Rabu pagi Marisa bekerja sendiri di ruangannya karena Indra ada jadwal fitnes. Marisa merasa ada yang hilang karena selama dua hari ini selalu bersama Indra dalam satu ruangan.
Marisa sibuk menyiapkan berkas dan agenda untuk metting siang ini bersama para kepala bagian di Perdana Enterprise. Pukul 10 siang Marisa sudah menyelesaikan pekerjaannya. Marisa merenggangkan kedua tangannya untuk meredakan rasa pegal akibat terlalu lama membungkuk lalu mengusap kedua lengannya yang terasa merinding. "Kenapa bulu-bulu di lengan ku berdiri semua?! Katanya kalau bulu-bulu lengan berdiri, artinya ada makhluk tak kasat mata di sekitar kita!" Marisa tercekat lalu merasa konyol. "Ah! Mana mungkin! Hawa di ruangan ini memang terasa sangat dingin! Jauh dengan ruangan yang lainnya." batin Marisa. Marisa bangkit berdiri untuk mengambil air minum di dispenser air. Sambil meneguk air, dia memperhatikan seantero ruangan CEO itu. Benar-benar rapi dan bersih! Apalagi meja kerja Indra Perdana! Benda-benda disana tidak ada yang berserakan ataupun berantakan. Semuanya tersusun rapi pada tempatnya. Tiba-tiba Marisa teringat akan Pak Indra yang sudah bertunangan. "By the way, katanya Pak Indra udah punya tunangan? Kok gak ada foto berbingkai di meja kerjanya, ya?" pikir Marisa "Kan biasanya di meja kerja itu ada foto orang yang kita sayangi. "Aku juga kalau boleh pengen majang foto Fero di atas meja kerja ku. Tapi pasti Pak Indra gak bakal ngizinin! Padahal kan enak kalau lagi gabut bisa mandangin foto Fero." batin Marisa. Marisa lalu berinisiatif untuk melihat Gery di bagian gudang. Seperti apa kiranya pekerjaan Gery sehari-hari. Lagipula sebentar lagi jam makan siang. Marisa pun keluar dari ruangan dan menuju bagian gudang di belakang gedung lantai dasar. Disana ia melihat bagaimana beratnya pekerjaan Gery. Memindahkan barang-barang berat ke truk kontainer. Peluh membasahi wajah Gery yang tampak semakin gelap berkilat saat dia menghampiri Marisa. "Halo Mar! Tumben kamu kesini," sapa Gery. "Iya, aku udah selesai kerja. Kita makan siang yuk?!" ajak Marisa. "Oke, aku cuci muka dulu, ya?" "Kasihan kamu, Ger! Kerja kamu berat banget," "Namanya juga laki-laki, Mar." "Sini aku usap dulu keringat kamu," Marisa mengeluarkan satu tisu basah dari tasnya lalu dipakai untuk mengusap wajah Gery. Marisa memekik saat melihat tisu basah di tangannya berubah warna dari putih bersih menjadi kusam. "Ih..! Tuh lihat kotor banget wajah kamu!" "Iya, hehe!" Tanpa Marisa ketahui saat itu gerak-geriknya sedang dipantau oleh Herman dan direkam melalui HP. Juga saat Fero menjemputnya sore hari. Seperti yang diceritakan sebelumnya Herman memang ditugaskan oleh Indra untuk memantau seluruh gerak-gerik Marisa. ******* Saat keduanya bertemu sore hari, Herman menyerahkan laporannya tentang kegiatan Marisa hari itu pada Indra. "Saya sudah menyelidiki asisten pribadi Bapak seharian ini! Dan ini adalah hasilnya," ujar Herman. Indra mengambil HP Herman dan melihat sekilas isinya. "Kamu kirim saja ke HP saya! Nanti saya yang akan melihatnya sendiri di rumah!" titah Indra. "Baik Pak!" "Pantau terus gerak-gerik Marisa! Kalau ada hal lain yang bisa kamu dapatkan, kamu segera kirim saja ke HP saya!" "Baik Pak! Tapi kalau boleh saya tahu, apa motif Bapak mengawasi gerak-gerik asisten pribadi Bapak itu?" tanya Herman penuh rasa ingin tahu. "Bagaimanapun dia adalah anak baru di perusahaan saya. Posisinya saat ini juga bukan main-main! Asisten pribadi! Saya tidak mau ambil resiko kalau ternyata dia bisa merugikan perusahaan saya!" "Oh, begitu. Baiklah! Saya akan terus pantau gerak-gerik Marisa!" kata Herman, namun hatinya membatin, "Ah, dasar aja Pak Indra kepo karena asisten pribadinya cantik banget kayak model!" Indra Perdana malam itu coba menyelidiki tentang Marisa lewat I*******m pribadinya. Banyak foto-foto Marisa bersama Fero, bersama Gery, juga saat sedang sendiri. Indra juga meneliti berkas Marisa yang beberapa hari lalu dia tolak untuk memeriksanya karena menganggap itu hanya buang-buang waktu. "Kamu cantik, Marisa..." desah Indra sendiri. "Sayang kalau wanita secantik kamu akrab dengan dua cowok yang tidak jelas masa depannya seperti ini!" Indra melihat juga lewat video yang di kirim Herman melalui WA. Disana jelas terlihat bagaimana keakraban Marisa dengan Gery saat Marisa mengusap wajah Gery dengan tisu, juga saat Marisa pulang kantor di jemput Fero sore harinya. "Masih kecil, sudah berani bergaul sedekat ini dengan cowok! Dilihat dari berkas lamarannya, Marisa juga berdomisili di Bogor. Itu artinya dia bukan orang Bekasi! "Lalu dimana dia tinggal? Di kosan? Atau di kontrakan? Atau mungkin bersama cowoknya yang setiap sore menjemputnya?" hati Indra mendadak merasa tidak enak. "Sepertinya aku harus menyelidiki lebih jauh tentang Marisa sampai ke tempat tinggalnya-bukan hanya di area perkantoran! Kalau memang dia tinggal sendiri di kosan atau di kontrakan, mungkin aku bisa menyuruhnya agar dia pindah ke salah satu apartemenku." pikir Indra. "Bagaimanapun dia sekarang adalah asisten pribadiku. Aku tidak mau punya seorang asisten pribadi yang tinggal di kosan apalagi kosannya itu mudah di masuki sembarangan laki-laki!" ******* Keesokan paginya Indra sudah hadir di kantor dan disana sudah ada Marisa yang sibuk dengan pekerjaannya. Marisa tampak terkejut melihat Indra. "Selamat pagi, Pak Indra!" sapa Marisa. "Pagi!" jawab Indra singkat. "Bukannya Bapak hari ini ada jadwal fitnes?" tanya Marisa. "Saya mau jemput kamu, saya mau kamu menemani saya fitnes hari ini!" Marisa terbelalak. "Eh-ikut ke tempat fitnes Bapak?" "Iya, kamu kan asisten pribadi saya!" "Tapi saya pakai baju kantoran, Pak," "Kita mampir dulu ke toko olahraga dan kita beli baju olahraga untuk kamu!" "Baik Pak." jawab Marisa patuh walau dalam hatinya masih bertanya-tanya. Mau apa dia ikut ke tempat fitnes Indra hari ini? "Ayo ikut saya! Kita pergi sekarang!" Indra melangkah terlebih dahulu di ikuti Marisa. Sampai diluar ruangan mereka bertemu dengan Bella. "Bapak mau kemana? Bukannya ada jadwal fitnes hari ini?" tanya Bella. "Saya memang akan pergi ke tempat fitnes! Tapi saya akan membawa Marisa!" jawab Indra. "Oh iya, Pak!" kata Bella seraya tersenyum penuh arti ke arah Marisa, tapi Marisa tidak peka. Di lantai bawah pun banyak orang kantor memperhatikan CEO mereka, Indra Perdana yang berjalan bersama asisten pribadi barunya yang cantik. Beberapa karyawan mulai berbisik-bisik karena tidak biasanya seorang Indra Perdana muncul pagi hari di hari Kamis karena semua sudah tahu kalau hari itu adalah jadwal pribadinya. Tapi hari ini Indra Perdana muncul di kantor dan membawa asisten pribadinya yang baru-keluar kantor. "Bukannya hari ini Pak Indra ada jadwal fitnes, ya?" tanya seorang karyawan wanita namanya Kayla. "Iya, kan udah jadwal pribadinya." kata yang lainnya, namanya Indah. "Gak ada metting diluar kantor kan hari ini?" "Gak ada, lah! Pak Indra anti metting diluar kantor pada hari Rabu dan Kamis!" "Terus, mau dibawa kemana asisten pribadinya yang baru itu?! Jangan-jangan dibawa ke tempat fitnes dan langsung check in!" Kayla mulai berprasangka buruk. "Hus! Jangan asal ngomong kamu, Kay!" tukas Indah. "Terus, kalau bukan karena mau berduaan, ngapain pagi-pagi Pak Indra sampai datang kesini untuk bawa dia keluar kantor?!" "Bisa jadi sih... Dia kan anak PKL-an. Pasti butuh rekomendasi bagus dari Pak Indra!" "Dan biasanya cewek kayak gitu mau melakukan apa aja buat dapet apa yang dia mau! Termasuk melelang harga diri!"Marisa hanya bisa menghela nafas panjang sambil mengusap dadanya. Betapa jumawanya seorang Indra Perdana sehingga dia merasa masih butuh selir setelah memiliki ratu secantik Sofie!"Ya, Pak Indra. Terserah Anda mau berbuat apa. Anda memang memiliki segalanya. Tapi kalau boleh saya memberikan sedikit masukan, saya mohon Anda mempertimbangkan perasaan Bu Sofie. Saya sebagai seorang wanita merasa ikut tersakiti. Apa Anda tidak punya sedikit saja rasa bersalah kepada Bu Sofie?" kata Marisa."Kamu pikir kamu ini siapa?! Kamu cuma bawahan saya! Bahkan kamu juga belum tentu berjodoh dengan adik saya! Kamu tidak pantas bicara seperti itu pada saya! Sekarang lebih baik kamu urusi saja urusan kamu sendiri! Jaga Andro baik-baik agar dia jangan sampai selingkuh di Turki sana! Saya sudah merestui hubungan kamu dan Andro! Bukannya berterima kasih kamu malah ikut campur urusan pribadi saya!" Indra berang."Maaf, Pak Indra yang terhormat. Saya hanya memberi sedikit masukan saja. Kalau Anda tidak berk
Marisa duduk di kursi kerjanya dan segera menyibukkan dirinya dengan menyusun laporan metting Jumat kemarin yang harus segera di berikan pada Indra untuk di tanda tangani.Marisa mencoba fokus pada pekerjaannya tapi pikirannya tidak bisa di ajak berkonsentrasi. Bagaimana bisa berkonsentrasi jika suara bercandaan Indra dan Kayla sangat jelas terdengar dan memaksa mata Marisa untuk melirik pada keduanya."Sebenarnya apa sih yang ada di pikiran Indra Perdana itu?! Baru saja kemarin memeluk ku, tapi pagi ini dia malah asyik bercanda dengan Kayla! Padahal aku baru saja berpikir kalau mungkin dia mulai ada rasa sayang kepada ku.Padahal dia sama sekali tidak pernah berubah! Dia hanya ingin mempermainkan perasaan ku saja! Tapi kenapa aku malah berpikir yang muluk! Aku bahkan sudah jatuh kedalam pelukannya dan bersandar di bahunya!"Marisa lalu teringat pada Andro yang kini sedang berada di Turki. Yang sedang bekerja keras agar saat nanti pulang bisa meyakinkan Indra untuk melamar Marisa."He
Mama menatap Indra dengan pandangan yang seolah tidak percaya. Bagaimana mungkin Indra mencintai Marisa?! Kekasih dari Andro, adiknya sendiri! Bahkan pada awal kedekatan Marisa dan Andro, Indra yang sangat menolak dengan menjelek-jelekkan Marisa."Kamu mencintai Marisa?! Ya Tuhan...! Sejak kapan?!" tanya Mama."Entahlah, Mam. Mungkin jauh sebelum Andro mendekati Marisa dan membawanya kesini! Dan kini yang jelas rasa itu semakin hari semakin kuat! Saya sendiri tidak mengerti kenapa saya bisa memiliki perasaan ini?! Kalau saja bisa, pasti saya sudah menghapusnya! Tapi saya tidak bisa!" tutur Indra mencurahkan isi hatinya."Dra, kamu tidak boleh menginginkan apa yang jadi milik Andro! Selama ini Andro tidak pernah seserius ini pada seorang gadis. Andro sangat mencintai Marisa. Mama mohon, Dra... Jangan kamu rebut Marisa dari Andro" Mama memohon."Saya tahu, Mama tidak usah khawatir. Saya tidak akan mengambil Marisa dari tangan Andro. Tapi saya minta waktu sebentar untuk bisa melupakan Ma
Marisa tidak habis pikir. Bagaimana tadi didalam mobil Indra, Marisa diam saja saat atasannya itu memeluk tubuhnya! Bahkan Marisa menyandarkan kepalanya di bahu Indra yang terasa sangat nyaman.Hingga akhirnya Marisa tersadar untuk mundur dengan pipi bersemu merah dan segera keluar dari mobil Indra. Marisa bergegas pergi meninggalkan mobil Indra tanpa pernah menoleh lagi!Ini gila! Sungguh gila! Bagaimana bisa ini semua terjadi?! Bukankah Marisa sudah mulai yakin untuk menerima lamaran Andro sepulang dari Turki nanti?! Lalu kenapa Marisa malah bisa-bisanya larut dalam pelukan Indra!Tapi pelukan Indra tadi benar-benar nyaman, hangat dan menyenangkan! Tidak ada desahan nafas penuh nafsu seperti yang pernah Marisa rasakan saat dulu Indra pernah memeluknya di Sumedang atau di dalam toilet saat Marisa berkunjung ke kediaman Indra.Pelukan Indra terasa penuh perasaan dan rasa rindu. Membuat Marisa merasa di sayangi dan di lindungi."Mustahil! Mana mungkin Indra merindukan aku! Apalagi meny
Hari Minggu ini benar-benar menjadi hari paling menyedihkan untuk seorang Indra Perdana! Bagaimana tidak?! Indra harus menyetir mobil sendirian dan di belakangnya Andro malah berduaan dengan Marisa!Andro memang sangat menyebalkan! Sok manja dan sok manis pada Marisa! Indra bisa melihat dari kaca yang ada di atas kemudi bagaimana Andro menyandarkan kepalanya di bahu Marisa dan menuntun tangan gadis itu untuk membelai-belai rambutnya!Marisa juga sama menyebalkan! Gadis itu mau-maunya membelai-belai rambut Andro tanpa perduli bagaimana perasaan Indra yang menyetir mobil di depan!sial! memangnya aku ini supir pribadi mereka!mau marah tapi aku malu!mereka kan sedang perpisahan!Kenapa pula Andro jadi begitu manja?!tidak ingat sekarang umurnya berapa?!Indra merutuk kesal dan mempercepat laju mobilnya agar cepat sampai di bandara. Sesampainya disana, Andro menarik kopernya sambil berjalan beriringan dengan Marisa. Sementara Indra menyusul berjalan di belakang!Ingin rasanya Indra bert
Indra benar-benar merasa kesal pada Sofie. Saat ini hati Indra makin meragukan kalau dia bisa hidup berdampingan bersama Sofie. Apalagi Indra menyadari kalau selama dia tidak pernah mencintai Sofie.Indra sudah tahu sejak awal kalau dia tidak memiliki perasaan khusus pada Sofie. Tapi Indra menerima perjodohan dengan Sofie karena ingin menyenangkan hati Mama sekaligus memang karena Indra memang membutuhkan pendamping hidup.Cinta itu tidak penting! Bahkan mungkin cinta itu tidak ada! Indra yakin bisa hidup berdampingan dengan Sofie dalam satu pernikahan tanpa cinta. Yang penting Sofie cantik, seksi, kaya raya dan berasal dari kalangan keluarga terhormat.Tapi ternyata Indra salah! Dia tidak bisa menikahi wanita yang tidak dia cintai. Buktinya selama Mama atau Sofie membicarakan tentang pernikahan, Indra merasa jengkel!Justru kini Indra malah merasakan perasaan yang berbeda pada Marisa. Indra bisa terus memikirkan Marisa, merindukannya, bahkan mencemburui setiap pria yang dekat dengan