Share

Bab 7

Author: Nini Manies
last update Last Updated: 2025-02-26 09:47:54

Hari kedua bekerja di Perdana Enterprise sebagai asisten pribadi CEO Indra Perdana. Marisa tampil agak berbeda dari hari kemarin. Hari ini Marisa memoles wajahnya lebih tebal, lipstik lebih merah, dan pakaian yang lebih gaya.

Ketika Indra Perdana masuk ke ruangannya, dia sempat tertegun melihat Marisa yang sudah duduk di depan meja kerjanya dengan penampilan yang sangat menawan.

"Selamat pagi, Pak Indra Perdana." sapa Marisa pada Indra.

"Hm!" sahutnya dingin.

"Bapak hari ini ada jadwal metting dengan klien dari Angkasa Group pagi ini jam 8."

"Oke, sudah kamu siapkan berkasnya?"

"Sudah Pak, Bapak tinggal tanda tangani."

"Bawa kesini! Saya akan periksa sebentar bagaimana bentuk kerjasama dengan Angkasa Group!"

"Ini Pak," Marisa membawa berkas metting ke meja kerja Indra.

Indra menanda tangani berkas itu lalu mulai membaca isinya, sementara Marisa masih berdiri di depan meja kerja Indra. Marisa memperhatikan Indra yang sedang serius mempelajari berkas mettingnya.

Diam-diam hati Marisa mengakui betapa tampan dan menariknya Indra Perdana. Dilihat dari atas seperti ini malah tampak semakin mempesona. Rambutnya yang rapi berkilat, hidungnya yang mancung, rahangnya yang kokoh, dan bibirnya yang tampak komat-kamit membaca isi berkas.

Sampai pada satu kesempatan, Indra menyadari kalau Marisa masih berdiri di hadapan mejanya. Indra mendongak dan matanya bertatapan dengan mata Marisa.

"Mau apa kamu berdiri sambil memperhatikan saya seperti itu?!" bentak Indra.

Bukan main kagetnya Marisa mendengar Indra membentaknya. "M... Maaf Pak, saya menunggu Bapak selesai mempelajari berkas mettingnya," jawab Marisa gugup.

"Memangnya kamu tidak bisa menunggu saya selesai di meja kerja kamu?!"

"Maafkan saya, Pak..."

"Dengan kamu berdiri seperti itu sama saja dengan kamu menyuruh saya buru-buru mempelajari berkas mettingnya!"

"Saya gak bermaksud seperti itu, Pak,"

"Lantas?!"

"Saya cuma mau..." Marisa tidak tahu harus berkata apa. Masa Marisa harus bilang "saya cuma mau mandangin wajah Bapak"

"Duduk kamu sekarang!" bentak Indra lagi.

"Duduk dimana Pak?"

"Ya duduk ditempat kerja kamu! Memangnya kamu mau duduk dimana?! Di pangkuan saya?!"

Wajah Marisa bersemu merah lalu segera kembali duduk ditempatnya. Hatinya menyesal bukan main kenapa tidak bisa menguasai dirinya sendiri di hadapan Indra! Hanya karena terpana melihat pesonanya!

Lama Indra mempelajari isi berkas itu, akhirnya Indra selesai dan melirik Marisa. "Kamu sudah siapkan agenda untuk metting ini?" tanyanya.

"Sudah, Pak."

"Oke, kita metting sekarang. Kamu jangan lupa membawa buku catatan untuk mencatat setiap apa yang penting di metting kita nanti!"

"Baik, Pak. Saya sudah siapkan."

"Mari kita ke ruang metting!" Indra mendahului Marisa keluar dari ruangan CEO.

"Iya Pak." Marisa bergegas membereskan berkas metting yang berserakan di meja kerja Indra dan segera menyusul Indra ke ruang metting yang letaknya sama dengan ruangan CEO yaitu di lantai delapan.

Marisa bisa melihat bagaimana sempurnanya sosok Indra Perdana walaupun dilihat dari belakang. Marisa tiba-tiba teringat kata-kata Indra tadi di ruangan CEO.

"memangnya kamu mau duduk dimana? di pangkuan saya?!"

Marisa jadi senyum-senyum sendiri. Untung Indra tidak melirik ke belakang dan melihat bagaimana Marisa tersenyum sendiri. Kalau tidak, urusan bisa menjadi panjang!

Di ruangan metting sudah ada Bella dan juga Pak Rafi. Marisa mulai bertanya-tanya dalam hati. Kemana pria tampan berjas yang kemarin pagi satu lift dengan nya? Yang wajahnya hampir mirip dengan Indra. Kenapa tidak ada di ruang metting?

Padahal sepertinya dia orang penting juga di perusahaan ini. Melihat gaya berpakaiannya yang sebanding dengan Indra Perdana.

"Apa sosok itu bukan manusia? Melainkan sosok makhluk halus yang katanya banyak berkeliaran di gedung-gedung!" fikir Marisa.

Tak lama kemudian klien Perdana Enterprise dari Angkasa Group datang dan memulai metting pagi itu. Metting antara kedua perusahaan besar itupun berjalan lancar dan menemui kesepakatan yang dinilai bisa menguntungkan kedua belah pihak.

Selama metting, Marisa mencatat semua hal penting yang dia simak di dalam buku catatan yang dibawanya. Diam-diam Marisa mengakui bagaimana aura seorang Indra Perdana sangat mengagumkan dalam berbicara masalah bisnis dengan kliennya. Gaya bicara yang lugas, jelas dan tegas. Benar-benar memancarkan aura seorang pemimpin!

Metting usai, Marisa dan Indra kembali ke ruangan CEO. Jam menunjukkan pukul setengah 12 siang. Masih ada waktu sebentar sebelum jam makan siang.

"Marisa, sini saya lihat berkas catatan kamu!" kata Indra.

"Ini Pak," Marisa menyerahkan buku catatan yang dibawanya ke meja Indra. Indra menelitinya sementara Marisa duduk menunggu dalam bimbang. Bagaimana hasil kerjanya? Bagaimana kalau tidak sesuai ekspektasi Indra?

Alangkah leganya Marisa saat Indra selesai meneliti catatannya dan berkata, "Hasil kerja yang bagus! Ternyata kamu ada bakat juga, ya? Saya kira kamu hanya pintar dalam mengolah data di laptop. Ternyata kamu juga bisa mengolah data secara manual! Saya suka hasil kerja kamu! Kamu bisa jadi asisten pribadi saya!"

Marisa tersenyum. "Terima kasih banyak, Pak."

"Ternyata kamu bukan hanya cantik tapi juga pintar!" Indra berkata seperti itu seraya tersenyum tipis, hampir tidak kelihatan.

Dada Marisa berdebar keras saat mendengar kata-kata Indra yang mengatakan kalau dia cantik.

"Usai jam makan siang, saya ada latihan band bersama kawan-kawan masa kuliah saya. Saya akan keluar dan tidak akan kembali ke kantor hari ini. Kamu tetap bekerja disini! Pindahkan catatan kamu ini ke dalam laptop dan berikan hasilnya kepada Bella!"

"Baik Pak!"

"Oke, sampai besok!"

"Sampai besok, Pak."

Indra Perdana keluar dari ruangan CEO dan meninggalkan Marisa sendiri. Untuk sesaat Marisa tertegun memikirkan sikap Indra Perdana yang hari ini menyenangkan. Jauh berbeda dengan hari kemarin.

Hati Marisa tiba-tiba merasa khawatir. Khawatir kalau dia sampai terpikat pada CEO nya sendiri! Bagaimana janjinya pada Fero untuk tidak terpikat pada Indra Perdana?!

"Tidak Marisa! Kamu hanya boleh kagum pada Pak Indra Perdana! Kamu tidak boleh terpikat apalagi sampai suka padanya!" batin Marisa.

Tak berbeda jauh dengan Marisa, saat itu Indra Perdana juga sedang memikirkan Marisa di dalam perjalanannya menuju tempat latihan bandnya.

"Marisa... Anak itu cantik sekali! Manis dan enak dipandang! Dia juga cerdas dan lembut. Aku ingin tahu lebih banyak tentang dia. Siapa dia sebenarnya dan bagaimana latar belakangnya."

Indra saat itu sedang duduk di kursi belakang mobilnya dan di supiri oleh supir pribadinya, Herman.

"Herman, saya ada tugas untuk kamu!" kata Indra.

"Tugas apa Pak?" tanya Herman.

"Tolong kamu selidiki gerak-gerik asisten pribadi saya yang baru selama di kantor, namanya Marisa. Saya ingin tahu dia biasa makan siang dimana, bersama siapa dan apakah ada yang mengantar jemputnya ke kantor!"

"Baik Pak!"

"Saya akan kirim fotonya ke HP kamu nanti, agar kamu tahu siapa orang yang saya maksud!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO Buaya Darat    Bab 27

    Andro Perdana, adik kandung Indra Perdana ini penasaran pada seorang Marisa, sosok asisten pribadi sang kakak. Berawal dari pertemuan pertama mereka di lift, lalu Andro merekomendasikan Marisa untuk menjadi asisten pribadi Indra, dan akhirnya kini dia juga yang penasaran akan sosok Marisa.Marisa adalah seorang gadis yang sangat cantik, baik, dan kelihatan sangat polos. Tapi kenapa Indra seolah tidak suka kalau Andro mendekati Marisa? Apa karena Indra merasa Marisa tidak sederajat dengan mereka?Andro memang berbeda dengan Indra. Sejak kecil Indra sudah menempatkan dirinya sebagai seorang yang mempunyai kasta tinggi sehingga menjaga jarak dengan rakyat jelata. Indra selalu memandang seseorang dari status sosial dan pendidikannya.Beda halnya dengan Andro, Andro lebih membaur, tidak pandang status sosial, dan juga welcome pada siapapun. Maka tidak heran jika Andro memiliki lebih banyak sahabat dibandingkan Indra sejak mereka kecil.Indra hanya mau bersahabat dengan orang yang sederajat

  • CEO Buaya Darat    Bab 26

    Malam Minggu itu, Marisa berniat untuk menemui Fero di lokasi syuting tempatnya bekerja. Marisa melihat di Instagram story Fero kalau hari ini Fero berada disana. Marisa harus bertemu dengan Fero! Untuk meminta kejelasan tentang apa yang terjadi pada hubungan mereka saat ini. Kenapa Fero menjauhinya begitu saja.Awalnya, Marisa ingin meminta Gery untuk menemaninya. Tapi ketika pulang kantor, Gery menceritakan kalau dia akan pergi bersama kawan-kawan yang lainnya ke bioskop. Marisa tidak enak kalau sampai menggagalkan acara malam MingguGery."Kamu mau ikut ke bioskop, Mar?" tanya Gery."Enggak, aku mau pergi ke tempat lain." jawab Marisa."Sama Fero?""Iya...""Baguslah, marahan jangan lama-lama!" Gery mengacak rambut Marisa. "Aku duluan, ya?""Oke!"Sepeninggal Gery, Marisa pun bergegas pergi ke lokasi syuting tempat Fero bekerja untuk menemuinya disana. Marisa pergi dengan menaiki ojek online untuk sampai kesana.Saat sampai disana, Marisa melihat lokasi syuting sudah agak sepi. Rup

  • CEO Buaya Darat    Bab 25

    "Aku menyukai Marisa! Satu kenyataan yang benar-benar aku takutkan dan akhirnya malah menjadi realita! Herman yang menyadarkan aku bahwa aku memang menyukai gadis itu."Lantas, kenapa aku bisa menyukainya? Apa karena wajah cantiknya? Senyum manisnya? Atau keindahan tubuhnya? Ah! Aku tidak tahu alasan pastinya! Yang jelas Andro juga sangat menyukai Marisa dan selera ku dan Andro biasanya sama."Aku bisa mendapatkan Marisa tanpa harus ada ikatan seperti kata Herman! Betul juga supirku itu! Aku adalah Indra Perdana! Aku tampan, atletis, kaya raya dan berkuasa! Marisa pasti bisa masuk ke dalam pelukanku tanpa aku memiliki ikatan dengannya."Tapi kenapa baru kali ini aku menyadari kalau aku bisa terpikat pada seorang gadis? Padahal selama ini Sofie selalu ada bersama ku dan aku tidak pernah sedikitpun berfikir untuk menikmatinya!"Kadang beberapa klien bisnis mengajakku metting untuk menjalin kerjasama dan mereka mengimingi dengan keuntungan dan juga wanita! Belum lagi wanita-wanita yang m

  • CEO Buaya Darat    Bab 24

    Sebenarnya apa yang terjadi pada Fero sehingga dia menghilang begitu saja dan tidak bisa dihubungi oleh Marisa?Sore itu sebenarnya Fero sudah sampai di kantor Marisa dan menunggu Marisa di tempat biasa dia memarkirkan motornya. Baru beberapa menit menunggu, tiba-tiba muncul seseorang yang tak lain adalah Herman, supir pribadi Indra Perdana."Nunggu siapa, Bang?" sapa Herman seraya mengeluarkan sebungkus rokok dari saku jaketnya, dikeluarkan satu batang dan dinyalakan kemudian ditawarkan kepada Fero. "Rokok, Bang?""Enggak, Bang! Saya gak merokok. Saya lagi nunggu pacar saya pulang kantor." kata Fero."Nunggu pacar? Kerja disini? Di Perdana Enterprise?""Iya, dia lagi PKL disini, tiga bulan."Herman pura-pura terkejut. "Bukannya itu Marisa?!""Iya, Bang! Namanya Marisa. Abang kenal?""Kenal lah! Asisten pribadi Pak Indra Perdana, kan?""Iya.""Kayaknya kamu bohong deh! Kamu bukan pacar Marisa, kan!"Fero mengerutkan keningnya. "Saya beneran pacarnya, kok!""Tapi kok dia bilang sama P

  • CEO Buaya Darat    Bab 23

    Indra Perdana menatap tajam pada Marisa. "Saya tidak mau tahu! Kamu selesaikan design itu sekarang! Kalau kamu bisa lebih cepat bekerja dan tidak banyak bicara, maka kamu akan bisa lebih cepat bertemu dengan pacarmu, si Fero itu!"Marisa menghela nafas panjang. Tersadar kalau seorang Indra Perdana tidak bisa dibantah ataupun sekedar di ajak berkompromi. Marisa mengambil laptopnya dari meja Indra lalu mulai melaksanakan pekerjaannya dengan merubah denah rumah di bagian kamar tidur anak yang menurut Indra masih kurang pencahayaan."Aku harus bekerja cepat! Agar aku bisa segera bertemu dengan Fero! Mudah-mudahan dia juga belum sampai kesini!" batin Marisa.Sementara itu, Indra dengan senyum liciknya diam-diam mengirim pesan pada Herman.Her, saya tidak mau tahu! Kamu harus bisa membuat pacar Marisa pergi dari kantor ini! Saya tidak mau mereka bertemu hari ini!Herman yang langsung membaca pesan dari atasannya itu segera membalas.T**enang, Pak Indra! Saya akan membuat laki-laki itu pergi

  • CEO Buaya Darat    Bab 22

    Air mata berlinang membasahi pipi Marisa saat bercerita pada Gery apa yang di katakan Indra tadi di kantor. Tentang Andro yang meminta Marisa menjadi kekasih nya, kemarahan Indra karena berpikir Marisa yang mendekati Andro, juga bagaimana Indra bilang kalau dia muak pada Marisa dan Gery. Gery menjadi geram mendengar cerita Marisa. "Gila banget tuh CEO! Mentang-mentang kaya raya dan berkuasa! Seenaknya saja sama orang kecil kayak kita! Padahal kamu terima aja tuh Pak Andro! Biar bikin bete Pak Indra!" "Fero mau di kemanain?!" "Karungin dulu aja!" "Ngawur!" Marisa menumbuk bahu Gery. "Hehe, maaf Mar. Aku bercanda" "Kita harus gimana Ger? Pak Indra bilang dia sama sekali tidak berniat memberikan nilai bagus untuk kita. Kita hanya bisa berharap kemurahan hatinya untuk memberikan nilai lumayan! Bisa sia-sia PKL kita Ger!" kata Marisa khawatir. "Kita berserah dan berpasrah diri aja, Ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status