Suasana di dalam ruang kerja Reynaldi sejenak hening. Dinda dan Andini sama-sama menunggu sang CEO berbicara kembali. Mereka melihat Reynaldi tidak seperti seorang CEO yang garang saat pertama kali bertemu.Mereka juga tidak percaya dengan apa yang si dengar. Kemudian, Reynaldi pun memecah kebisuan yang terjadi disana dengan berbicara pada kedua stafnya.“Apa kalian tau alamat orang tuanya Meytha?” tanya Reynaldi menatap Dinda dan Andini bergantian.“Nggak Pak..,” ucap kedua orang stafnya bersamaan. “Masa Meytha nggak pernah bercerita tentang dimana orang tuanya, Bu Andini..?” tanya Reynaldi lagi.“Selama ini dia hanya cerita tentang si kembar, yang lucu dan pintar di sekolah. Selebihnya nggak pernah bercerita apa pun.., Pak,” tutur Andini yang kini telah lebih tenang, terlebih Reynaldi sudah tidak teriak saat berbicara. Namun dalam hati Andini terus bertanya-tanya tentang hubungannya antara Reynald dan Meytha. Hingga ia pun bergumam, ‘Apa iya ada hubungan khusus antara si Bos
Dinda dan Andini serta Elmira yang mendengar apa yang dikatakan oleh Reynaldi pada Widyawati membuat mereka saling berpandangan satu dan lainnya. Dan Elmira yang awalnya duduk di meja kerjanya beranjak dari kursi kerjanya duduk bersama Andini dan Dinda yang sedang berbicara satu dan lainnya.“Hey.., ngapaen kamu duduk deket kita berdua?” tanya Dinda sengit pada Elmira.“Emang kenapa..? Juga ini bukan ruang kerja kamu!” balas Elmira tak kalah sengitnya.“Dasar nggak tau diri.., udah bagus tadi kita semua buat tenang pak Rey.., kalau nggak tadi mulutmu itu udah di tampar bolak-balik,” ketus Dinda melirik ke arah Elmira.Usai Dinda mengatakan hal tersebut, gadis nan cantik itu terdiam dan merengut kesal pada Dinda. Lalu, Elmira bertanya pada Andini, “Buu.., yang kemarin saya tanda tangani itu status saya kerja disini itu, statusnya dikontrak atau sudah karyawan tetap?” “Semua karyawan/karyawati disini statusnya kontrak dengan sistem bertahap. Dari tiga bulan, meningkat enam bulan d
Usai makan, Reynaldi bersama ketiga temannya berpamitan dengan Widyawati dan Richard untuk mencari tahu alamat kampung halaman dari kedua orang tua Meytha dari tetangga tempat tinggalnya dulu. Sebelum Reynaldi jalan, Widyawati memeluk putranya dan mengelus punggungnya. “Rey..., Maafkan Mami.., kalau aja kamu cerita sama Mami.., mungkin saat ini si kembar udah bersama kita. Mami sempat melihat bingkai photo di meja kerja Meytha dan menanyakan keduanya. Mami nggak menyangka kalau mereka cucu Mami..,” isak Widyawati saat kembali mengingat momen terakhir bertemu Meytha. “Mami jangan sedih dan salahkan diri Mami seperti itu. Rey yang salah Mii.., saat ini Rey perlu doa dari Mami dan Papi,” ujar Reynaldi membalas pelukan Widyawati dan menghapus air mata yang membasahi pipi dari wanita baik hati itu. Setelah itu Reynaldi memeluk papinya, dan Richard pun berkata, “Yakin saja.., kalau memang dia belahan dirimu.., pasti kamu akan segera menemukannya.” Setelah itu, mereka pun masuk ke dalam m
Mobil yang dikendarai oleh Oki pun sampai pada sebuah perusahaan finansial atau pembiayaan yang berada pada sebuah ruko. Kemudian, mereka pun keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu masuk kantor pembiayaan tersebut. Reynaldi yang masih ingat sekuriti di perusahaan itu pun menyalami sekuriti yang seumuran dengannya. “Apa kabar Pak Kirno?” tanya Reynaldi ramah. Namun sekuriti yang sepertinya lupa pada sosok Reynaldi hanya membalas sapaannya dengan menganggukkan kepalanya serta mempersilakan mereka masuk ke dalam ruang kantor tersebut. “Kabar baik Pak.., ada yang bisa dibantu? Untuk pelunasan atau pengajuan baru?” tanya Kirno masih tersenyum dan lupa pada Reynaldi mantan karyawan perusahaan pembiayaan tersebut. “Saya mau bertemu dengan HRD Ibu Intan,” jawab Reynaldi. “Ooh dengan Ibu Intan.., baik.., silakan kami antar ke lantai lima Pak,” ajak Kirno yang mengantarkan Reynaldi ke lantai lima dari tujuh lantai pada bangunan ruko tersebut dengan menggunakan lift. “Bapak-bapak semua
Mobil yang membawa mereka berempat pun berhenti pada sebuah gang yang tidak dapat dilalui oleh mobil. Kemudian mobil pun diparkir pada sisi kiri badan jalan.“Rey.., gang nya udah bener kan?” tanya Oki saat memarkir kendaraannya.“Iyaa.., ‘gang meskipun’ aneh juga nama gangnya yaa..,” urai Reynaldi tertawa kecil.Empat lelaki itu turun dari mobil dan menyeberangi jalan berukuran 8 meter yang dipakai untuk jalan mobil dua arah dan beberapa mobil tampak parkir di kiri Jalan.“Arta.., liatin rumahnya nomor 11B,” ujar Reynaldi mengatakan pada Arta yang berada di depan saat melewati gang berukuran 1 meter.Arta berhenti pada sebuah rumah dengan pagar besi setinggi pinggangnya. Di sisi kanan dari pagar itu ada sebuah warung berukuran 6 meter.“Mau beli apa Pak?” tanya seorang lelaki sembari menggendong seorang anak berusia tiga tahun dengan gendongan balita, saat dilihat Arta terdiam persis diantara pagar rumahnya dan warung/toko kecil dengan penutup dari aluminium.“Uhm.., bentar Pa
Sekitar jam delapan malam, Reynaldi dan ketiga temannya sampai di rumah. Sesampai di rumah, Richard, dan Widyawati tengah duduk di ruang santai dengan sebuah buku di tangannya.“Mamii.., Papii..,” panggil Reynaldi, saat kedua orang tua angkatnya tidak dilihat di ruang keluarga.“Kami di ruang santai..!” sahut Richard saat didengar Reynaldi memanggil namanya.“Teja.., kalian ke atas aja dulu. Pada mandi yaa.., nanti kita makan malam diluar. Aku mau ketemu sama mami, papi dulu,” ujar Reynaldi pada ketiga temannya. Dan tampak ketiga temannya naik ke lantai dua seraya mengacungkan jempolnya. Sementara Reynaldi berjalan menuju ruang santai.“Gimana hasilnya?” tanya Widyawati saat dilihat putranya masuk ke dalam ruang santai.“Tadi ke kantor lama hasilnya nihil, tapi syukurnya Rey dapat alamat rumah sahabat yang dulu selamatkan diri Rey,” ujar Reynaldi.Setelah itu, Reynaldi pun menceritakan keadaan Rifai yang sedang dalam kesulitan dan Reynaldi memberitahukan kalau ia memberikan izin
Pagi sekitar pukul delapan pagi saat Reynaldi di meja makan bersama Richard, Widyawati dan ketiga temannya. Reynaldi berbicara pada Richard perihal pekerjaan yang untuk sementara akan di tinggalkannya.“Pii.., untuk sementara saya belum bisa ke kantor. Rey minta tolong supaya Papi bisa gantiin ke kantor..,” pintanya tersenyum pada Richard.Richard pun menganggukkan kepalanya, dan berkata, “Yaa.., Papi mau kamu selesaikan semua masalah kamu, biar pikiranmu nggak bercabang. Semoga aja, kamu bisa bawa cucu kembar Papi.”“Ya Pii.., semoga aja semua berjalan lancar. Rey minta doanya sama Mami dan Papi juga ketiga sahabat Rey dari Bali.., tanpa melihat keadaan Rey, mereka menerima Rey apa adanya saat itu. Makasih Teja.., Oki dan Arta,” tutur Reynaldi saat di meja makan.Setelah itu Reynaldi pun bersiap-siap untuk mengantar ketiga temannya ke Bandara dan akan ke rumah Nino, saudara sepupu Meytha. Usai berpamitan pada Richard dan Widyawati, mereka pun masuk ke dalam mobil. Beberapa saat
Reynaldi yang menunggu di ruang tamu menikmati kopi yang dibuat oleh istri Nino. Sekitar lima menit kemudian, Nino dan istrinya yang bernama Aisyah keluar dari ruang lain menuju ruang tamu menemui Reynaldi dengan sabar menunggu mereka demi sebuah alamat yang sangat berarti bagi hidupnya.“Maaf terlalu lama nunggu,” ujar Nino duduk pada sofa panjang bersama istrinya Aisyah.“Nggak apa-pa.., justru saya yang tiba-tiba datang bikin terkejut keluarga di sini,” tutur Reynaldi tersenyum dengan harap-harap cemas.Sebelum Nino memulai pembicaraan, istrinya Aisyah terlebih dahulu berbicara pada Reynaldi.“Sebelumnya saya, istri dari Mas Nino mau menanyakan maksud dari Mas, mencari alamat mbak Mey. Soalnya.., kami juga takut disalahkan kalau tiba-tiba Mas ke kampung almarhum pakde dan di sana malah ribut dengan mbak Mey, kasian kalau sampai si kembar tau, apalagi mereka belom mengerti masalah mamanya,” ungkap Aisyah mewakili Nino.“Bu.., saya mau bertemu Meytha untuk minta maaf. Dan saya j