Bab 18 Siapa Orang Yang Melaporkannya?Benar, dua nama tersebut adalah polisi yang dulu menangani kasus kecelakaan bapak ku yang juga menangani kasus yang sama yang menyeret nama Bu Mirna beberapa waktu yang lalu. Sebab tertangkapnya mereka juga lah yang kemudian banyak yang mengkait-kaitan dengan kasus kecelakaan bapak ku itu sehingga kembali ramai-ramai dibahas di media sosial. Hingga trending seperti yang disampaikan Lastri.Tak hanya itu, ada satu hal lagi yang membuatku terkejut karena berita ini. Dimana ada salah satu akun yang memposting berita ini dan dia mendapatkan banyak views, komentar juga share yang banyak. Dan dia adalah ... Arga."Kamu, Mas, yang ngasih info ke Arga?" tanyaku pada Mas Bima.Mas Bima menggeleng. "Enggak, Lay," jawabnya."Kalau bukan Mas Bima, terus siapa yang jadi narasumbernya Arga? Apa iya Arga cari tau sendiri soal ini?" pikirku dalam hati."Layla!" panggil Mas Bima yang membuyarkan lamunanku."Mas .... " Aku menatap Mas Bima dengan serius. "Menurutm
Bab 19 Pengakuan"Apa, Mas?" tanyaku penasaran. Menatap wajah Mas Alvin dengan amat serius.Namun, bukannya langsung menjawab, suamiku itu malah menunjukkan wajah lesu nya yang mana membuatku semakin penasaran dengan apa yang akan ia sampaikan."Aku .... "Aku semakin serius menatap Mas Alvin yang masih saja menggantungkan ucapannya."Aku ... cuma mau bilang ....""Bilang apa, Mas?" tanyaku tak sabar."Hmm ... Besok saja kalau sudah kembali ke rumah. Aku cerita lebih lanjut. Sekarang kamu fokus ke kesehatanmu lebih dulu, ya," kata Mas Alvin. Dan aku hanya bisa menurut meski diselimuti rasa penasaran karena ucapannya yang masih menggantung. ***Pagi pun menjelang. Ketika sinar matahari telah berhasil menembus kaca ruang di mana aku dirawat, di saat itulah aku telah bersiap untuk meninggalkan tempat ini. Yang mana kata dokter, karena luka-luka yang aku alami tak begitu parah membuatku bisa lebih cepat untuk pulang.Aku terus menatap Mas Alvin yang masih sibuk membereskan barang-barang
Bab 20 Bukan Bu Mirna, Lantas Siapa? "Maafkan aku, Mas," ujar ku lirih tanpa mengubah posisi ku. Mas Alvin tak memberi respon, ku pikir ia akan marah karena mendengar pengakuanku barusan. Namun rupanya aku salah. Sebab, ketika secara perlahan aku melihat ke arahnya, Mas Alvin malah tampak sedang berusaha membendung butiran bening yang sudah menumpuk di kedua matanya agar tidak tumpah. Mengapa suamiku itu malah terlihat sedih? Apa mungkin dirinya memang penyebab kecelakaan bapak ku dan kini ia merasa bersalah padaku? "Aku pergi dulu, ya. Istirahatlah," ucap Mas Alvin seraya beranjak dari tempatnya. Aku hanya bisa menatap pilu kepergian suamiku itu. Entah mengapa, mengakui semuanya malah membuatku bersedih. Aku merasa bersalah karena telah memanfaatkan orang sebaik Mas Alvin. Tapi di sisi lain, aku juga dibuat bingung sekaligus bertanya-tanya dengan sikap yang ditunjukkan Mas Alvin kali ini. Apa yang sebenarnya membuatnya ingin menangis setelah mengetahui semuanya? ***"Sayang."
Bab 21 Dinyatakan Hamil, Namun ..."Kamu sakit, Lay. Kita ke dokter, ya," ujar Mas Bima yang tak kalah khawatir melihat kondisiku."Enggak, ah, Mas. Mungkin ini kurang istirahat aja. Lagian, baru juga kemarin pulang dari rumah sakit," tolak ku beralasan. Menarik kembali tanganku dari pelipis ku.Sayangnya, penolakan yang aku lakukan tidak berlaku pada Mas Alvin. Akhirnya, tanpa pikir panjang suamiku itu lantas menggendongku dan setengah berlari ke arah luar. Kemudian diikuti oleh Mas Bima yang berada tak jauh di belakangku. ***"Selamat ya, Pak, istri Anda sedang hamil dua minggu. Kandungannya sehat, hanya saja perlu istirahat supaya tidak terlalu stres," kata Dokter yang baru saja memeriksa ku.Mendengar apa yang baru saja disampaikan wanita berjas putih itu, aku bukannya merasa senang akan tetapi malah sebaliknya. Aku merasa kehamilan ini sungguh tidak aku inginkan. Mengingat bagaimana posisi ku sekarang.Terlebih dengan kehamilan ini, tentu saja akan membuatku lebih sulit untuk te
Bab 22 Mengkambing hitamkan Dewi? Hingga beberapa detik kemudian, aku kembali tersentak lantaran ponselku bergetar. Sebuah pesan WA masuk dari Mas Bima. [Akan aku gunakan kesempatan ini buat mendekati Dewi. Aku tau, kamu mencurigai dia, kan?]Senyumku seketika mengembang setelah membaca pesan dari Mas Bima. Ini yang aku inginkan! ***Malam harinya, tatkala Mas Alvin masih sibuk dengan urusannya, di saat itu tiba-tiba aku mendapatkan pesan singkat dari Mas Bima. Pesan yang ku yakini pasti membahas tentang Dewi, seperti yang ia sampaikan sepulang dari rumah sakit tadi. [Gagal] Aku menghela napas panjang membaca pesan yang barusan dikirim dari Mas Bima. Walau hanya satu kata, tetapi aku mengerti maksudnya. Meski merasa sedikit putus asa, namun ... bagaimanapun juga kakak sepupu ku itu sudah berusaha. [Gak cuma gak bisa senyum, tapi dia juga gak bisa ngomong. Sepanjang jalan kami hanya diam. Gak ada obrolan. Aku dicuekin, Lay] Aku tertawa kecil ketika pesan Mas Bima masuk lagi. Je
Bab 23 Menggugurkan Kandungan?Aku menoleh ke arah suamiku yang masih berada di tempatnya. "Bagaimana mungkin ada seseorang yang benar-benar menyayangi pasangannya, di saat ibu mertuanya adalah orang yang paling dibencinya."Aku pun membuka pintu dan keluar dari kamar tanpa menunggu respon dari suamiku itu.***Seolah langit yang selalu dalam keadaan berkabut, suasana rumah tangga yang dibangun Mas Alvin bersama ku selama beberapa bulan ini semakin terasa di ujung tanduk.Sudah tiga hari aku dan Mas Alvin berada di situasi perang dingin. Dan selama itu pula lah, kami juga pisah ranjang. Kami saling diam, tak ada obrolan. Kecuali ... ketika aku telah melewatkan waktu kewajiban ku sebagai seorang muslim, barulah di saat itu, Mas Alvin mengeluarkan suaranya."Kalau masih marah sama aku, silakan. Tapi jangan sekali-kali tinggalkan salat."Benar, hanya kalimat itu yang diucapkan Mas Alvin padaku selama tiga hari ini. Itu pun ia tak menunggu respon dari ku dan kembali bersikap dingin.Meski
Bab 24 Dewi Adalah Pelakunya? Tangisanku semakin kuat. Aku betul-betul berusaha menekan perasaan ku yang membuatku sesak. Hingga tiba-tiba tarikan tangan membuatku bangkit dari tempat duduk ku. Aku tertegun karena tarikan tangan yang dengan cepat itu bersambung membawa ku ke dalam sebuah pelukan hangat. Dan orang itu adalah ... Mas Alvin. Mas Alvin memelukku erat. Sungguh, aku mampu merasakan ketulusan dari pria yang menikahi ku beberapa bulan yang lalu itu. "Percayalah sayang... bukan mama pelakunya, tapi Dewi," ucap Mas Alvin lirih. Hembusan napasnya amat terasa melewati sisi wajahku. Ku pejamkan kedua mataku dalam pelukan Mas Alvin. Mengunci rapat bibirku dan menikmati sejenak sentuhan yang selama ini aku abaikan. Dalam keheningan aku menyelami pelukan hangat dari suamiku itu. Aku betul-betul dibuat nyaman di posisi ini. Bahkan, saking nyamannya seakan aku dan Mas Alvin sedang berada di situasi yang baik-baik saja. "Tolong ... jangan pernah berpikir untuk menggugurkan bayi k
Bab 25 Tersangkanya Adalah ... "Untuk motifnya ... aku sendiri juga belum tahu pasti apa yang membuat Dewi melakukan hal kejam itu," jawab Mas Alvin. Aku mengernyit heran mendengar jawaban Mas Alvin. Bagaimana bisa ia menuduh Dewi tanpa tahu alasannya? Bukankah jika tuduhannya itu sampai terdengar di telinga Dewi atau orang lain, akan menjadikan hal ini sebagai fitnah untuk Dewi. Dan itu akan membahayakan posisi dari suamiku itu. Atau ... jangan-jangan ..."Kamu bohong sama aku, Mas," tuduhku, menatap Mas Alvin. Mas Alvin tampak terkejut mendengar tuduhan yang aku layangkan padanya. Seketika ia menoleh ke arahku. "Aku mendengar langsung Dewi dan mama meributkan soal Pak Darmawan," jelas Mas Alvin. "Dewi bilang dia sudah menyewa seseorang untuk merusak kabel rem di mobil bapak mu. Dan karena kejadian itu juga lah yang kemudian membuat mama dan Dewi bertengkar hebat," lanjut pria di sampingku itu. Ekspresiku berubah heran setelah mendengar penjelasan Mas Alvin tersebut. "Kenapa me