Home / Rumah Tangga / Bukannya Udah Mantan? / Bab 4 kehidupan Arana

Share

Bab 4 kehidupan Arana

Author: iva dinata
last update Last Updated: 2022-03-30 14:58:14

Arana pov

Hari ini aku akan kembali ke kota B. Di sana aku bekerja di sebuah perusahaan konfeksi sebagai desainer, bersama tiga temanku sebagai satu tim.

Awalnya aku magang di perusahaan itu tapi setelah masa magangku selesai perusahaan menawari untuk menjadi desainer free time sambil menyelesaikan skripsi ku. Setelah aku lulus kuliah, perusahaan menerimaku sebagai karyawan kontrak.

"Kamu benar-benar mau kembali?" tanya kak Raka ketika aku sedang bersiap-siap.

"Hem, aku sudah menyelesaikan semua masalahku disini, jadi aku akan kembali menjalani kehidupanku di kota B."

"Saga sudah menebus semua kesalahannya Na. Pikirkanlah kembali," bujuk Kak Raka.

Aku menghela nafas,"Tapi bayiku takkan kembali hidup Kak?"

"Lalu membenci Saga apa bisa menghidupkannya lagi?" Pertanyaan kak Raka membuatku terdiam. "Selama ini Saga sudah tidak lagi berhubungan dengan Wanita itu," sambungnya berusaha meyakinkanku.

"Kenapa kamu jadi membelanya Kak? kamu tahu sesakit apa aku waktu itu," protesku tidak terima.

"Ada yang tidak sepenuhnya benar Na, cobalah bicara dengan Saga baik-baik. Aku tidak akan memaksa jika memang kamu mau berpisah. Tapi cobalah untuk mendengar penjelasan Saga dan fahami posisi Saga saat itu."

Aku tak mengerti apa maksud kak Raka? Mas saga sudah mengkhianatiku. Haruskah aku memahaminya? Tapi baiklah, kali ini aku akan mengalah.

"Baiklah, nanti aku akan bicara dengannya. Sekarang aku harus kembali Kak, atau aku akan kehilangan pekerjaanku," ucapku memelas.

"Baiklah. Tapi aku antar kamu sampai kosan kamu."

"Gak usah Kak."

"Aku harus tahu dimana kamu tinggal selama ini?" kekeh kak Raka. "Apa kamu mau bersembunyi lagi dari kami?" tanyanya dengan memicingkan matanya.

Bukan hanya kak Raka bapak dan ibu juga memaksa agar kak Raka mengantarkan aku kembali ke kota B, mereka khawatir kalau aku tidak akan kembali lagi.

"Setidaknya kami tahu harus mencari kamu kemana jika tiba-tiba kamu tidak mau pulang." Kata bapak memaksa.

Setelah melalui perdebatan panjang. Akhirnya aku menyerah dan membiarkan kak Raka mengantarkan aku kembali sampai kos. Menjelang sore hari kami sampai di kota B dan langsung menuju ke kosan yang selama empat tahun ini menjadi tempatku melepas penat saat pulang kuliah dan bekerja.

Kamar kos sederhana yang memiliki kamar mandi dan dapur didalamnya, tidak terlalu besar tapi sangat nyaman untukku.

"Kak Raka kalau mau balik, balik aja! Aku gak papa jangan mengkhawatirkan aku."

Aku tahu kak Raka merasa khawatir, terlihat dari caranya memeriksa lingkungan tempat kosku. Melihat ke kanan kiri kamar dan menanyakan keamanan pada anak-anak kos lainnya.

"Aku sudah empat tahun tinggal di sini Kak dan aku baik-baik saja," ucapku meyakinkan nya.

"Hemm" kak Raka mengangguk. "Baiklah aku akan balik. Besok aku juga harus kerja," putusnya lalu berdiri dan memakai jaketnya.

"Saat libur kerja, telfon Kakak kita pulang bareng ke rumah!" pesan nya sebelum pergi.

Kak Raka juga kerja di luar kota. Dua minggu sekali dia akan pulang menjenguk bapak dan ibu sekalian memberi uang untuk orang tuanya itu. Bapak dan ibu hanya merawat kebun milik mereka sebagai mata pencaharian. Meski begitu dari hasil kebun bapak sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan setiapba hari-hari. Tapi sebagai anak Kak Raka selalu memberikan uang jatah untuk ibu dan bapak dua minggu sekali.

Karena sekarang aku sudah bekerja jadi mulai sekarang aku juga harus mulai menyisihkan sebagian penghasilanku untuk mereka sebagai balas budi karena selama ini mereka yang telah merawat dan membesarkan aku.

🌼🌼🌼

Hari ini aku sudah mulai bekerja kembali seperti sebelumnya. Ketika aku baru masuk ruang kerja, teman satu timku menanyakan bagaimana kabarku dan apakah semua masalahku sudah selesai? Aku menjawab dengan senyum dan anggukan. Sama sekali tak berniat untuk menjelaskan.

Kami bekerja dalam satu ruangan dengan meja sendiri-sendiri. Sekitar satu jam aku duduk di meja kerjaku, telfon di mejaku berdering. Bagian personalia memanggilku untuk menghadap. Aku seperti mendapat firasat kalau ini bukan hal yang baik.

Dengan langkah malas aku berjalan menuju ruangan personalia. Benar saja, aku mendapatkan teguran karena tidak kembali ke kantor setelah makan siang tanpa izin dua hari yang lalu. Dan bolos satu hari tanpa keterangan yang jelas. Aku sudah menjelaskan bahwa aku ada kepentingan keluarga tapi bagian personalia tetap memberi surat peringatan ke satu.

Personalia juga mengingatkan aku, jangan sampai mengulangi kesalahan yang sama. Surat peringatan hanya sampai tiga kali. Jika sudah tiga kali maka aku akan di keluarkan dengan kata lain di pecat.

Semua ini karena mas Saga. Baru sekali bertemu kembali dengannya sudah membawa masalah untukku. Aku tidak ingin ia terus menganggu hidup tenang ku di sini. Mungkin benar kata kak Raka, kami harus bicara baik-baik agar semua masalah kami selesai. Dan aku tidak perlu lagi berhubungan dengan nya.

Aku kembali kemejaku dengan setengah hati, mendudukan bok**gku dengan kesal. Membuat tiga temanku menoleh.

"Kenapa? Dapat surat peringatan?" tanya Mbak Tari salah satu senior di timku. Aku mengangguk sedih.

"Tidak apa-apa, masih juga peringatan satu. Tidak perlu terlalu dipikirkan yang penting jangan di ulagi lagi." tutur Mbak Tari.

Aku mengangguk lagi tanda mengerti.

"Sudah jangan sedih gitu! Nanti makan siang aku traktir. Ok?" bujuk mbak Tari.

Seperti yang di janjikan mbak Tari dia mentraktirku makan siang. Kami makan di restoran siap saji. Setelah membayar makanan. Aku dan mbak Tari membawa makanan kami untuk bergabung dengan dua orang teman satu tim kami yang sudah lebih dulu sampai.

Kami makan sambil ngobrol ngalur ngidul dan tertawa. Ini sedikit menghibur perasaanku yang agak kacau sejak pagi.

"Arana," terdengar suara yang sejak tiga hari yang lalu membuat tidurku tidak tenang.

Dengan perasaan was was aku menoleh. Aku berharap kalau bukan dia. Mendadak mood ku memburuk, aku menghela nafas lelah.

"Mas Saga??" kataku dengan nada kesal. "Mau apa lagi sih Mas?" tanyaku setelah menariknya keluar dari kafe.

"Aku ingin melihat istriku," jawabnya santai.

"Aku menolak untuk kembali bersama Mas. Aku ingatkan jika Mas lupa!" Aku menatapnya kesal.

"Aku sudah bilang, aku tidak akan pernah menceraikan mu!" ucap Mas Saga tegas.

Tidak tahu malu, maki ku dalam hati. Ingin sekali aku memukul muka datarnya itu yang seperti orang tak punya salah. Apa kepalanya pernah terbentur sehingga dia amnesia dengan dosa-dosanya di masa lalu.

"Kita lihat saja. Apa pengadilan akan membatalkan perceraian kita kalau aku menyertakan foto kalian di atas ranjang sebagai bukti." tantang ku.

"Lakukan jika kau ingin keluargamu jatuh miskin," ancamnya dengan ekspresi datar.

🌼🌼🌼

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukannya Udah Mantan?    Bab 152 Tamat.

    Tiga tahun setelah nya. "Aksara tidak boleh lari-larian di dalam rumah." seru Arana memberi peringatan pada Putri semata wayangnya yang berlarian mengejar Endharu anak dari Raka. "Hati-hati nanti jatuh sayang...!" Miranda menyahut dari dapur sambil membawa puding coklat yang dia buat tadi pagi untuk cucu kesayangannya. "Mas anak kamu itu lo, nanti jatuh." gerutu Arana pada Saga yang hanya diam saja melihat putrinya berlarian. "Kalau aku yang menegurnya, dia akan langsung menangis, lebih baik kamu saja yang menegurnya." ujar Saga pelan dengan pandangan tak lepas dari Aksara. Arana menghela nafas panjang, putrinya itu memang sagat pintar. Setiap kali Saga menegurnya dia akan langsung menangis dan membuat Saga tidak tega. Namun jika Arana yang menegurnya tidak akan di hiraukan olehnya karena bagi Aksara mendengar omelan Arana adalah hal yang biasa. Berbeda dengan Saga yang jarang mengomel tapi ekspresi wajahnya akan sangat menakutkan jika sedang marah. Dengan malas Arana beranjak

  • Bukannya Udah Mantan?    Bab 151 Ulang tahun pertama Aksara Kahiyang Ayu Bagaskara.

    Arana dan Aksara sudah cantik dengan gaun ala princess berwarna pink soft yang di desain sendiri sama Arana. Sedangkan Saga sangat tampan dengan memakai kemeja yang berwarna senada dengan gaun yang di pakai istri dan anaknya. Saga melipat lengan kemejanya keatas sampai ke sikunya, memperlihatkan lengan kekarnya. Saga menggendong Aksara dengan Arana disampingnya berdiri didepan kue ulang tahun menerima ucapan selamat dan kado dari para tamu undangannya. Nampak Jordan diantar para tamu bersama anak dan istrinya yang sudah di boyongnya pulang kembali dari kota B. "Selamat ulang tahun Aksara" ucap Mutiara istri Jordan sambil tersenyum pada juniornya di kampus dulu. "Mbak Mutia," pekik Arana dengan wajah sumringah, "Ya Alloh Mbak. Apa kabar?" Arana menanyakan kabar seniornya dulu setelah dia mengurai pelukan nya. "Puji Tuhan, saya baik Arana." jawab Mutiara, "Meskipun telat selamat ya untuk kelahiran putri kamu dan Saga." ucap Mutiara memberi selamat pada Arana, "Iya Mbak terima kasih

  • Bukannya Udah Mantan?    Bab 150. Persiapan ulang tahun pertama Aksara.

    Hari ini semua orang sedang sibuk menyiapkan ulang tahun Aksara, putri pertama Sagara Bagaskara sekaligus cucu pertama dari keluarga Bagaskara. Bima dan Miranda sudah pulang kembali dari Madrid sejak dua hari yang lalu, namun tidak dengan Rendra, mereka tetap meminta Rendra untuk tinggal disana sampai kuliah Kedokteran nya selesai. Arana sedang duduk di sofa ruang tengah sedang sibuk dengan kertas-kertas bon mengecek apa ada yang kurang untuk acara ulang tahun Aksara yang akan di adakan besok pagi. Tidak jauh dari Arana duduk, nampak Miranda sedang menggendong Aksara sambil sesekali menimang cucu pertamanya tersebut. "Ma Aksara sudah bisa jalan. Gak perlu di gendong terus nanti Mama capek" Arana mengingatkan mertua nya agar tidak memanjakan putrinya dan membuatnya didrinya kelelahan."Gak papa ya Aksara, Oma gak capek kok. Aksara masih ingin di gendong oma Mama" jawab Miranda sambil mencium pipi chubby Aksara. "Oh ya Na. Caterina buat besok sudah siap semua kan?" tanya Miranda masi

  • Bukannya Udah Mantan?    149 Kecemburuan Saga.

    "Suami, atau Mantan suami?" tanya Gibran dengan nada sinis, "Atau mungkin calon mantan suami. Aku dengar perceraian kalian sudah diproses sejak dua tahun yang lalu." "Maaf, Seperti nya Kak Gibran salah faham" sahut Arana berusaha menengahi sambil menggenggam tangan Saga yang sudah mengepal kuat. "Kamu tidak perlu berbohong lagi Ara. Aku sudah tahu semuanya, kamu di paksa menikah dengan dia kan?" kata Gibran pelan dan menatap Arana sendu. "Gibran," tegur Gio Saga yang sejak tadi mengamati kejadian di depannya "Jangan bicara sembarangan! Pak Saga tolong maafkan kelancangan Adik saya." Gio berdiri dan menarik adiknya agar menjauh dari Arana. Saga berdiri dan menarik Arana agar menempel padanya. "Ajari Adikmu sopan santun." ujar Saga sinis. "Iya maafkan saya yang kurang bisa mendidik Adik saya." jawab Gio sambil menunduk sopan. "Ck.. " Gibran berdecak kesal. "Jadi yang tadi kalian hanya bersandiwara menjadi suami istri yang romantis." cibir istri Gio. Mendengar kalimat kakak ipar

  • Bukannya Udah Mantan?    148 Bertemu Mantan kekasih.

    Saga dan Arana sampai di sebuah hotel berbintang tempat rekan bisnis Saga menggelar resepsi pernikahannya. "Wah,, Resepsi nya mewah sekali ya Mas," Arana memandang penuh kekaguman ketika mereka memasuki ballroom yang sudah di hias sedemikian rupa sehinga terlihat mewah dan berkelas. "Kamu suka?" tanya Saga menoleh pada sang istri yang di tangannya melingkar manis di lengan Saga. Arana menggeleng, "Tidak," jawabnya sambil matanya memandang pada pelaminan pengantin yang begitu megah. Saga tersenyum tipis mendengar jawaban istrinya itu. Bahkan Arana tidak membutuhkan waktu lama untuk menjawab. Saga sudah sangat memahami Arana, dia wanita yang sederhana dan sangat pengertian. Tidak ada satu pun barang mewah yang pernah Arana beli. Baju, tas, sepatu, sandal yang Arana pakai adalah brand dalam negri yang harganya hanya ratusan ribu. Jika ada barang mewah yang Arana miliki itu adalah Saga yang membelinya. "Istriku memang berbeda," bisik Saga lalu mengecup rahang Arana sekilas. Arana

  • Bukannya Udah Mantan?    147 Saga tidak tahu waktu jika menginginkannya.

    Hari ini Saga akan mengajak Arana ke acara resepsi pernikahan rekan bisnisnya. Untuk pertama kalinya Arana meninggalkan putrinya di rumah bersama Lastri. Sejak pulang dari menjenguk Kiara Lastri tidak pulang ke rumahnya. Dia sengaja menginap untuk menemani Arana karena Ratih sedang sibuk menjaga Kiara dan Dara. Arana memperhatikan penampilan yang memakai dress putih dengan panjang sedikit di bawah lutut melalui cermin yang ada di kamarnya. Wajahnya tersenyum puas melihat tampilannya sendiri. "Kamu canti sekali, sayang," puji Saga yang baru keluar dari ruang ganti. Saga berjalan mendekati Arana yang berdiri didepan cermin. Memeluknya melingkarkan tangan kekarnya di perut ramping Arana. Saga sedikit membungkukkan tubuhnya karena tinggi bedan mereka yang berbeda. CUP... Saga mencium rahang Arana. "Cantik, Kamu makin cantik jika wajahmu memerah karena malu" bisik Saga sembari memandangi wajah Arana dari pantulan cermin. Arana tersipu malu, "Mas, sekarang makin pinter gombal ya?" sah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status