Share

Bab 14. Tak Sengaja

Aku pernah membaca quote di media sosial.

Katanya, perlu manajemen pikiran untuk menjaga kewarasan. Memang benar, kalau semua dipikir bersamaan, kepala ini akan meledak. Rencana kedatangan ibu, alur cerita yang aku tulis yang tersendat, juga tawaran Alex yang menjadikan kaki ini maju mundur.

Lebih baik, aku memasukkan semua itu ke dalam almari dan menutup rapat-rapat. Tentu saja supaya aku bisa menikmati hidup, terutama saat makan seperti sekarang.

Warung pojok yang terletak di ujung gang kos-kosanku dulu menjadi tujuanku. Tempatnya hanya selangkah dari pintu gerbang kampus di sisi samping. Sekalian menikmati suasana segar dari anak-anak kampus yang berburu makanan murah dan enak, plus mampu membuat perut kenyang.

“Tumben baru kelihatan, Mbak Raya. Sibuk?”

“Iya, Bu. Kerjaan numpuk, padahal sudah kangen makanan di sini,” jawabku ke pemilik warung yang sudah mengenalku sebagai pelanggan tahunan.

“Lauknya biasanya?”

Aku menunjukkan jempol, karena mulutku sudah penuh dengan kerupuk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status