#FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI# Tato yang ada di belakang tubuh Utomo, membuat dirinya berikrar dalam hati untuk mengubur dalam nama Meytha Kasturi di dalam hatinya yang telah hancur berkeping-keping. Entah mengapa saat ia merasakan jarum merajah belakang tubuh pada bagian bawah leher belakang dengan nama seorang wanita yang teramat spesial di patri, membuat dirinya mengenang kembali satu persatu momen bahagia dan berakhir kecewa. Di teguknya minuman beralkohol untuk menutupi rasa sakit hatinya. Kini hatinya terasa kembali sakit bersamaan dengan jarum yang tengah merajah tubuhnya. Hingga tanpa bisa ditahan, gemeretak gerahamnya menahan sakit yang demikian sangat dirasa dan meluncur kata-kata dari bibir seorang lelaki dalam rasa sakit di hati dan tubuhnya. “Meytha.., jika kita bertemu, aku pastikan kamu dan keluargamu akan jauh lebih sengsara dari padaku,” gumam Utomo di antara rasa sakitnya. “Hahahaha.., Tomo jangan terlalu cinta sama wanita, karena kita masih bisa beli den
#FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI# Pada sebuah Rumah Sakit swasta di ruang perawatan VIP, selama tiga hari Richard di rawat. Hal itu dilakukan untuk memulihkan staminanya pasca tenggelam dan tanpa bisa di hindari, air laut terminum olehnya. Rencananya pada hari ini, Richard akan kembali ke hotel. Dan selama Richard dirawat pada Rumah Sakit tersebut, tugas Utomo hanya mengantar Widyawati bolak-balik ke hotel dan Rumah Sakit, juga mengantar pergi ke restoran ataupun membeli kebutuhan bagi keperluan suami dan dirinya. Seperti saat ini, kala Utomo sedang menunggu Widyawati untuk mengambil dan membawa pakaian kotor suaminya ke hotel, di ruang tamu pada kamar perawatan Richard di kamar VIP, Utomo dipanggil oleh Widyawati. “Utomo.., kami akan pulang ke hotel sore ini. Apa bisa kamu tanyakan bagian administrasi berapa yang harus dibayar. Setelah itu beritahu saya lewat pesan saja,” pinta Widyawati mencari Utomo yang sedang berdiam diri di ruang tamu pada ruang perawatan turis Jerman ter
Sesampai di sebuah restoran yang jadi tempat favorit Widyawati dan Richard untuk makan siang, Reynaldi berjalan memasuki restoran seafood tersebut dengan langkah panjang. Reynaldi menghampiri meja yang berada di sudut restoran di samping akuarium besar berisi ikan. Dan ia pun mencium punggung tangan kedua orang tuanya dan mencium kedua pipi Richard dan Widyawati. “Mami.., Papi habis kemana..? Tumben kita bisa makan bareng. Ini kok ada dua kursi lagi..?” tanya Reynaldy pada kedua orang tua angkatnya. Dan ia pun melambaikan tangannya pada seorang pramusaji untuk memesan makan siangnya sembari mendengarkan ucapan dari Widyawati. “Barusan Mami bertemu teman lama Mami sewaktu kami terapi kaki dan tangan. Dan tadi itu, teman Mami cerita, kalau dia punya anak gadis yang baru saja lulus Sarjana. Tadi dia kasih lihat photo nya cantik dan lulusan terbaik di Universitasnya.” “Rencananya, dia akan kemari mengajak putrinya untuk makan siang bersama kita. Jadi kamu bisa tunggu yaa..,” imbuh Widya
Sekitar dua jam di dalam ruang meeting itu, akhirnya pembahasan yang menyangkut regulasi, kenaikan, dan penurunan ekspor beberapa komoditi yang sebagian besar telah dijawab oleh ketua dari PMI (Pengusaha Muda Indonesia) maka sesi Coffee Break pun dibuka selama satu jam dan meeting pun di tutup. Saat Coffee Break dibuka, Meytha langsung berjalan ke tempat duduk Reynaldi. Namun ketika dilihat Reynaldi dan kedua orang temannya sedang berbicara, maka Meytha pun berdiri sejauh satu meter dari tempat duduk Reynaldi. Reynaldi yang menyadari kehadiran Meytha berdiri sejajar dengan dua orang lelaki teman dari PMI tersenyum ke arah Meytha dan bertanya padanya. “Ya.., ada apa Mey..?” tanya Reynaldi lembut dan tersenyum pada Meytha. “Maaf Pak.., saya akan bawakan kopi hitam atau Cappucino?” tanya Meytha yang tak menyangka Reynaldi akan tersenyum. Dan senyumannya sama seperti dulu, yang membuat perasaannya sangat nyaman dan menyejukkan.“Kopi hitam saja. Apa kamu bisa mengambilkan kedua bapak y
Seperti biasa, Meytha selalu datang lebih awal ke kantor, hal itu disebabkan karena ia harus mengantar kedua anaknya untuk ke sekolah. Terlebih hari ini, kedua anaknya sedang menghadapi ulangan umum.Meytha telah sampai di kantor sekitar pukul tujuh lewat lima belas menit. Seperti biasa, ia membuka ruang kerja Reynaldi, menyalakan pendingin dan meminta OB untuk membersihkan ruangan tersebut. Usai dibersihkan oleh OB, Meytha kembali menutup pintu ruangan tersebut, dan duduk di ruang kerjanya, serta membuka buku pertemuan antara Reynaldi dengan beberapa koleganya.Saat dilihat akan ada acara minggu depan di hari Jumat, yaitu pertemuan dengan perhimpunan pengusaha batu bara, maka Meytha pun berkeinginan mengambil cuti, karena hari itu bertepatan dengan hari pengambilan rapor kedua anaknya.Sekitar pukul tujuh lebih tiga puluh menit, Reynaldi pun sampai di kantor. Meytha yang melihat kedatangannya, langsung ke ruangannya dan bertanya, “Bapak saya buatkan kopi sekarang?” “Ya...”Me
Tepat pukul sepuluh pagi, seorang gadis cantik kira- kira berusia dua puluh tiga tahun diantar oleh seorang sekuriti menghadap Dinda, sekretaris pertama Reynaldi. Tok.. Tok.. Seorang sekuriti mengetuk pintu yang setengah terbuka lalu berucap pada Dinda, “Selamat pagi, Bu Dinda.., ada tamu si Bos.” “Ya..,” jawab Dinda singkat seraya menganggukkan kepalanya. “Silakan Mbak..,” ucap sekuriti pada gadis cantik tersebut. “Permisi.., Buu..,” sapa gadis cantik nan muda belia saat dilihat Dinda masih berkutat dengan komputer di depannya. “Ya.., duduk..,” toleh Dinda melirik pada gadis cantik yang masih berdiri walau sudah dimintanya duduk. Dipandanginya gadis cantik dengan minidress sebatas dengkul berwarna biru tosca berbahan chiffon dengan potongan kerah V serta ikat pinggang berwarna hitam memperlihatkan kelangsingan tubuhnya. “Duduk dulu yaa.., Mbak..,” pinta Dinda dengan judes menatap tajam gadis cantik itu. “Maaf Buu.., aku itu janji ke kantor ini, jam sepuluh sama Kak Rey. Seka
“Mamii..?!” pekik Reynaldi pada wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu.Karena seumur-umur Widyawati tidak pernah sekali pun mau ke kantor dan itu dibuktikan saat Richard Gerald sang suami memimpin perusahaan itu hingga diserahkan pada putra angkatnya.“Hehehehehe..., Mami sengaja mau sidak kamu ke kantor..., sekalian mau ajak kamu sama Elmira, makan siang,” ujar Reynaldi.Widyawati yang melihat Meytha berdiri sejajar dengan Reynaldi dan tampak ada dua orang wanita di belakangnya yang menunggu lift terbuka, membuat Widyawati yang merasa menghalangi jalan mereka, memberikan jalan pada ketiga wanita tersebut. “Silakan, Sorry...,” ujar Widyawati yang melangkah maju.Kesempatan itu pun dipakai oleh Meytha untuk menganggukkan kepala pada Reynaldi dan berucap, “Saya duluan Pak.., permisi Buu...”Reynaldi hanya mengangguk kecil dan membiarkan Meytha berlalu dari hadapannya dengan sedikit rasa kecewa.Padahal telah terpikir olehnya supaya bisa berkenalan dengan kedua anak Mey
Meytha sampai lebih dulu di kantor dibandingkan Reynaldi yang terjebak macet pada saat jam makan siang. Dengan wajah bahagia, Meytha berjalan menuju pintu ruang kerja Reynaldi. Dibukanya pintu kerja sang CEO, dicarinya OB untuk kembali membersihkan ruangan tersebut sebelum si empunya ruangan datang, pikir Meytha saat itu.Setelah itu, Ia bergabung mengobrol bersama kedua rekan kerjanya. Terlebih Cindy ikut duduk di depan ruang kerja Dinda."Wajahmu sekarang ceria.., ada berita bagus?" tanya Dinda saat Meytha duduk di depan ruangannya."Biasa.., si kembar tadi cerita soal ulangannya bisa di jawab semua. Dan semua yang mereka pelajari semuanya keluar. Jelaslah aku senang," ungkap Meytha atas perasaannya.“Mey.., tadi katanya mau cerita, kenapa muka, voltase ketegangannya tinggi waktu jalan bareng si Bos ke lift,” ujar Dinda melirik ke arah Cindy dan tersenyum penuh arti.“Kaget aja waktu dibilang dia mau ikut jemput kedua anakku. Apa kata kedua anak kembarku coba? Itu yang buat seket