Orang-orang sering mengatakan, apa saja akan dilakukan oleh orang-orang jika segala sesuatu itu menyangkut dengan masalah uang. Alat tukar yang bisa dipakai untuk membeli sesuatu itu pun menjadi daya tarik orang di masa sekarang. Tidak, bahkan dulu pun, semua orang saling berlomba mengumpulkan uang yang banyak.
Sama halnya dengan dua orang sahabat baiknya Javier, kedua orang itu langsung bergerak cepat ketika mendengar tentang adanya bayaran. Pemuda itu mengernyit seketika. "Masalah uang saja, kalian berdua langsung secepat kilat ya?" kekehnya sambil tertawa kecil. Sesaat kemudian, ponsel di dalam sakunya pun berdering dengan sangat nyaring. Sampai-sampai raut wajahnya pun berubah seketika.
"Kenapa?" Daniel bertanya, lalu mendekat ke arah sahabatnya. Dengan malas, Javier mengangkat ponsel dan memperlihatkan siapa sang penelepon. "Orang berengsek itu menghubungiku sekarang," ucapnya data
Tak menunggu sampai hari Sabtu tiba, pasangan suami istri dari keluarga Peterson telah kembali dari luar negeri pada hari Kamis pagi. Sepertinya, Meggan dan Charlie sudah benar-benar merindukan rumah dan anak-anak kesayangan mereka. Teman lama yang sudah mereka anggap keluarga sendiri pun, sempat meminta untuk bertemu di kediaman mereka setelah kepulangan keduanya dari perjalanan bisnis. Walau tiba di pagi hari buta, tampaknya hal itu tak membuat mereka lupa menghubungi putra kesayangan mereka, Louis, untuk menjemput mereka di bandara. Mereka sudah menyiapkan banyak sekali buah tangan yang pasti akan disukai oleh anak gadis kecil kesayangan mereka, Julia. Tentu saja oleh-oleh yang mereka bawa ini hanya untuk Julia seorang, sebab mereka tahu, Louis bukan anak yang suka meminta barang-barang bagus dari mereka. Jadi, tak ada salahnya jika mereka hanya pergi membelikan barang-barang bagus s
"Aku masih merasa sedikit ngantuk," ucap Charlie sambil menarik kursi di meja makan. Meggan, sang istri pun datang membawakannya secangkir kopi dan menaruhnya di hadapannya. Charlie menatap kopi dan wanita yang puluhan tahun lalu dinikahinya ini secara bergantian. "Terima kasih, Sayang." Siapa yang menyangka, jika kedua orang ini dulunya menikah bukan karena cinta melainkan perjodohan yang sudah diatur oleh kedua orang tua masing-masing. Meggan dan Charlie tak pernah terlibat dengan perasaan seperti cinta. Mereka menikah karena paksaan dari kedua orang tua yang sama-sama menginginkan kekayaan dari keluarga yang berbesan dengannya. Saat awal pernikahan pun, tak terdengar adanya ucapan manis yang romantis keluar dari bibir keduanya. Seolah memang tak ada cinta di antara mereka. Namun, kini semua telah berbeda. Keduanya sekarang bak pecinta ulung yang
Tak ada seorang pun yang bisa menebak kemana perginya seseorang dari rumah. Kecuali mereka ada memberitahukan kepergian mereka kepada orang-orang terdekat sesaat sebelumnya, atau meninggalkan teka-teki di atas tempat tidur. Hal itu pulalah yang menjadi teka-teki kepergian Julia Peterson dari rumahnya yang kini mendadak dipadati oleh orang-orang yang penasaran dengan kehadiran mobil polisi di rumah besar tersebut. "Huu ... tolong, Pak Polisi! Tolong ... tolonglah aku, tolong bantu kami mencari anakku .... Anakku Julia!" Meggan bersimpuh di atas lantai dengan wajah yang terhalangi oleh kedua tangannya. Menutupi wajah memerah yang basah karena air mata. "Kumohon! Tolonglah! Bantu aku mencari anakku! Hu hu hu.... Julia!" Suasana di kediaman keluarga Peterson tampak ramai oleh orang-orang yang datang karena rasa pena
Setelah kejadian di mana Julia pingsan di depan matanya, Mark yang mudah merasa bersalah akhirnya bersikap lebih sabar dalam menghadapi sang gadis. Toh, jika gadis itu mati sebelum eksekusi, tak akan ada bayaran untuk mereka dan itu berarti dia tak akan mendapat apa-apa selain amukan dari Javier yang kehilangan kesempatan untuk balas dendam. Dia akan lebih berhati-hati kali ini. Dan karena alasan itu, tugas memberi makan Julia pun ia alihkan saja kepada seorang Daniel Robert. Lagipula, Daniel tak keberatan dengan tugas ringan itu. Mereka berdua pun memutuskan untuk bertemu demi bertukar jaga. Alih-alih bertemu di rumah yang jauh dari pemukiman, mereka memilih bertemu di minimarket langganan mereka. Toh, Javier berkata, tak perlu menjagai rumah itu seharian, jadi sah-sah saja jika keduanya keluar dari rumah tanpa perintah sang ketua.
Semenjak menghilangnya anak perempuan di keluarga Peterson, sepasang suami istri di rumah itu terlihat murung dan juga tak bersemangat. Makan pun tak dilakukan dengan benar, pipi mereka terlihat lebih tirus dari sebelumnya. Meggan bahkan mengurung diri semenjak hari itu di dalam kamarnya, sementara Charlie duduk termenung di ruang tamu, memikirkan keadaan anak perempuannya yang juga masih belum ditemukan. Walau pencarian sudah berjalan selama dua hari. Kondisi kacau balau tersebut malah digunakan oleh Louis untuk mengambil alih perusahaan utama sang papa untuk sementara waktu. Apalagi, semua itu atas kehendak dan perintah yang dikeluarkan oleh Charlie sendiri, padahal Louis tak mengatakan apa-apa padanya, tetapi sang papa malah menyuruhnya menjadi pemimpin perusahaan sementara mereka mencari Julia yang entah berada di mana. Sementara sang papa menun
Jacob menatap layar ponselnya dengan tatapan sendu. Baru beberapa detik yang lalu, sang adik memberitahunya untuk pergi ke rumah lama mereka yang ada di kaki pegunungan. Walau sudah menolak ajakan adiknya, tetapi Javier dengan gigihnya tetap merayunya untuk pergi ke sana. Alasannya adalah karena rumah itu harus diperbaiki dan ada yang ingin sang adik sampaikan padanya. Meskipun tak mengerti, pada akhirnya Jacob pun mengiyakan apa yang Javier inginkan. Sebenarnya, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, ia tak ingin lagi berurusan dengan masa lalunya yang menyakitkan. Terutama dengan rumah yang menyimpan banyak sekali kenangan di antaranya dan kedua orang tua mereka yang telah tiada. Akan tetapi, karena Javier terlalu mendesaknya kali ini, mau tidak mau akhirnya ia pun menuruti permintaan sang adik. Sesaat setel
Javier terkekeh pelan. "Kenapa?" tanyanya dengan nada remeh. "Kenapa Kakak sekarang marah? Itu fakta di lapangan, bukan? Aku tak bohong tentang hal itu." Kakaknya semakin menyudutkannya di dinding, lehernya di tahan dengan kuat oleh tangan besar sang kakak. Meski begitu, Javier tak ingin mundur. "Kakak beruntung karena Emily sangat mencintai Kakak, jadi dia meminta kepada orang tuanya untuk membebaskan Kakak dari sel tahanan. Walau sudah diperlakukan seperti itu, dia tetap membela Kakak." Javier masih melayangkan kata-kata yang mampu menyulut emosi Jacob, dan saat ini, ia masih terus berusaha memancing amarah sang kakak. "Emily melakukan apa saja untuk Kakak, tapi Kakak malah mencampakkannya dan tak mau kembali padanya? Kak, jangan kejam kepada Emily." Jacob menatapnya tajam. Bisa-bisanya adik kecilnya yang sela
Lima menit sudah berlalu, tetapi agaknya Jacob belum juga bisa memasuki dunia alam bawah sadarnya. Membuatnya kembali termenung sambil menatap langit-langit kamar yang bergambarkan awan putih dengan latar biru. Senyumnya tercipta. Dia ingat semuanya. Tentang kamar ini, tentang hari itu. Ketika dia berumur lima tahun dan adiknya Javier berumur sekitar dua tahun; balita dan masih kecil, kedua orang tua mereka membuatkan kamar khusus untuk keduanya. Jacob ingat, waktu itu dia begitu menyukai alam dan juga burung bebas yang terbang di atas langit. Atas dasar itulah, sang papa menghiasi langit-langit kamarnya dan sang adik dengan awan-awan putih berlatar warna biru. Hasilnya cantik sekali. Pria itu teringat dengan percakapan singkat antara dirinya dan sang papa. "Apa kau suka, Sa