Home / Rumah Tangga / Bukannya Udah Mantan? / Membulatkan tekad untuk bercerai.

Share

Membulatkan tekad untuk bercerai.

Author: iva dinata
last update Last Updated: 2022-03-30 15:07:23

"Lakukan jika kau ingin keluargamu jatuh miskin," ancam Saga yang membuat Arana kesal.

"Maksudnya?" Arana memicingkan matanya curiga.

Saga tak menjawab, rahangnya mengeras dengan tatapan tajam ke arah Arana lalu melangkah pergi tanpa menjawab pertanyaan istrinya itu.

Arana memandang Kepergian Saga dengan pikiran yang campur aduk. Muncul rasa khawatir di hatinya, takut nasib keluarganya akan benar-benar akan jatuh miskin. Walaupun ayahnya lebih mengutamakan kakaknya daripada dirinya. Meski begitu ayahnya itu sudah membiayai hidup Arana sejak kecil sampai ia dewasa. Tidak mungkin ia tega menjadi penyebab kehancuran bisnis yang sudah dirintis ayahnya dengan susah payah.

"Arana, ayo balik ke kantor?" Tari menepuk pundak Arana pelan, menyadarkan Arana dari lamunannya.

"Ah iya Mbak."

"Dia suami kamu?" tanya Sarah teman satu bagian Arana.

Arana menatap Sarah heran, dari mana dia tahu. pikir Arana. "Kita dengar saat kalian bertemu tiga hari yang lalu. Dia bilang kalau kamu istrinya lalu bawa kamu pergi." jelas Anita teman satu tim Arana juga.

'Ah iya, saat itu Saga memang mengatakannya' batin Arana. Arana mengangguk pelan, ada rasa tidak enak di dalam hatinya karena sudah membohongi teman-temannya.

"Jadi beneran kamu sudah nikah? Bukannya status kamu masih lajang ya" sahut Tari dengan mata melebar.

Dengan terpaksa arana menjawab, "Benar. KTPku belum sempat di rubah waktu itu"

"Kenapa?" Ganti Sarah yang penasaran.

"Kami hanya bersama selama 4 bulan saja, setelah itu kami berpisah."

Mendengar Jawaban Arana, teman-teman Arana mengangguk paham dan tidak lagi bertanya. Mereka tahu itu bukan lagi urusan mereka tapi masalah pribadi Arana.

Sebenarnya Arana tidak pernah berbohong kepada mereka bertiga. Dari awal tidak ada yang bertanya soal status Arana. Sedangkan Arana sendiri memang tipe orang yang jarang bercerita soal masalah pribadinya kecuali pada tiga sahabatnya, Rania, Reza dan Ryan.

Pukul lima lebih Arana berjalan sendirian keluar dari lift. Semua temanya sudah pulang sejak pukul empat tadi. Arana lembur satu jam untuk menyelesaikan beberapa pekerjaannya yang sempat ditinggalkannya dua hari kemarin.

"Baru pulang?" tanya seorang pria yang juga baru keluar dari lift sebelah.

"Iya Pak," Arana mengangguk sopan.

"Gak usah panggil Pak. Jam kerja sudah selesai, aku bukan atasan kamu lagi Arana," ucap Kenan, atasan Arana itu berjalan mendekat.

"Tapi ini masih di kantor Pak. Sudah kebiasaan juga," elak Arana lalu tersenyum sopan.

"Ck, kamu itu ada aja alasannya." Kenan berdecak pura-pura kesal.

"Maaf, saya duluan ya Pak," pamit Arana lalu berjalan keluar lebih dulu.

Saat di depan kantor, Arana terkejut karena tangannya di tarik pelan oleh Kenan. "Bareng sama Aku aja" ujarnya lalu menggandeng tangan anak buahnya itu ke area parkiran dimana mobilnya berada.

Arana sempat menolak tapi Kenan memaksa untuk mengantarnya. Arana hanya bisa pasrah dan duduk diam di kursi penumpang. Arana hanya akan berbicara ketika atasannya itu bertanya.

Sebenarnya Arana merasa tidak nyaman berada satu mobil dengan lelaki lain yang tidak ada hubungan kekeluargaan dengan dirinya tanpa adanya orang lain diantara mereka. Apa lagi sekarang Arana baru sadar jika dirinya masih berstatus sebagai istri Saga, jadi tidak seharusnya Arana menerima niat baik Kenangan mengantarnya pulang.

"Terima kasih Pak atas tumpangannya," ucap Arana ketika sampai di depan kosnya.

"Sama-sama. Tidak perlu sungkan seperti itu," jawab Kenan.

"Saya permisi masuk dulu" Arana mengangguk sopan setelah keluar lalu menutup pintu mobil dan bergegas masuk ke gerbang kosnya setelah mobil Kenan pergi.

🌼🌼🌼

Setelah pertemuan terakhir mereka, sudah dua minggu Saga tidak lagi datang menemui Arana. Itu membuat Arana merasa tenang meskipun tidak di pungkiri ada rasa kecewa di hati Arana. Hanya segitu saja usaha Saga untuk kembali padanya. Sekalipun hanya akting bukankah itu terlihat jika Saga tidak serius.

Arana merasa menyesal karena sempat merasa khawatir setelah mendengar ancaman Saga yang akan membuat Ayah Arana jatuh miskin jika Arana mengajukan gugatan cerai. Sepertinya itu hanya sebuah gertakan saja, buktinya sampai sekarang pria itu tidak lagi menemuinya.

Arana pikir ini adalah waktu yang tepat untuk mengajukan gugatan cerai agar dirinya benar-benar lepas dari Saga. Setelah menarik nafas, Arana mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

[Hallo. Selamat malam. Apa ini dengan Pak Gilang?] sapanya begitu panggilannya di terima.

[Iya benar. Ini dengan siapa?]

[Saya Keysa Arana. Mungkin anda sudah lupa, dulu anda pernah mengurus perceraian saya dengan Abisatya Sagara Bagaskara,] tutur Arana.

[Oh iya. Saya ingat, ada yang bisa saya bantu?]

[Saya ingin meminta bantuan anda kembali untuk mengurus perceraian saya. Apakah anda bersedia?] jelas Arana.

[Tentu saja saya bersedia. Tapi bukankah sebelumnya anda sudah membatalkan gugatan anda? Apa anda sudah benar-benar yakin untuk mengajukan kembali gugatan cerai?]

[Iya, kali ini saya sudah yakin. Maaf soal pembatalan itu,] ujar Arana tidak enak hati.

[Tidak masalah Bu Arana. Saya hanya inhin memastikan saja,] sahut Galih. [Sebelumnya apa bisa saya tahu alasan perceraiannya? Dan apa saja yang menjadi tuntutan anda?] sambungnya bertanya.

[Karena ketidakcocokan dan adanya orang ketiga. Saya tidak menuntut apapun kecuali perpisahan,]terang Arana.

[Baik Bu. Akan segera saya siapkan dokumennya agar bisa segera di ajukan. Nanti saya juga akan mengirimkan pesan apa saja yang perlu anda siapkan.]

[Baik. Akan segera saya siapkan setelah Anda mengirimkan pesan.]

[Jika Bu Arana ada waktu, kita bisa bertemu secara langsung untuk berdiskusi,]

[Kalau besok bagaimana?] tanya Arana, karena besok hari Sabtu dan kantornya libur di hari sabtu dan minggu. Jadi sekalian ia bisa pulang menemui bapak dan ibunya.

[Baik Mbak. Jam berapa kita bisa bertemu?] tanya Galih.

[Jam 12 siang di kafe flower bisa?]

[Siap Mbak.]

[Terima kasih Pak,] ucap Arana sebelum mengakhiri panggilan telfonnya.

🌼🌼🌼

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Gemar Be
Kak namanya Gilang atau Galih?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bukannya Udah Mantan?    Bab 152 Tamat.

    Tiga tahun setelah nya. "Aksara tidak boleh lari-larian di dalam rumah." seru Arana memberi peringatan pada Putri semata wayangnya yang berlarian mengejar Endharu anak dari Raka. "Hati-hati nanti jatuh sayang...!" Miranda menyahut dari dapur sambil membawa puding coklat yang dia buat tadi pagi untuk cucu kesayangannya. "Mas anak kamu itu lo, nanti jatuh." gerutu Arana pada Saga yang hanya diam saja melihat putrinya berlarian. "Kalau aku yang menegurnya, dia akan langsung menangis, lebih baik kamu saja yang menegurnya." ujar Saga pelan dengan pandangan tak lepas dari Aksara. Arana menghela nafas panjang, putrinya itu memang sagat pintar. Setiap kali Saga menegurnya dia akan langsung menangis dan membuat Saga tidak tega. Namun jika Arana yang menegurnya tidak akan di hiraukan olehnya karena bagi Aksara mendengar omelan Arana adalah hal yang biasa. Berbeda dengan Saga yang jarang mengomel tapi ekspresi wajahnya akan sangat menakutkan jika sedang marah. Dengan malas Arana beranjak

  • Bukannya Udah Mantan?    Bab 151 Ulang tahun pertama Aksara Kahiyang Ayu Bagaskara.

    Arana dan Aksara sudah cantik dengan gaun ala princess berwarna pink soft yang di desain sendiri sama Arana. Sedangkan Saga sangat tampan dengan memakai kemeja yang berwarna senada dengan gaun yang di pakai istri dan anaknya. Saga melipat lengan kemejanya keatas sampai ke sikunya, memperlihatkan lengan kekarnya. Saga menggendong Aksara dengan Arana disampingnya berdiri didepan kue ulang tahun menerima ucapan selamat dan kado dari para tamu undangannya. Nampak Jordan diantar para tamu bersama anak dan istrinya yang sudah di boyongnya pulang kembali dari kota B. "Selamat ulang tahun Aksara" ucap Mutiara istri Jordan sambil tersenyum pada juniornya di kampus dulu. "Mbak Mutia," pekik Arana dengan wajah sumringah, "Ya Alloh Mbak. Apa kabar?" Arana menanyakan kabar seniornya dulu setelah dia mengurai pelukan nya. "Puji Tuhan, saya baik Arana." jawab Mutiara, "Meskipun telat selamat ya untuk kelahiran putri kamu dan Saga." ucap Mutiara memberi selamat pada Arana, "Iya Mbak terima kasih

  • Bukannya Udah Mantan?    Bab 150. Persiapan ulang tahun pertama Aksara.

    Hari ini semua orang sedang sibuk menyiapkan ulang tahun Aksara, putri pertama Sagara Bagaskara sekaligus cucu pertama dari keluarga Bagaskara. Bima dan Miranda sudah pulang kembali dari Madrid sejak dua hari yang lalu, namun tidak dengan Rendra, mereka tetap meminta Rendra untuk tinggal disana sampai kuliah Kedokteran nya selesai. Arana sedang duduk di sofa ruang tengah sedang sibuk dengan kertas-kertas bon mengecek apa ada yang kurang untuk acara ulang tahun Aksara yang akan di adakan besok pagi. Tidak jauh dari Arana duduk, nampak Miranda sedang menggendong Aksara sambil sesekali menimang cucu pertamanya tersebut. "Ma Aksara sudah bisa jalan. Gak perlu di gendong terus nanti Mama capek" Arana mengingatkan mertua nya agar tidak memanjakan putrinya dan membuatnya didrinya kelelahan."Gak papa ya Aksara, Oma gak capek kok. Aksara masih ingin di gendong oma Mama" jawab Miranda sambil mencium pipi chubby Aksara. "Oh ya Na. Caterina buat besok sudah siap semua kan?" tanya Miranda masi

  • Bukannya Udah Mantan?    149 Kecemburuan Saga.

    "Suami, atau Mantan suami?" tanya Gibran dengan nada sinis, "Atau mungkin calon mantan suami. Aku dengar perceraian kalian sudah diproses sejak dua tahun yang lalu." "Maaf, Seperti nya Kak Gibran salah faham" sahut Arana berusaha menengahi sambil menggenggam tangan Saga yang sudah mengepal kuat. "Kamu tidak perlu berbohong lagi Ara. Aku sudah tahu semuanya, kamu di paksa menikah dengan dia kan?" kata Gibran pelan dan menatap Arana sendu. "Gibran," tegur Gio Saga yang sejak tadi mengamati kejadian di depannya "Jangan bicara sembarangan! Pak Saga tolong maafkan kelancangan Adik saya." Gio berdiri dan menarik adiknya agar menjauh dari Arana. Saga berdiri dan menarik Arana agar menempel padanya. "Ajari Adikmu sopan santun." ujar Saga sinis. "Iya maafkan saya yang kurang bisa mendidik Adik saya." jawab Gio sambil menunduk sopan. "Ck.. " Gibran berdecak kesal. "Jadi yang tadi kalian hanya bersandiwara menjadi suami istri yang romantis." cibir istri Gio. Mendengar kalimat kakak ipar

  • Bukannya Udah Mantan?    148 Bertemu Mantan kekasih.

    Saga dan Arana sampai di sebuah hotel berbintang tempat rekan bisnis Saga menggelar resepsi pernikahannya. "Wah,, Resepsi nya mewah sekali ya Mas," Arana memandang penuh kekaguman ketika mereka memasuki ballroom yang sudah di hias sedemikian rupa sehinga terlihat mewah dan berkelas. "Kamu suka?" tanya Saga menoleh pada sang istri yang di tangannya melingkar manis di lengan Saga. Arana menggeleng, "Tidak," jawabnya sambil matanya memandang pada pelaminan pengantin yang begitu megah. Saga tersenyum tipis mendengar jawaban istrinya itu. Bahkan Arana tidak membutuhkan waktu lama untuk menjawab. Saga sudah sangat memahami Arana, dia wanita yang sederhana dan sangat pengertian. Tidak ada satu pun barang mewah yang pernah Arana beli. Baju, tas, sepatu, sandal yang Arana pakai adalah brand dalam negri yang harganya hanya ratusan ribu. Jika ada barang mewah yang Arana miliki itu adalah Saga yang membelinya. "Istriku memang berbeda," bisik Saga lalu mengecup rahang Arana sekilas. Arana

  • Bukannya Udah Mantan?    147 Saga tidak tahu waktu jika menginginkannya.

    Hari ini Saga akan mengajak Arana ke acara resepsi pernikahan rekan bisnisnya. Untuk pertama kalinya Arana meninggalkan putrinya di rumah bersama Lastri. Sejak pulang dari menjenguk Kiara Lastri tidak pulang ke rumahnya. Dia sengaja menginap untuk menemani Arana karena Ratih sedang sibuk menjaga Kiara dan Dara. Arana memperhatikan penampilan yang memakai dress putih dengan panjang sedikit di bawah lutut melalui cermin yang ada di kamarnya. Wajahnya tersenyum puas melihat tampilannya sendiri. "Kamu canti sekali, sayang," puji Saga yang baru keluar dari ruang ganti. Saga berjalan mendekati Arana yang berdiri didepan cermin. Memeluknya melingkarkan tangan kekarnya di perut ramping Arana. Saga sedikit membungkukkan tubuhnya karena tinggi bedan mereka yang berbeda. CUP... Saga mencium rahang Arana. "Cantik, Kamu makin cantik jika wajahmu memerah karena malu" bisik Saga sembari memandangi wajah Arana dari pantulan cermin. Arana tersipu malu, "Mas, sekarang makin pinter gombal ya?" sah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status