Share

BAB 73

Author: jasheline
last update Huling Na-update: 2025-01-29 20:36:37

Akhirnya, Selena dibawa ke Jakarta tanpa sepengetahuan Rangga. Ambulans melaju kencang, diiringi oleh mobil polisi dan kendaraan ayah Nicholas, membelah jalanan malam menuju ibu kota. Sirene meraung tanpa henti, menciptakan gema yang menusuk keheningan.

"Ni! Nu! Ni! Nu! Ni! Nu!"

Sementara itu, di desa...

Rangga hanya bisa menatap layar ponselnya dengan perasaan hampa. Pesan dari Linggar terasa seperti hantaman keras ke dadanya. Selena telah pergi. Rasa bersalah menggerogoti hatinya. Seharusnya dia bisa melakukan sesuatu. Seharusnya dia bisa melindungi Selena.

Di tempat lain, ibunya Rangga telah dibawa kembali ke pondok pesantren. Para kyai bersiap untuk meruqyah dan membersihkan tubuhnya dari makhluk-makhluk yang telah bersarang akibat pesugihan terkutuk itu. Namun, pembersihan ini bukan proses singkat memutus rantai tumbal pesugihan bukanlah hal yang bisa selesai dalam satu malam.

Keesokan harinya...

Perburuan dimulai. Semua warga telah menyebar. Mereka menggeledah hutan, menyisir s
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • CALON TUMBAL   BAB 74

    Langit tidak mendung, dan hujan pun tidak turun, namun petir menyambar keras di siang bolong. Suara gemuruhnya menggetarkan udara, dan seketika seluruh warga terdiam, merasakan ketegangan yang tiba-tiba muncul. Namun, kakek bongkok itu justru terkekeh geli, merasa petir itu adalah sahutan dari rajanya, yang seolah merestui tindakannya."Cepat, bakar dia!" Ujar adik ayah Rangga, suaranya tegas. Dia mulai mengatur kayu-kayu besar dan menumpuknya mengelilingi tubuh kakek bongkok yang sudah terikat.Kayu yang digunakan bukan kayu sembarangan, seakan cukup untuk memanggang domba seberat satu ekor hingga matang sempurna. Dengan penuh kehati-hatian, bensin disiramkan, bahkan sampai ke tubuh kakek bongkok itu sendiri, dan korek api pun mulai dinyalakan.Adik ayah Rangga sudah tersenyum penuh kepuasan. Dia merasa, akhirnya, dukun santet yang selama ini telah menimbulkan banyak penderitaan akan menemui akhir yang setimpal. Namun, saat dia hendak melemparkan korek api ke tumpukan kayu, tiba-tiba

    Huling Na-update : 2025-01-30
  • CALON TUMBAL   BAB 75

    Malam Hari di JakartaSelena akhirnya membuka mata setelah tak sadarkan diri sejak kemarin. Pandangannya masih buram, tetapi yang pertama kali ia lihat adalah wajah seorang perempuan sangat dekat, hampir menempel dengan wajahnya."Astaghfirullah!" Selena tersentak, jantungnya berdebar kencang."HUAA!" Sosok perempuan itu juga terkejut, seolah tak menyangka dirinya bisa terlihat. Dalam sekejap, ia menghilang begitu saja.Kalau saja Selena punya penyakit jantung, mungkin dia sudah mati di tempat. Baru saja sadar, dia langsung dihadapkan dengan sesuatu yang tak seharusnya ada di dunia nyata.Matanya bergerak liar, mencoba memahami situasi. Ini rumah sakit, jelas dari bau obat yang menyengat dan lampu putih redup di langit-langit. Tapi ada sesuatu yang ganjil. Sekelilingnya, berjejer sosok perempuan dalam balutan kain putih panjang, rambut mereka tergerai menutupi sebagian wajah. Mereka menatapnya dalam diam.Selena menelan ludah. "Kenapa kalian ngeliatin aku kayak gitu?"Para sosok itu s

    Huling Na-update : 2025-01-31
  • CALON TUMBAL   BAB 76

    Setelah ibunya menceritakan kisah kelam hidupnya yang singkat itu pada Selena, kini Selena tengah berusaha membujuk ibunya agar bisa pergi dengan tenang ke tempat yang lebih baik. Selena tahu betul bahwa ibunya sangat mencintainya, tetapi dia tak ingin ibunya terus terjebak di dunia ini, terikat oleh masa lalu yang penuh penderitaan."Bunda nggak mau ada yang nyakitin kamu, Selena... Bunda mau terus melindungi kamu," ujar ibunya, dengan suara penuh keputusasaan dan air mata yang terus mengalir."Tapi Selena sudah baik-baik saja sekarang, Bunda. Bunda sudah berhasil melindungi Selena dari kakek jahat itu. Bunda bisa pergi sekarang, Bunda," kata Selena, mencoba meyakinkan ibunya."Apakah Bunda nggak kangen sama Ayah? Selena yakin Ayah pasti ingin sekali bertemu dengan Bunda sekarang. Ayah pasti bangga, karena Bunda berhasil melindungi Selena dengan sangat baik," tambah Selena dengan suara lembut, meski hatinya terasa sangat berat."Mas Sinclar..." gumam ibunya, mengenang nama yang begit

    Huling Na-update : 2025-02-01
  • CALON TUMBAL   BAB 77

    Selena terbelalak dan langsung menutup mulutnya, terkejut melihat sosok yang sedang berdiri di kamar. Sosok itu adalah orang yang selalu dirindukannya, Nicholas..."Bang Nicholas?!" ujar Selena, hampir tak bisa mempercayai apa yang dilihatnya.Ia berniat bangun, tapi terlupa dengan jahitan di perutnya, dan langsung meringis kesakitan."Eh! Eh! Jangan bangun, dek!" Nicholas langsung berlari mendekat, cemas."Ish, bandel banget sih kamu, disuruh nggak bikin diri sendiri celaka, malah kena tusuk." ujar Nicholas sambil melirik Selena yang tampak bingung."Kenapa? Kok ngeliatin abang kayak gitu?" tanya Nicholas, heran melihat Selena yang terlihat kebingungan."Tunggu, ini mimpi bukan ya? Perasaan tadi lagi main di pantai, tapi kok rasanya kayak nyata banget... ini..." Selena bergumam pelan, lalu tanpa pikir panjang mencubit lengan Nicholas."Eh! Sakit dek!" Nicholas meringis."Abang... nyata?" tanya Selena, masih tak percaya."Ya nyata dong, kan abang belum jadi hantu, dek," jawab Nicholas

    Huling Na-update : 2025-02-03
  • CALON TUMBAL   BAB 78

    Nicholas baru saja kembali ke kamarnya. Begitu masuk, dia langsung merasakan perubahan yang mencolok. Pasti ulah adiknya, Selena. Mesin game-nya yang sering dimainkan, buku-buku di rak lemari, semuanya tampak berbeda."Dasar bocah nakal, masih bilang nggak kangen, padahal kamarku udah jadi pelampiasan," gumam Nicholas, setengah kesal namun juga geli.Dia merebahkan diri di ranjang, merasa lelah, tentu saja. Tapi lelah itu sedikit terhapus oleh senyum cerah Selena yang terus terbayang di pikirannya. Meski tubuhnya lelah, dia tak bisa tidur. Jet lag mengganggu, karena di tempatnya di LA, saat ini adalah siang hari, sementara di sini, di Jakarta, malam sudah datang.Sementara itu, di kamar Selena, dia baru keluar dari kamar mandi. Di belakangnya, ada sosok kuntilanak yang mengikuti keluar dari rumah sakit."Eh, kamu udah balik? Udah inget nama kamu belum?" tanya Selena, sedikit penasaran.Sosok itu menggeleng pelan. "Nggak mau inget, kamu jangan ingetin aku, aku nggak mau inget," jawabny

    Huling Na-update : 2025-02-04
  • CALON TUMBAL   BAB 79

    Selena ikut menangis. Kisah yang Yumna ceritakan begitu menyayat hati, membuat dadanya sesak. Rasa sedih Yumna meluap, menular padanya. Hanya sebuah keinginan sederhana, tapi seumur hidupnya, Yumna tak pernah mendapatkannya. Dia hanya ingin disayang.Namun, ada satu hal yang tak bisa Selena pahami mengapa Yumna masih di dunia ini? Bukankah dia anak yang baik? Lagipula, dia meninggal karena sakit, bukan karena hal lain yang mengikatnya di dunia manusia."Kenapa kamu bisa lupa namamu sendiri?" tanya Selena, suaranya lirih."Karena aku nggak pernah dipanggil pakai namaku," Yumna tersenyum miris. "Mereka cuma manggil aku 'heh! heh! heh!' gitu aja."Yumna menirukan cara orang-orang memanggilnya. Tidak ada nama, tidak ada panggilan sayang, hanya seruan tanpa makna."Jahat banget mereka..." gumam Selena, tangannya cepat menghapus air mata yang menggenang di sudut matanya."Cuma nenek yang manggil aku pakai namaku," lanjut Yumna pelan. "Kamu tahu? Waktu aku ngeliatin tubuhku sendiri, aku kasi

    Huling Na-update : 2025-02-05
  • CALON TUMBAL   BAB 80

    Nicholas menonton TV sambil ditemani Selena yang ternyata sudah tertidur lebih dulu. Sepertinya tangisan tadi telah menguras energinya, membuat kantuk datang tanpa bisa ditahan.Nicholas menoleh ke samping dan tersenyum kecil melihat adiknya yang sudah terlelap. Nafasnya teratur, wajahnya tenang, seolah beban yang tadi menyesakkan dada telah luruh bersama air matanya.Nicholas menggeleng sambil terkekeh pelan. "Katanya belum ngantuk... Belum lima belas menit udah tewas. Dasar bocah." gumamnya.Alih-alih membangunkan atau memindahkan Selena ke kamar, Nicholas membiarkannya tidur di situ, tetap di sisinya. Hingga akhirnya, kantuk pun ikut menyerangnya, dan tanpa sadar mereka berdua tertidur di sofa ruang keluarga.Adzan Subuh berkumandang, menandai awal hari yang baru. Dari dalam kamar, ayah Nicholas melangkah keluar dengan mata masih sedikit berat. Namun, saat melintasi ruang keluarga, langkahnya terhenti.Di balik sofa, tampak dua kepala yang muncul berdampingan.Dahi ayah Nicholas be

    Huling Na-update : 2025-02-06
  • CALON TUMBAL   BAB 81

    Nicholas mengusap lembut kepala Selena yang merasa bersalah, mencoba menghiburnya dengan senyuman agar gadis itu tidak merasa terlalu terpuruk. "Dia beneran bukan bocah nakal, kan?" Tanya Nicholas, matanya tajam menatap Selena. Selena langsung menggeleng cepat, menanggapi ketegasan dalam suara Nicholas. "Dia baik, bang. Dia sering bantuin aku selama ini." Jawab Selena dengan penuh keyakinan. "Abang nggak ngelarang kamu temenan sama siapa pun, dek. Abang cuma takut kamu salah pergaulan. Maaf ya, abang bikin kamu sedih." Nicholas akhirnya berkata dengan suara lebih lembut, mengungkapkan penyesalannya. Selena tersenyum, meski masih ada sedikit kecemasan di matanya. Ia menggelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan segala kekhawatiran yang ada di hatinya. "Abang terbaik." Selena berkata sambil memeluk lengan Nicholas dengan erat, membuat Nicholas merasa lebih tenang. Setelah itu, mereka berdua keluar dan menuju ruang tamu, tempat Linggar duduk menunggu. Selena menghampirinya, t

    Huling Na-update : 2025-02-07

Pinakabagong kabanata

  • CALON TUMBAL   BAB 126

    Selena sedang membakar bungkusan yang diberikan oleh supirnya yang dikira itu diberikan oleh Rangga, Selena tidak membukanya sama sekali dia langsung membakarnya sambil membaca doa.Dan benda itu menghilang secara misterius setelah di bakar, yang diyakini itu adalah bungkusan benda berisi kiriman santet. Selena sekarang mencoba menghubungi Rangga.."Halo, Assalamu'alaikum, Ra." Ucap Selena ketika panggilan teleponnya terhubung dan dia sengaja meletakan dalam speaker handphonenya agar supirnya juga ikut mendengar suara Rangga."Wa'alaikumussalam, kenapa Sel?" Tanya Rangga, supir Selena terlihat mengerutkan keningnya mendengar jawaban Rangga."Ra, tadi lu ke kampus gue?" Tanya Selena."Enggak, gue jenguk om Basuki abis gue kelar di bengkel, Sel. Lo udah sama om Basuki?" Sahut Rangga, supirnya terlihat menutup mulutnya."Gue mau ke rumah sakit jemput papa, tapi tadi katanya lo dateng kesini nganter kiriman." Ujar Selena, Rangga dalam panggilan itu terdengar kebingungan."Gue ngga kemana-

  • CALON TUMBAL   BAB 125

    Selena mengantar Linggar lebih dulu, dan sebelum Linggar masuk Selena memastikan lebih dulu agar tidak ada yang ikut dengan Linggar."Sel, lu nggak apa apa?" Tanya Linggar."Nggak apa-apa, udah biasa. Kalo mereka nyerang gue nggak apa apa, karena gue bisa tau, tapi kalo mereka nyerang lu dan orang-orang yang deket sama gue, gue baru khawatir." Ujar Selena sambil fokus menetralisirkan tubuh Linggar.Linggar yang mendengar itu merasa menjadi orang yang spesial karena Selena peduli padanya. Padahal Selena mengatakan itu bukan dengan maksud apapun, dia murni berkata demikian karena tidak mau orang lain yang dekat dengannya jadi terkena imbasnya."Udah, aman." Ujar Selena."Makasih, Sel." Ujar Linggar dan Selena tersenyum."Gue pulang, ya." Ujar Selena dan Linggar mengangguk."Ati-ati." Ujar Linggar."Siap." Sahut Selena, lalu masuk kembali kedalam mobil. Selena masih merasakan energi yang mengikutinya itu berada di mobil, yang berarti sejak tadi kiriman itu memang berada di mobil dan ikut

  • CALON TUMBAL   BAB 124

    Lalu akhirnya setelah pulang kuliah, Selena menepati janjinya pada ibunya Intan untuk menyampaikan maaf Intan pada kedua orang tuanya Roy. Sekaligus juga Roy ikut dan kini mereka sedang berada di rumah Roy, bersama Faaz, Doni dan Linggar.Kedua orang tua Roy saat ini sedang menangis, terutama ibunya yang menangis sampai terisak-isak setelah mengetahui kebenaran tentang kematian Roy. Ibunya Intan sampai bersimpuh di depan ibunya Roy dan meminta maaf atas nama Intan, Selena, Linggar, Faaz, Doni dan hantu Roy yang melihat itu juga ikut sedih."Roy.." Gumam ibunya Roy sambil terisak."Tante, aku mau ngasih tau kalo Roy masih penasaran di dunia. Dia masih berada di dunia dan sekarang dia ada didekat tante, di sebelah kanan tante." Ujar Selena, ibunya Roy menoleh ke kanan tapi tentu saja tidak ada siapapun."Roy mau pamit sama tante dan om, karena dia sudah tidak penasaran lagi. Alasan kematiannya bukan bunuh diri tapi karena diganggu yang ghaib." Ujar Selena lagi."Roy! Roy! Kamu dimana na

  • CALON TUMBAL   BAB 123

    Meski Selena sudah bilang bahwa jangan keluar rumah, tapi ayah Nicholas tetap saja pergi. Ayah Nicholas bilang pada bibi dia pergi bukan mau bekerja tapi menemui temannya, bibi pun mengangguk karena memang ayah Nicholas tidak membawa jubah dokternya.Ayah Nicholas pergi ke rumah sakit, tapi bukan untuk bekerja melainkan dia menemui teman dokternya yang kemarin memapahnya, seorang dokter ahli neurologi. Temannya itu tersenyum melihat kedatangan ayah Nicholas."Nah.. Akhirnya mau juga datang kemari, dok." Ujar teman ayah Nicholas, namanya dokter Jaya."Haha, iya. Dimarahin sama anak, nggak boleh kerja jadi saya nggak kerja hari ini. Karena nggak ada kegiatan jadi saya kesini untuk memeriksakan diri." Ujar ayah Nicholas."Emang mantranya anak perempuan tuh ampuh pokoknya, kalo nggak boleh ya nggak beneran, hahaha.." Dokter Jaya terkekeh."Jadi, tolong periksa saya dok." Ujar ayah Nicholas."Tentu dok, mari." Ujar dokter Jaya.Mereka sama-sama dokter profesional, dan mereka juga sama-sama

  • CALON TUMBAL   BAB 122

    Setelah Selena memastikan ayahnya sudah masuk kedalam kamarnya untuk istirahat, Selena pun kini kembali ke kamarnya sendiri dengan rasa bersalahnya. Selena tau rumah itu dipagari dan pagarnya juga sangat kuat, tapi Selena tidak terpikirkan bahwa semakin kuat pagar gaibnya maka semakin besar juga usaha yang dikerahkan ayah Nicholas.'Jangan khawatir Selena, aki bisa menjaga kamu dan rumah ini.’ Tiba-tiba suara aki muncul."Makasih aki, tapi aku tetep merasa bersalah sama papa." Ujar Selena."Aku akan belajar untuk memagari rumah ini sendirian, supaya nggak bikin papa capek." Ujar Selena.Selena akhirnya masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, dan ketika dia sedang mandi dia kembali teringat dengan sosok-sosok yang berada di rumah Pak Hasan yang menyambutnya dengan ramah.Sosoknya ada yang berupa binatang macan putih yang sangat besar bahkan lebih besar dari gajah, lalu ada yang seperti aki namun dalam versi lebih pendek sedikit, dan juga ada yang seperti manusia biasa na

  • CALON TUMBAL   BAB 121

    Selena berdiri di luar ruangan Intan setelah berhasil melepaskan susuk terakhir dari Intan, dan Intan akhirnya sudah berpulang.."Pada akhirnya, dia meninggal dengan menderita." Gumam Selena."Kita sampein maafnya ke keluarganya Roy besok, Roy juga masih belum bisa pergi kan?" Tanya Linggar, dan Selena mengangguk."Siapa tau setelah ini dia bisa pergi dengan damai." Ujar Linggar."Iya.." Ujar Selena.Ya, Roy.. Sebelum Intan meninggal, dia menyebut nama Roy. Dia mengakui dirinya juga membuat Roy kehilangan akal. Ibunya tidak tahu siapa Roy, tapi Selena memberi tahu bahwa Roy adalah kakak seniornya di kampus."Yuk, makan dulu. Kita ampe lupa makan dari siang." Ujar elang dan Selena kembali mengangguk.Pak Hasan sudah lebih dulu pergi untuk melebur semua susuk yang keluar dari tubuh Intan, ada sekitar 17 susuk yang ditempatkan di setiap titik mata memandang sehingga banyak pria yang tertarik melihat Intan karena banyaknya susuk yang terpasang.Intan dan Linggar kini sedang berada di rest

  • CALON TUMBAL   BAB 120

    Selena dan Linggar sedang duduk di dalam mobil, Selena masih memikirkan apa yang dilihatnya di alam astral dan yang terjadi di dunia nyata berbeda tapi berujung sama. Kini harapan mereka yang bisa menolong Intan sudah tidak ada, lalu apa Intan bisa ditolong?Sebelumnya, ibu-ibu yang mereka temui itu memberitahu kematian nenek Darsih yang tidak normal juga.(Kisah Balik Bermula)"Kami di kampung ini semua tahu nenek Darsih tuh siapa, dia ilmunya tinggi sampe banyak pelanggan yang dateng. Tapi seminggu lalu, nggak tau kenapa dia nggak pernah keluar dari rumah." Ujar ibu-ibu itu."Terus baru tiga hari lalu semua warga di sini curiga dengan rumah nenek Darsih yang baunya banget-bangetan, bau bangke! Semua orang pun akhirnya mendobrak masuk dan mereka menemukan jasadnya nenek Darsih yang udah busuk dibelatungin." Ujar ibu-ibu itu lagi."Inalillahi.." Selena bergumam."Nggak tau itu nenek meninggalnya dari kapan, ditemuinnya udah busuk dan belatungan. Baunya beeuuhh.. Naudzubillah!""Nggak

  • CALON TUMBAL   BAB 119

    Selena dan Linggar serta ibunya Intan sudah sampai di sebuah rumah yang tampak sangat asri, rumahnya juga tipikal rumah lama era 80 an dengan taman yang hijau dan pohon-pohon yang rindang."Ini bener rumahnya, Sel?" Tanya Linggar."Menurut maps sih iya, Jalan xx no 44." Sahut Selena."Bentar gue telpon dulu." Ujar Selena, dan ia menghubungi seseorang."Assalamu’alaikum, Om. Selena di depan rumah nomor 44 sesuai yang Om kasih." Ujar Selena."Oh, iya-iya Om." Sahut Selena.Tak lama ada seorang pria yang membuka kan pintu gerbang, dan mobil Linggar dipersilahkan masuk. Selena, Linggar dan ibunya Intan pun turun dari mobil."Non Selena, ya?" Tanyanya, dengan logat sunda."Iya pak, Om Hasannya ada?" Sahut Selena."Panggil mamang aja, Pak Hasan aya di dalam, silahkan masuk atuh." Ujar si bapak tadi."Oh, iya mang." Sahut Selena dengan senyumnya.Selena terkesima dengan rumah Hasan yang sangat adem, nyaman dan asri. Beda dengan rumah-rumah jaman sekarang yang modern tapi terlihat panas, ruma

  • CALON TUMBAL   BAB 118

    Selena sudah bersama ibunya Intan, saat ini ibunya Intan sedang menangis tersedu-sedu karena kondisi Intan makin tidak normal. Ibunya Intan juga menceritakan pada Selena tentang kejadian kemarin saat ada belatung yang keluar dari kemaluan Intan, Selena dan Linggar sampai ngeri mendengarnya."Tiap malem dia selalu merintih kesakitan, minta ampun, minta tolong, tapi dia sama sekali nggak kebangun dan sadar. Tante ngaji, dia makin kesakitan. Tante nggak ngerti lagi harus gimana.." Ujar ibunya Intan."Kita ke rumah Faaz dulu ya, tan. Aku semalem udah ngomong sama orang tuanya. Abis itu aku kenalin tante sama temen papaku yang bantu nolongin Faaz waktu itu." Ujar Selena, dan ibunya Intan mengangguk."Iya nak, tante berharap ada yang bisa nolong Intan." Ujar ibunya Intan.Akhirnya Selena dan Linggar membawa ibunya Intan itu ke rumah orang tua Faaz, dimana di sana juga ada Faaz yang senang dengan kedatangan Selena. Selena salim dengan kedua orang tua Faaz dan kini mereka duduk di ruang tamu.

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status