Share

Bab 21

last update Last Updated: 2025-01-28 14:04:47
"Tunggu!"

Edrio kembali mengejar langkah Gaura, rasa putus asa meliputi dirinya. Dengan satu gerakan cepat, ia meraih lengan Gaura sekali lagi, lebih kuat dari sebelumnya. "Kamu tidak bisa terus seperti ini, Gaura! Kamu tidak bisa mengambil semuanya dariku, termasuk Galen. Aku punya hak untuk bertemu anakku!" suaranya bergetar, penuh emosi yang tertahan.

Gaura menoleh, kemarahan dan rasa sakit yang tak terperi terpancar dari matanya. "Kamu kehilangan hak itu malam itu, saat kamu menghancurkan hidupku! Kamu tidak pantas menjadi Ayah bagi Galen, sama seperti kamu tidak pantas untuk mendapatkan maaf dariku!"

Edrio menggertakkan rahangnya, napasnya memburu. "Galen adalah anakku juga, Gaura! Aku tahu aku salah, aku tahu aku telah menyakitimu, tapi aku tidak bisa membiarkan kamu menjauhkan dia dariku. Aku ingin bertanggung jawab sebagai ayahnya! Aku berhak atas itu!"

Gaura tertawa sinis, lalu menggeleng perlahan, air mata terus mengalir di pipinya. "Tanggung jawab? Kamu pikir aku pe
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 22

    "Ada apa?" jawab Edrio dengan nada datar. Ternyata, Prita mengabari suatu hal yang membuat pria itu harus segera menemuinya. Mau tak mau, akhirnya Edrio pun meninggalkan ruang pribadi milik Gaura tersebut. Beberapa hari kemudian, di sebuah restoran. Restoran mewah itu dipenuhi dengan aroma makanan lezat dan gemerincing suara peralatan makan. Gaura duduk bersama Galen di meja dekat jendela besar yang menghadap ke taman luar. Mereka menikmati makan malam sederhana, meskipun suasana hati Gaura tampak sedikit gelisah. Sejak kejadian terakhir dengan Edrio, pikirannya terus dipenuhi berbagai kemungkinan yang membuatnya resah. Namun, ia berusaha sekuat tenaga untuk tetap tersenyum di depan Galen. “Bunda, lihat! Ini gambar yang aku buat di sekolah tadi.” Galen dengan bangga menunjukkan sebuah gambar di kertas kepada Gaura. Gambar itu menunjukkan seorang pria, wanita, dan seorang anak kecil yang saling bergandengan tangan. Gaura tersenyum, meskipun hatinya terasa sesak. “Gambar yang

    Last Updated : 2025-01-29
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 23

    “Entah kenapa, aku merasa Galen itu mirip sekali denganmu! Lucu, kan?” Deg! Edrio, yang awalnya terdiam, tiba-tiba mengangkat wajahnya. Matanya yang gelap menatap tajam ke arah Prita. Ia tidak mengatakan apa-apa, tapi rahangnya mengeras. Prita, yang tidak menyadari ketegangan yang muncul, melanjutkan dengan nada candaan. “Kau tahu, wajah anak itu benar-benar seperti miniatur dirimu! Kalau aku tidak tahu kau hanya pernah bersamaku selama ini, aku pasti sudah bertanya apakah dia anakmu!” “Prita,” Edrio akhirnya membuka mulut. Suaranya datar, namun ada nada peringatan yang jelas. “Hentikan.” Prita tersentak mendengar nada suaranya yang dingin. Ia menatap Edrio dengan bingung, senyumnya mulai memudar. “Kenapa? Aku hanya bercanda. Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?” Namun, Edrio tidak menjawab. Ia hanya mengalihkan pandangannya, matanya kembali mencari sosok Gaura dan Galen yang kini sudah tidak terlihat di dalam restoran. Napasnya berat, seperti sedang menahan sesuatu. “Edrio,

    Last Updated : 2025-01-30
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 24

    “Ada sesuatu di antara mereka,” gumam Prita setelah keluar dari restoran, Prita masuk ke dalam mobilnya dengan ekspresi wajah yang sulit ditebak. Jemarinya mencengkeram erat setir, napasnya berat, dadanya terasa sesak. Tatapan Edrio yang penuh emosi saat menatap Gaura dan Galen tadi terus terngiang di benaknya. Prita tidak bodoh. Selama bertahun-tahun mengenal Edrio, pria itu selalu memiliki kendali atas emosinya. Tapi malam ini? Tidak. Prita bisa melihat ada sesuatu yang Edrio sembunyikan. Sesuatu yang besar. Ia mengeluarkan ponselnya, mencari sebuah kontak, lalu menekan tombol panggil. “Ya, ada apa?” Suara seorang pria di ujung telepon terdengar dalam dan tenang. “Aku butuh bantuanmu,” kata Prita tanpa basa-basi. “Hm? Apa yang terjadi?” Prita menggigit bibirnya sejenak, mencoba menyusun kata-kata. “Aku ingin kau menyelidiki sesuatu. Tentang Edrio... dan seorang wanita bernama Gaura. Juga anak kecil bernama Galen." Ada jeda sejenak di telepon sebelum seseorang itu menja

    Last Updated : 2025-01-30
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 25

    "Atau Bunda menyembunyikan sesuatu dariku?" Gaura tersentak. Kata-kata itu begitu tajam, seolah menyayat pertahanannya yang selama ini ia bangun. Tanpa menunggu jawaban, Galen meraih gambarnya yang belum selesai dan berlari menuju kamarnya sendiri, membanting pintu di belakangnya. Gaura terdiam di tempat, merasakan hatinya semakin berat. Ia memijat pelipisnya, menahan perasaan bersalah yang mulai merayap di dadanya. Ia tahu hari itu akan datang—hari di mana Galen mulai mempertanyakan semuanya. Tapi ia belum siap. Ia belum siap menghadapi kenyataan bahwa suatu saat nanti, Galen mungkin akan membenci dirinya karena telah menyembunyikan kebenaran. Di balik pintu kamar, suara isakan kecil terdengar samar. Dan untuk pertama kalinya sejak kejadian itu, , Gaura kembali merasa benar-benar takut. Gaura duduk di tepi ranjangnya, kepalanya tertunduk, dan bahunya bergetar hebat. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan isakan yang terus mendesak keluar. Namun, pertahanannya runt

    Last Updated : 2025-01-31
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 26

    Aku sudah membesarkan Galen sendirian, aku sudah melewati semua penderitaan itu... dan sekarang dia datang begitu saja, menuntut sesuatu yang bahkan tidak pernah dia ketahui!" Elia menatap putrinya dengan penuh kelembutan, lalu meraih bahunya kemudian menariknya ke dalam pelukan. Gaura terisak dalam dekapan Ibunya, membiarkan dirinya kembali menjadi anak kecil yang hanya ingin dipeluk dan diyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. "Nak, aku tahu ini tidak mudah. Aku tahu betapa kerasnya kamu berjuang selama ini. Aku melihat semua luka dan air matamu," ujar Elia pelan, mengelus punggung Gaura dengan lembut. "Tapi kamu tidak bisa membiarkan ketakutanmu mengendalikanmu. Kamu harus menghadapi ini." Gaura menggigit bibirnya, jemarinya mencengkeram erat lengan ibunya. "Aku takut, Bu... Aku takut kehilangan Galen. Aku takut dia akan lebih memilih Edrio daripada aku." Elia menggeleng pelan. "Dengar, Galen tumbuh dengan kasih sayangmu. Dia mengenalmu lebih dari siapa pun. Seorang a

    Last Updated : 2025-01-31
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 27

    "Edrio, kau pikir ini permainan?!" suara Edwin menggelegar, memenuhi ruangan. Edrio menghentikan langkahnya sejenak, kemudian berbalik untuk menatap Daddynya dengan ekspresi tajam. "Aku tidak pernah menganggap ini sebagai permainan. Tapi aku tidak akan membiarkan bisnis kalian menentukan hidupku!" "Dan kau pikir hidupmu tidak dipengaruhi oleh bisnis keluarga ini?" Ayara menyela dengan suara penuh sindiran. "Kau hidup dalam kemewahan, kau dibesarkan untuk memimpin perusahaan ini. Sekarang, kau ingin menolak semua itu hanya karena seorang anak yang baru saja kau ketahui keberadaannya?!" "Dia anakku, Mom!" Edrio membalas dengan suara penuh tekanan. "Aku tidak bisa mengabaikannya lebih lama lagi!" Ayara menatapnya dengan tajam. "Gaura tidak akan membiarkanmu begitu saja masuk ke dalam kehidupannya, Edrio! Coba kau pikir baik-baik!" Edrio terdiam. Ia tahu Mommynya benar. Gaura tidak akan menerimanya dengan mudah. Bahkan wanita secara terang-terangan menolaknya mentah-mentah. E

    Last Updated : 2025-02-01
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 28

    "Aku tidak perlu menjelaskan apa pun padamu." Edrio mengertakkan giginya. Prita tertawa kecil, tetapi ada nada sinis di dalamnya. "Oh, aku rasa kau memang perlu. Karena kalau kau tidak menjelaskan sekarang, aku akan mencari tahu dengan caraku sendiri." Tatapan mereka bertemu, dan untuk pertama kalinya, Edrio merasa bahwa Prita bukan hanya masalah kecil yang bisa diabaikan. Dia adalah ancaman nyata. Prita melipat tangan di depan dada, menatap ketiga orang di hadapannya dengan ekspresi penuh selidik. Matanya yang tajam menyapu wajah Edrio, lalu bergeser ke Edwin dan Ayara yang tampak tegang. "Baiklah," Prita akhirnya berkata, suaranya terdengar manis, tetapi ada nada tajam yang terselip di dalamnya. "Aku mengerti kalau kalian semua berusaha menyembunyikan sesuatu. Tapi lucu sekali, ya? Sepertinya aku adalah satu-satunya yang tidak diizinkan tahu." Tidak ada yang menjawab. Prita menghela napas, lalu tersenyum kecil—senyum yang jelas mengandung ejekan. "Kupikir kita sudah bertunan

    Last Updated : 2025-02-01
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 29

    Sementara itu, di dalam dapur yang hangat dan penuh aroma manis, Gaura tengah sibuk mengaduk adonan kue coklat di sebuah mangkuk besar. Galen berdiri di sampingnya dengan celemek kecil bergambar kartun favoritnya. Wajah anak itu masih sedikit murung, tetapi tangannya tetap sibuk menuangkan tepung dengan hati-hati. Di sudut lain, Elia yang mulai menua tersenyum lembut sambil mengawasi mereka. Ia tahu bahwa putrinya sedang berusaha mengalihkan pikiran Galen dari Edrio, meskipun itu tidak akan semudah yang mereka kira. "Oke, Galen sayang, sekarang kita tuang coklat lelehnya, ya," kata Gaura dengan suara ceria, berusaha membuat suasana tetap ringan. Galen mengangguk, tetapi ia hanya mengaduk perlahan tanpa semangat. Elia melihat itu dan memutuskan untuk ikut berbicara. "Nak, kau tahu tidak? Waktu Bunda masih kecil, Bunda juga sering membantu Nenek membuat kue seperti ini," ucap Elia, mencoba menghangatkan suasana. Galen menatapnya dengan sedikit lebih tertarik. "Benarkah, Nek?

    Last Updated : 2025-02-01

Latest chapter

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 103

    “Kenapa, sayang?” tanya Gaura sambil menghampiri. “Aku mimpi buruk… tentang ayam goreng yang berubah jadi monster. Terus dia mengejarku dan Nenek dengan saus sambal!” Galen menjelaskan sambil memperagakan tangannya seperti cakar monster. Edrio nyaris tertawa, tapi ia cepat-cepat batuk pelan menahan ekspresi geli. “Itu mimpi yang sangat… spesifik.” “Dan pedas,” tambah Galen sambil mengangguk serius. Gaura mengelus rambutnya. “Mau Bunda temani di kamarmu?” Galen mendekat dan memeluk Gaura erat-erat. “Aku… boleh tidur di sini aja, tidak? Cuma malam ini. Pura-puranya kita berkemah.” Edrio dan Gaura saling pandang. Edrio mengangkat alis. “Kemah, ya?” “Aku jadi penjaga tenda. Kalau monster ayam datang lagi, aku usir pakai bantal!” kata Galen sambil mengayunkan bantal dinosaurusnya seperti pedang. Gaura sudah tidak bisa menolak. “Ayo, Pangeran Penjaga. Masuk ke tenda Raja dan Ratu.” Galen langsung memanjat ke ranjang, menyelip di tengah mereka dengan gaya penuh kemenangan.

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 102

    “Tapi Ayah belum tahu kalau aku punya rencana rahasia!” Galen menjawab dengan misterius, lalu menyeringai seperti tokoh kartun. Mereka menggelar tikar di bawah pohon besar. Elia duduk santai sambil membaca buku, sementara Gaura dan Edrio membuka makanan yang berisi, sandwich, buah, ayam goreng, dan jus jeruk. “Bunda, ini hari terbaik!” kata Galen sambil menyuap potongan apel. “Karena pikniknya?” tanya Gaura. “Karena semua bersama. Dan... rencana rahasiaku berjalan lancar,” jawabnya licik. Gaura dan Edrio saling pandang heran. “Apa maksudmu?” tanya Edrio, curiga. Galen berdiri, membuka tas besarnya—dan dari sana ia mengeluarkan sebuah kotak kecil berisi benda-benda lucu seperti, mahkota kertas, topeng binatang, dan secarik kertas lipat. “Aku siapkan ini karena aku mau kasih kejutan!” katanya bangga. Ia meletakkan mahkota di kepala Gaura. “Ini buat Bunda, Ratu Piknik!” Lalu ia memakaikan topeng singa pada Edrio. “Dan ini buat Ayah… Singa Penjaga!” Gaura tak bisa menahan tawa.

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 101

    “Aku tidak menggombal. Aku sedang menyatakan fakta.” Edrio tertawa pelan lalu menarik selimut itu perlahan, memperlihatkan wajah istrinya lagi.Gaura menatapnya dengan senyum malu. Ia menggeliat kecil, lalu menyandarkan kepala di dada Edrio yang hangat.“Semalam… terasa seperti mimpi,” bisiknya.Edrio membalas dengan mengecup ubun-ubunnya. “Tapi ini nyata. Kamu istriku sekarang. Dan aku… milikmu sepenuhnya.”Mereka terdiam beberapa saat, membiarkan suara detak jantung dan tarikan napas menjadi satu-satunya irama di kamar itu.Lalu Gaura menatapnya dan bertanya, “Apa kau pernah membayangkan kita akan sampai di titik ini, setelah semua kekacauan yang kita alami?”Edrio menggeleng pelan. “Tidak. Tapi aku bersyukur kita bertahan. Dan lebih dari itu—aku bersyukur kamu memilih tetap bersamaku.”Gaura menyentuh wajahnya dengan penuh kelembutan. “Kita sama-sama bertahan, Edrio. Kau juga tidak menyerah padaku.”Mereka saling menatap sejenak sebelum akhirnya bibir mereka bersentuhan lagi—kali

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 100

    "Hmhh.." lenguh Gaura menahan semua sensasi yang tubuhnya rasakan. Edrio menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan perlahan, kemudian memulai aksinya untuk 'bertarung' dengan Gaura. Di saat mereka berdua tengah saling bertarung di dalam kamar, di sebuah kamar lain tepatnya kamar tidur milik Galen, terdapat bocah itu bersama neneknya. Kamar Galen dihiasi cahaya lampu malam berbentuk bintang-bintang yang memantul di langit-langit. Bocah itu sudah mengenakan piyama bergambar dinosaurus, tapi matanya masih terbuka lebar, tak kunjung mengantuk.Di sebelahnya, Elia—nenek tercintanya—sedang duduk di tempat tidur, membacakan buku dongeng dengan suara lembut. Namun, Galen tampaknya lebih sibuk berpikir daripada mendengarkan cerita.“Nenek…” Galen memanggil dengan suara pelan namun penuh rasa ingin tahu.“Iya, sayang?” Elia menutup buku dan menoleh penuh perhatian.Galen duduk bersila di tempat tidurnya, alisnya mengernyit lucu. “Kenapa Bunda sama Ayah tidur di hotel? Kenap

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 99

    “Karena aku takut akan kehilanganmu kalau kau tahu siapa aku dulu… Tapi sekarang, aku lebih takut kehilanganmu kalau aku tetap diam.” Gaura menarik napas dalam, lalu mengangguk perlahan. “Kau seharusnya percaya bahwa aku cukup kuat untuk berdiri di sampingmu, bahkan saat yang terburuk sekalipun.” Edrio tersenyum. Untuk pertama kalinya sejak kejadian itu, ekspresi damai kembali menghiasi wajahnya. “Maafkan aku, Gaura.” Ia memeluk Gaura erat di hadapan semua tamu. Suasana kembali hangat, bahkan lebih dari sebelumnya. Galen berlari ke arah mereka, memeluk kaki kedua orang tuanya dengan senyum polos dan bahagia. Beberapa detik kemudian, pendeta yang masih berdiri terpaku akhirnya berkata sambil tertawa kecil, “Kalau begitu… bolehkah saya melanjutkan? Saya pikir kita masih punya satu bagian yang tertunda…” Para tamu tertawa dan bersorak. Musik lembut kembali diputar. Edrio dan Gaura berdiri berhadapan lagi, dan kali ini, saat pendeta menyuruh mereka mengucapkan “I do,” keduanya menga

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 98

    “Matikan itu!" perintahnya ke tim teknis. Tapi layar tidak bergeming. Wanita itu sudah meng-hack sistem sepenuhnya. Gambar berikutnya menunjukkan Edrio sedang berada dalam pertemuan gelap bersama pria-pria bersenjata, membawa koper uang dan dokumen. Kemudian, rekaman suara mulai terdengar—diskusi mengenai distribusi logistik “tak terdaftar” dari pelabuhan. “Jadi… semua ini cuma kedok?” bisik salah satu pejabat tamu yang hadir. Gaura berdiri kaku. Senyumnya lenyap. Matanya tak percaya melihat Edrio di layar. Ia menoleh ke suaminya yang kini menatap layar dengan rahang mengeras. “Edrio…” bisiknya nyaris tak terdengar. “Apa maksud semua ini?” Edrio menatap Gaura dengan ekspresi bersalah, namun tak gentar. Ia meraih tangannya, tapi Gaura menariknya pelan. “Aku bisa jelaskan.” “Kapan?” suara Gaura kini bergetar. “Kapan kau akan memberitahuku tentang masa lalu ini? Galen... aku harus melindungi dia.” Edrio menarik napas dalam. “Itu sudah lama berlalu. Dan aku keluar dari itu semua s

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 97

    Langit biru membentang sempurna di atas gedung berarsitektur klasik yang berdiri megah di pinggir kota. Udara pagi itu sejuk, diselimuti semilir angin yang membawa wangi bunga mawar putih dan lili yang menghiasi setiap sudut halaman. Musik lembut dari gesekan biola mengalun indah, berpadu dengan tawa riang para tamu yang berdatangan dari berbagai penjuru negeri.Di dalam ruang rias, Gaura duduk di hadapan cermin besar dengan bingkai emas. Gaun putih gading yang membalut tubuhnya begitu anggun, memancarkan keanggunan dan kekuatan seorang wanita yang telah melewati badai dan tetap berdiri tegak.Dari belakang, salah satu asistennya membetulkan veil panjang yang menjuntai dengan indah.“Gaura… kau tampak luar biasa,” bisiknya sambil tersenyum haru.Gaura menoleh sedikit dan membalas dengan senyum yang tenang. “Terima kasih. Aku... sempat berpikir hari ini tak akan pernah datang.”Wanita itu menggenggam tangannya. “Tapi kau di sini sekarang. Kau pantas mendapat kebahagiaan ini.”Sementara

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 96

    Dengan tangan terangkat, Edrio memberi isyarat pada anak buahnya. Beberapa dari mereka membawa ke depan bukti-bukti kejahatan Jonathan. Transfer uang ilegal, dokumen palsu, bahkan rekaman percakapan dengan para pihak yang terlibat dalam pengaturan saham. Namun, di saat yang sama, sesuatu yang lebih menegangkan terjadi. Jonathan menyeringai. Ia meraih mikrofon, dan matanya menyala dengan keputusasaan yang membara. "Kalian pikir bisa menjatuhkan saya dengan cara ini?! Kalian tidak tahu siapa saya sebenarnya! Para investor ini adalah milikku, dan mereka tidak akan pernah percaya pada fitnah kalian!" Tiba-tiba, pintu besar konferensi terbuka dengan keras, dan sejumlah pengawal Jonathan berlari masuk, dengan senjata terhunus. Mereka menuju Edrio dan pasukannya, membentuk formasi pertahanan yang rapat.Sontak, semua yang hadir pun terkejut dan beberapa mulai merasa takut. Sedetik kemudian, para investor ataupun para tamu berlarian untuk menyelamatkan diri. “Lindungi saya!” teriak Jona

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 95

    "Di sini, di tengah keheningan ini, aku merasa terlindungi.” Edrio menoleh padanya, menatap mata wanita yang kini tak hanya menjadi pasangannya dalam medan pertempuran yang belum usai. “Aku akan melindungimu. Tidak hanya sebagai pasangan, tapi sebagai seseorang yang melindungimu sepenuh hati.” Gaura mengangguk pelan, matanya mulai basah. Malam itu, meskipun dunia di luar masih dipenuhi dengan bahaya, rumah kecil itu menjadi tempat paling hangat di bumi. Di tengah perang rahasia, konspirasi, dan teror, mereka masih bisa tertawa, berpelukan, dan percaya bahwa mereka masih memiliki sesuatu yang tak bisa disentuh oleh kekuatan jahat sekalipun. Cinta, keberanian, dan harapan. Dan Edrio, di dalam hatinya, bersumpah bahwa ia akan menuntaskan semua ini. Untuk Gaura. Untuk Galen. Untuk rumah yang ingin ia lindungi… selamanya.****Langit mendung menggantung pekat di atas gedung tua yang kini dijadikan markas darurat oleh Edrio. Tak ada papan nama. Tak ada sinyal ponsel yang kuat. Di te

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status