehadiran Bunda. Sejak pernikahanku dan Saga, Bunda tak mau berbicara kepadaku karena Bunda pikir aku telah merebut Saga dari Mbak Kiara.

Melihat kedatanganku mama mertuaku langsung menyongsong dan memelukku erat. "Bagaimana kabar kamu?"

"Aku baik, Ma. Maafin Arana ya, Ma," ucapku saat mama melerai pelukannya.

Mama Miranda mengangguk lalu mengelus rambutku sayang. Setelahnya, aku menyalami ayahku dan papa mertuaku.

Bunda memelukku saat aku menyalaminya, tapi aku tak membalas pelukannya. Terlihat ada rasa kecewa di wajahnya, tapi aku tak peduli. Rasa sakit hati yang aku rasakan selama ini jauh lebih sakit dari rasa kecewa yang kini mungkin terasa dihatinya.

"Sekarang, Papa ingin tahu bagaimana hubungan kalian?" tanya papa Bima kepada ku dan Saga.

"Saya dan Arana tidak pernah bercerai, dan kami tidak akan bercerai." Suara Saga begitu tegas. Aku hanya diam menatap lurus ke meja yang ada di depanku.

"Lalu bagaimana hubunganmu dengan kekasihmu itu?"Ayah kini ikut berbicara, hingga membuatku menatapnya. Rasanya, aku tak percaya dengan apa yang kulihat. Sejak kapan dia peduli padaku? Ayah masih memandang Saga tajam.

"Kalau kamu tidak bisa lepas dari kekasihmu itu, ceraikan Arana!" tegas ayah yang masih mengarahkan pandangannya ke Saga.

Apa? Aku tak menyangka ayah bisa berkata seperti itu? Selama ini, ayah tak pernah peduli dengan perasaanku. Dialah orang yang memaksaku untuk menikah dengan Saga demi sebuah perusahaan yang sangat di impikannya. Padahal, saat itu, aku ingin sekali melanjutkan pendidikanku agar bisa menjadi desainer. Namun, ayah tidak peduli.

"Saya sudah tidak berhubungan lagi dengan Tania. Saya dan Arana akan kembali bersama," jawab Saga.

"Kamu yakin? Saya tidak mau Arana terluka lagi. Jika memang tidak bisa dilanjutkan, tidak perlu memaksakan diri!" sahut Bapak yang duduk di sampingku.

"Saya yakin, Pak. Saya minta maaf untuk semua kesalahan saya di masa lalu. Saya janji tidak akan mengulanginya kembali," tutur Saga seperti orang yang penuh tekad.

'Cih, tekad?' Aku tersenyum sinis. Rasanya, aku ingin tertawa dan bertepuk tangan untuk akting Saga yang sangat alami. Pembohong besar, itu kata yang ingin sekali aku teriakkan di depan wajah Saga.

Aku melirik bunda yang terus menatapku dengan pandangan sulit diartikan.

"Bagaimana menurut mu, Di?" tanya Papa Bima ke Ayah.

"Aku tidak masalah, asalkan Saga tidak melukai hati Arana lagi," jawab Ayah yang sungguh membuatku tak percaya.

"Aku juga setuju jika mereka berdua mempertahankan pernikahannya. Iya kan, Ma?" ucapan Papa Bima pun langsung mendapat anggukan dari istrinya.

Aku memandang mereka dengan pandangan miris. Apa tidak ada yang memikirkan perasaanku? Tidak adakah satu orang saja yang bertanya pendapat ku?

Dari samping sebuah tangan menggenggam tanganku. Kak Raka mengangguk seolah memberi tahu, lakukanlah! Aku akan mendukungmu.

"Saya tidak mau kembali bersama Mas Saga," ucapku pada akhirnya sambil menatap satu persatu orang yang ada di ruangan ini. Semua orang langsung terdiam menatap ke arahku.

"Mas Saga selingkuh dengan Tania di belakang saya. Dia sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama wanita itu, bahkan membiayai operasi Ayah Tania."

Aku berusaha menahan air mataku yang sudah menggenang di pelupuk mataku.

"Arana, kamu salah paham," sanggah Saga. Namun, tak kupedulikan. Aku tetap melanjutkan ucapanku.

"Tania mengirim foto mereka berdua di ... atas ... ranjang," ucapku sedikit terbata dengan air mataku yang sudah mengalir tak tertahan. "Karena kekasih Mas Saga juga, saya kehilangan calon bayi saya!" Sekuat tenaga, aku berusaha menyelesaikan kalimatku.

Rasanya sangat sakit saat mengucapkannya. Mama Miranda menangis sambil menatapku iba, sedangkan Ayah dan Papa Bima, wajahnya memerah menahan amarah.

"Ceraikan putriku!" teriak Ayah lalu mencengkeram kerah baju Saga.

"Pak lek tenang! Jangan terbawa emosi!" Kak Raka menarik Ayah.

Saga hanya terdiam sambil memandangku dengan pandangan terluka. Aku tak peduli! Rasa sakitku tidak bisa ditebus hanya dengan luka yang ia rasakan sekarang.

Aku bukan lagi Arana bodoh yang akan diam saja saat hidupnya diatur tanpa persetujuanku. "Karena alasan itu juga, saya sengaja membiarkan Arana pergi 4 tahun yang lalu. Saya membantu Arana agar bisa melanjutkan pendidikannya untuk mengobati rasa sakit hatinya karena kehilangan calon bayinya," jelas kak Raka.

Aku tidak percaya melihat ayah bisa semarah itu kepada Mas Saga. Sekarang saja, Kak Raka masih memegangi Ayah.

"Mama pikir Rendra berbohong waktu bilang Tania yang membuat Arana keguguran. Kenapa kamu diam saja waktu itu, Ga? Kenapa kamu melindungi Tania? Mama kecewa sama kamu!" teriak mama Miranda marah.

Mama Miranda yang lemah lembut itu, memukuli Saga yang hanya diam saja. Pria itu tak bergeming menerima pukulan dari mamanya.

Papa Bima berusaha untuk menenangkan Mama Miranda agar berhenti memukuli Saga. Sebenarnya, aku tidak ingin semua ini terjadi. Tapi, aku tak punya pilihan karena Mas Saga yang memaksaku mengungkapkan semuanya.

Bunda mendekati ku lalu tangannya menggenggam tanganku. "Maafkan bunda, tidak bisa menjagamu," ucapnya dengan wajah sendu.

"Aku bisa menjaga diriku sendiri!" ucapku lalu menarik tanganku.

Nampak Bunda terkejut dengan sikapku, tapi aku tak peduli. Aku beranjak dan meninggalkan ruang tamu yang membuatku merasa sesak.

"Kita perlu bicara Arana!" Suara Saga membuat langkahku terhenti saat akan menaiki tangga.

"Aku tidak mau! Rasanya, aku ingin mencek**mu jika mengingat wanita itu," ucapku dingin lalu berbalik melangkah pergi.

"Aku bersumpah aku tidak akan menceraikanmu sampai aku mati!" teriak Saga yang tidak aku hiraukan.

Aku benar-benar tidak menyangka bahwa aku bisa mencintai laki-laki serakah seperti Saga. Dulu, aku pikir Saga laki-laki yang baik, pintar, pendiam, dan mandiri. Dia juga selalu mengerjakan sholat lima waktu. Hanya dalam waktu satu bulan setelah kami menikah, aku bisa mencintai nya.

Sungguh bodoh karena pernah mengira dia mencintai ku. Tapi, tidak lagi sekarang! Aku tidak akan tertipu lagi! Sudah cukup rasa sakit yang kualami dulu. Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.

Aku akan tetap meminta bercerai dari Mas Saga.

Aku akan melanjutkan hidup seperti 4 tahun ini. Tinggal dan bekerja di kota B. Besok, aku akan kembali ke kota dingin itu. Kemarin malam, aku sudah menelepon atasanku untuk meminta izin dua hari karena ada masalah keluarga yang harus aku selesaikan. Beruntungnya, atasanku sangat pengertian dan memberiku waktu untuk menyelesaikan masalahnya.

🌼🌼🌼

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukannya Udah Mantan?    Bab 152 Tamat.

    Tiga tahun setelah nya. "Aksara tidak boleh lari-larian di dalam rumah." seru Arana memberi peringatan pada Putri semata wayangnya yang berlarian mengejar Endharu anak dari Raka. "Hati-hati nanti jatuh sayang...!" Miranda menyahut dari dapur sambil membawa puding coklat yang dia buat tadi pagi untuk cucu kesayangannya. "Mas anak kamu itu lo, nanti jatuh." gerutu Arana pada Saga yang hanya diam saja melihat putrinya berlarian. "Kalau aku yang menegurnya, dia akan langsung menangis, lebih baik kamu saja yang menegurnya." ujar Saga pelan dengan pandangan tak lepas dari Aksara. Arana menghela nafas panjang, putrinya itu memang sagat pintar. Setiap kali Saga menegurnya dia akan langsung menangis dan membuat Saga tidak tega. Namun jika Arana yang menegurnya tidak akan di hiraukan olehnya karena bagi Aksara mendengar omelan Arana adalah hal yang biasa. Berbeda dengan Saga yang jarang mengomel tapi ekspresi wajahnya akan sangat menakutkan jika sedang marah. Dengan malas Arana beranjak

  • Bukannya Udah Mantan?    Bab 151 Ulang tahun pertama Aksara Kahiyang Ayu Bagaskara.

    Arana dan Aksara sudah cantik dengan gaun ala princess berwarna pink soft yang di desain sendiri sama Arana. Sedangkan Saga sangat tampan dengan memakai kemeja yang berwarna senada dengan gaun yang di pakai istri dan anaknya. Saga melipat lengan kemejanya keatas sampai ke sikunya, memperlihatkan lengan kekarnya. Saga menggendong Aksara dengan Arana disampingnya berdiri didepan kue ulang tahun menerima ucapan selamat dan kado dari para tamu undangannya. Nampak Jordan diantar para tamu bersama anak dan istrinya yang sudah di boyongnya pulang kembali dari kota B. "Selamat ulang tahun Aksara" ucap Mutiara istri Jordan sambil tersenyum pada juniornya di kampus dulu. "Mbak Mutia," pekik Arana dengan wajah sumringah, "Ya Alloh Mbak. Apa kabar?" Arana menanyakan kabar seniornya dulu setelah dia mengurai pelukan nya. "Puji Tuhan, saya baik Arana." jawab Mutiara, "Meskipun telat selamat ya untuk kelahiran putri kamu dan Saga." ucap Mutiara memberi selamat pada Arana, "Iya Mbak terima kasih

  • Bukannya Udah Mantan?    Bab 150. Persiapan ulang tahun pertama Aksara.

    Hari ini semua orang sedang sibuk menyiapkan ulang tahun Aksara, putri pertama Sagara Bagaskara sekaligus cucu pertama dari keluarga Bagaskara. Bima dan Miranda sudah pulang kembali dari Madrid sejak dua hari yang lalu, namun tidak dengan Rendra, mereka tetap meminta Rendra untuk tinggal disana sampai kuliah Kedokteran nya selesai. Arana sedang duduk di sofa ruang tengah sedang sibuk dengan kertas-kertas bon mengecek apa ada yang kurang untuk acara ulang tahun Aksara yang akan di adakan besok pagi. Tidak jauh dari Arana duduk, nampak Miranda sedang menggendong Aksara sambil sesekali menimang cucu pertamanya tersebut. "Ma Aksara sudah bisa jalan. Gak perlu di gendong terus nanti Mama capek" Arana mengingatkan mertua nya agar tidak memanjakan putrinya dan membuatnya didrinya kelelahan."Gak papa ya Aksara, Oma gak capek kok. Aksara masih ingin di gendong oma Mama" jawab Miranda sambil mencium pipi chubby Aksara. "Oh ya Na. Caterina buat besok sudah siap semua kan?" tanya Miranda masi

  • Bukannya Udah Mantan?    149 Kecemburuan Saga.

    "Suami, atau Mantan suami?" tanya Gibran dengan nada sinis, "Atau mungkin calon mantan suami. Aku dengar perceraian kalian sudah diproses sejak dua tahun yang lalu." "Maaf, Seperti nya Kak Gibran salah faham" sahut Arana berusaha menengahi sambil menggenggam tangan Saga yang sudah mengepal kuat. "Kamu tidak perlu berbohong lagi Ara. Aku sudah tahu semuanya, kamu di paksa menikah dengan dia kan?" kata Gibran pelan dan menatap Arana sendu. "Gibran," tegur Gio Saga yang sejak tadi mengamati kejadian di depannya "Jangan bicara sembarangan! Pak Saga tolong maafkan kelancangan Adik saya." Gio berdiri dan menarik adiknya agar menjauh dari Arana. Saga berdiri dan menarik Arana agar menempel padanya. "Ajari Adikmu sopan santun." ujar Saga sinis. "Iya maafkan saya yang kurang bisa mendidik Adik saya." jawab Gio sambil menunduk sopan. "Ck.. " Gibran berdecak kesal. "Jadi yang tadi kalian hanya bersandiwara menjadi suami istri yang romantis." cibir istri Gio. Mendengar kalimat kakak ipar

  • Bukannya Udah Mantan?    148 Bertemu Mantan kekasih.

    Saga dan Arana sampai di sebuah hotel berbintang tempat rekan bisnis Saga menggelar resepsi pernikahannya. "Wah,, Resepsi nya mewah sekali ya Mas," Arana memandang penuh kekaguman ketika mereka memasuki ballroom yang sudah di hias sedemikian rupa sehinga terlihat mewah dan berkelas. "Kamu suka?" tanya Saga menoleh pada sang istri yang di tangannya melingkar manis di lengan Saga. Arana menggeleng, "Tidak," jawabnya sambil matanya memandang pada pelaminan pengantin yang begitu megah. Saga tersenyum tipis mendengar jawaban istrinya itu. Bahkan Arana tidak membutuhkan waktu lama untuk menjawab. Saga sudah sangat memahami Arana, dia wanita yang sederhana dan sangat pengertian. Tidak ada satu pun barang mewah yang pernah Arana beli. Baju, tas, sepatu, sandal yang Arana pakai adalah brand dalam negri yang harganya hanya ratusan ribu. Jika ada barang mewah yang Arana miliki itu adalah Saga yang membelinya. "Istriku memang berbeda," bisik Saga lalu mengecup rahang Arana sekilas. Arana

  • Bukannya Udah Mantan?    147 Saga tidak tahu waktu jika menginginkannya.

    Hari ini Saga akan mengajak Arana ke acara resepsi pernikahan rekan bisnisnya. Untuk pertama kalinya Arana meninggalkan putrinya di rumah bersama Lastri. Sejak pulang dari menjenguk Kiara Lastri tidak pulang ke rumahnya. Dia sengaja menginap untuk menemani Arana karena Ratih sedang sibuk menjaga Kiara dan Dara. Arana memperhatikan penampilan yang memakai dress putih dengan panjang sedikit di bawah lutut melalui cermin yang ada di kamarnya. Wajahnya tersenyum puas melihat tampilannya sendiri. "Kamu canti sekali, sayang," puji Saga yang baru keluar dari ruang ganti. Saga berjalan mendekati Arana yang berdiri didepan cermin. Memeluknya melingkarkan tangan kekarnya di perut ramping Arana. Saga sedikit membungkukkan tubuhnya karena tinggi bedan mereka yang berbeda. CUP... Saga mencium rahang Arana. "Cantik, Kamu makin cantik jika wajahmu memerah karena malu" bisik Saga sembari memandangi wajah Arana dari pantulan cermin. Arana tersipu malu, "Mas, sekarang makin pinter gombal ya?" sah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status