Share

109. Pulang Disambut Ayang

Penulis: Indy Shinta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-13 05:14:46

Taksi melambat saat tiba di depan sebuah gerbang tinggi. Cheryl segera menelepon petugas keamanan, “Tolong buka gerbangnya.”

Hanya butuh beberapa detik sebelum gerbang besi hitam itu terbuka secara otomatis, suara mekanisnya bergema pelan di antara azan magrib yang mulai menggema dari toa masjid di kejauhan.

Jalan masuk menuju rumah Bara yang semegah istana itu cukup panjang, membentang lurus dengan lampu-lampu kecil tertanam rapi di sepanjang tepian, menerangi hamparan rumput yang terawat sempurna.

Pepohonan tinggi menjulang di kedua sisi, seolah menciptakan lorong alami yang menambah kesan eksklusif dan… misterius.

Tak lama, tampak bangunan utama, berdiri megah dengan arsitektur klasik yang dipadukan sentuhan modern. Pilar-pilar tinggi menjulang, fasadnya diterangi lampu-lampu dinding yang memberikan semburat keemasan pada marmer putih yang mendominasi eksteriornya.

Air mancur besar berdiri di tengah halaman depan, suara gemericik airnya terdengar lembut di antara suara azan yan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (8)
goodnovel comment avatar
audrey larissa
makasih up nya kak, sehat sehat selalu ya..
goodnovel comment avatar
Miyuk Kaslan
tetap semangat mba say othor,lanjut dan lanjut terus
goodnovel comment avatar
Naya Ajach
aaa pokoknyaa ditunggu bgt kk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   110. Jangan Jatuh Cinta

    Cheryl mengusap sisa air mata di pipinya sebelum akhirnya melangkah pelan, menelusuri "kamar lamanya" yang kini telah kembali menjadi miliknya. Jika hanya ingin menunjukkan kemurahan hatinya saja, Bara bisa saja memberinya uang dalam jumlah besar, hal yang jauh lebih mudah untuknya. Karena bagi pria itu, uang sama sekali bukan masalah.Namun, Bara memilih sesuatu yang lebih personal, lebih manis. Ia mengembalikan semua yang pernah Cheryl jual satu per satu, seakan ingin menghapus jejak luka yang pernah ia alami.Itu bukan sekadar kemurahan hati. Bukan kebiasaan seorang pria kaya yang hanya sebatas ingin menunjukkan belas kasihnya.Cheryl menggigit bibirnya. Dulu, ia pikir Bara hanyalah seseorang dengan ego besar dan sifat dominan yang menyebalkan. Tapi sekarang? Sekarang ia melihat sisi lain pria itu. Dan itu jauh lebih berbahaya.Berbahaya untuk hatinya.Cheryl mendesah pelan dan kembali mengedarkan pandang ke seisi kamar. Setiap sudut terasa begitu familiar, namun ada sesuatu yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   111. Es yang Mulai Mencair

    Bara melangkah memasuki rumahnya, bangunan megah yang lebih menyerupai istana daripada sekadar tempat tinggal. Pilar-pilar tinggi menopang langit-langit yang menjulang. Lampu kristal menggantung anggun, memancarkan cahaya lembut ke seluruh ruangan. Pelayan yang berbaris rapi di dekat pintu menundukkan kepala sebagai bentuk hormat. Di antara mereka, Mimi maju selangkah, tersenyum hangat seperti biasanya. “Selamat datang, Tuan.”“Cheryl sudah di kamarnya?” Bara bertanya tanpa basa-basi.“Sudah, Tuan.” Mimi menjawab sopan, memperhatikan bagaimana mata gelap sang tuan yang biasanya tajam kini tampak berbinar-binar.“Dia tadi menangis, kan?”Ada senyum yang terlukis di bibir Bara saat mengatakannya. Mimi nyaris tak percaya melihatnya. Tuannya tersenyum sejelas itu, selepas itu? Wanita paruh baya itu telah lama mengabdi dalam keluarga Bara, cukup mengenal setiap ekspresi dan kebiasaannya. Namun malam ini, ada sesuatu yang berbeda pada diri Bara yang selama ini ia kenal. “Bukan cuma men

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   112. Terperangkap dalam Bara

    Detik ini juga, dunia seakan berhenti berputar.Sial. ‘Ini nyata?’ Bara masih tak percaya. Cheryl, dengan bibir selembut kelopak mawar, baru saja mengecupnya, sentuhan lembut yang nyaris membuatnya hilang akal.Bara tak sempat berpikir. Tak sempat mencerna. Tubuhnya hanya bereaksi secara alami.Ia menginginkan gadis ini. Dari tadi. Dari jauh sebelum ini. Dan sekarang Cheryl ada di sini, menyerahkan bibirnya yang manis ini.Brengsek. Ia bisa gila.Dorongan liar yang sejak tadi ditahannya kini pecah. Bara bergerak cepat, menangkup tengkuk Cheryl, menahannya agar tak bisa mundur. Jika gadis itu memberinya ciuman selembut itu, bukan berarti ia akan membalas dengan sama lembutnya. Jangan harap, tidak untuk kali ini.Bibirnya menekan bibir Cheryl, menguasai, menyesap kelembutan yang seketika terasa seperti candu. Bara mendesak lebih dalam, menarik tubuh Cheryl ke dadanya, memerangkapnya dalam kehangatannya yang berbahaya.Napas mereka berpacu, membakar udara di antara mereka. Bara bisa m

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   113. Izinkan Aku

    Cheryl tersentak, spontan menggigit bibir bawahnya saat kesadarannya terhempas oleh kenyataan bahwa kini ia begitu terbuka di hadapan Bara.Wajahnya merona, terbakar oleh rasa malu yang melilit erat di antara ketegangan yang ia rasakan. Sementara itu sepasang mata Bara yang gelap, begitu intens menelusuri setiap inci tubuh Cheryl dengan sorot mata berbinar, kelam dan pekat seperti bara api yang menyala dalam kegelapan. Bibir pria itu melengkung, tersenyum penuh kepuasan. “Tubuh yang indah, Cheryl,” bisiknya, nyaris tanpa suara, seolah Cheryl adalah sesuatu yang terlalu berharga untuk didefinisikan dengan kata-kata.Lalu, Bara melucuti pakaiannya sendiri. Helai demi helai jatuh ke lantai, meninggalkan tubuh tegapnya yang kini terpampang di hadapan Cheryl—indah, kokoh, nyaris terlalu sempurna hingga rasanya sulit dipercaya.Tuhan…Cheryl menelan ludah. Darahnya berdesir kencang, seakan ada listrik yang berkelindan liar di sepanjang kulitnya, menegangkan setiap sarafnya hingga nyaris m

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   114. Bikin Gila

    Oh, Tuhan. Bara bisa gila. Cheryl sungguh membuatnya gila.Gairah yang mengalir deras di tubuhnya terasa begitu mendesak, membakar setiap inci kesabarannya. Cheryl membuatnya kehilangan kontrol dengan setiap sentuhan dan erangan yang keluar dari bibirnya. Bara ingin menyerahkan seluruh dirinya, ingin menikmati kebersamaan ini tanpa batas.“Ohh… Cheryl…!” “Bara… oh… Bara…!”Suara erangan dan desahan mereka saling bersahutan.Akan tetapi, di saat semuanya sudah berada di puncak, kesadaran Bara seketika menamparnya keras. “Awas, ntar hamil!”Sial. Ia tak ingin mengacaukan masa depan Cheryl yang masih begitu muda dengan kehamilan. Cinta dan gairah memang kadang membutakan, tapi Bara bukan pria yang akan membiarkan egonya menguasai segalanya tanpa mempertimbangkan masa depan mereka berdua. Kepala Bara menegang, seluruh tubuhnya bergetar saat ia terpaksa menarik dirinya dengan cepat. “Oh, shit!” Nyaris saja ia terlambat untuk melepaskan hasratnya di atas perut Cheryl. Begitu usai, Bara

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   115. Pintu Rahasia Kita

    Setelah sekian lama berpelukan, Bara akhirnya menarik napas panjang dan berbisik lembut di telinga Cheryl, "Ayo kita bersih-bersih. Habis ini aku mau masak buat kita makan malam." Suaranya tenang, penuh kehangatan, sebelum dia mengecup kening gadis itu dengan kelembutan yang membuat Cheryl semakin nyaman dalam dekapan Bara.Cheryl meringkuk manja dalam pelukannya, matanya masih terasa berat, tubuhnya pun enggan untuk beranjak. "Tapi aku nggak lapar," sahutnya dengan nada malas, suaranya hampir seperti gumaman.Bara menatapnya sekilas, kemudian tersenyum nakal. "Mau aku bikin lapar?" bisiknya di dekat telinga Cheryl. "Aku nggak keberatan membuatmu menggelinjang lagi, Cheryl. Sampai lemas." Ia sengaja mempermainkan nada suaranya agar terdengar menggoda. "Pengen..." Cheryl malah merengek, menantang.Nggak ada gengsi dan malu-malunya.Sial. Bara mengumpat dalam hati. Gadis ini benar-benar menggemaskan dan suka mancing-mancing. Bahaya. Ini bahaya sekali buat kewarasannya. Tanpa peringat

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   116. Penjelasan

    Uap tipis melayang di atas permukaan air, membungkus kamar mandi dengan kehangatan yang menenangkan. Aroma lavender dan sandalwood samar-samar tercium, bercampur dengan kelembutan cahaya dari lilin-lilin kecil yang berjajar di tepi bathtub.Cheryl menyandarkan punggungnya ke dada Bara, membiarkan kepala mungilnya bersandar di lengkungan leher pria itu. Kedua tangan Bara melingkari tubuhnya, jemarinya bergerak santai di atas permukaan air, sesekali membelai lengan Cheryl dengan gerakan tanpa sadar."Bagaimana harimu?" Suara Bara dalam dan tenang, menciptakan getaran kecil di kulit Cheryl. "Sudah mulai terbiasa dengan pekerjaanmu sebagai asisten pribadiku?"Cheryl menghela napas pelan, membiarkan dirinya lebih rileks dalam dekapan Bara. "Aku cukup mengerti sih dengan apa yang harus kukerjakan," jawabnya jujur. "Tapi… aku masih butuh waktu buat beradaptasi. Pekerjaan ini lebih dari yang kubayangin. Banyak banget hal yang harus ditangani, dan aku agak kewalahan."Bara mengangguk kecil, ta

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   117. Terbuka

    Bara tertawa kecil, menahan napas sejenak sebelum mengangkat wajahnya menatap Cheryl.“Wah! Kalau di bisnis, orang kayak kamu ini yang suka bikin kepala pening. Tipe yang kalau nggak dihadapi dengan hati-hati, bisa bikin lawan main kelabakan.” Bara menggelengkan kepala, terkekeh lagi. “Tapi sayangnya, aku udah kebal sama trik kayak gini.”Cheryl menyipitkan mata. Jemarinya yang tadi bergerak menggoda kini berhenti di dada Bara, menekan ringan seolah memberi peringatan.“Di dunia bisnis, keterbukaan informasi itu kunci kepercayaan, kan? Mitra yang nggak mau kasih informasi yang jelas… pasti itu tipe yang paling bikin gerah dan nggak nyaman buat kerja sama.” Cheryl mendekatkan wajahnya, berbisik lirih, “Dan kamu, apa suka kerja sama dengan mitra yang setengah-setengah?”Bara mendengus pelan. Matanya menyipit, menatap Cheryl dengan sorot penuh tantangan. Ia mengusap pinggang Cheryl dengan ujung jarinya, menikmati bagaimana tubuh wanita itu bereaksi pada sentuhannya. "Tapi kerja sama yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15

Bab terbaru

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   176. Aku Pemiliknya

    Milena terpana di atas kursi rodanya. Ia duduk tegak, punggung lurus seolah tak ingin memberi celah sedikit pun bagi rasa lemah untuk terlihat. Jari-jarinya yang terletak di pangkuan sempat mengepal, namun segera ia renggangkan kembali dengan tenang, menjaga penampilannya tetap anggun.“Dari mana kamu mendapat cincin dan kalung itu, Cheryl?” ucapnya lirih.Nada suaranya tak meninggi, tapi mengandung ketegasan yang dingin dan menusuk. Tidak perlu berteriak. Kalimat itu meluncur ringan, namun cukup nyaring terdengar.Hening mendadak menyelimuti udara, bersama semua mata yang kini memandang ke arah Cheryl.Sorot mata Milena tajam, dingin, dan menyala dengan kekecewaan yang berusaha ia redam. Tubuhnya mungkin tak mampu melangkah mendekat, tapi keangkuhan dan harga dirinya tetap tegak berdiri. Kepalanya sedikit dimiringkan, seolah tengah menilai seseorang yang telah melewati batas.“Itu… milikku,” lanjutnya dengan suara yang sedikit lebih berat. “Bara membelikannya untukku di Paris. Kamu m

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   175. Simbol Cinta

    Di dapur, Cheryl tersentak. Suara Bara terdengar jelas, bulat, dan tanpa ragu. Kalimat itu, “Dia sangat berharga untukku,” menghempas dirinya seperti angin kencang yang datang tanpa aba-aba.Tubuhnya membeku, seolah waktu berhenti tepat saat kalimat itu mengalun dari bibir pria yang diam-diam telah menjadi pusat dari segala yang ia jaga. Dadanya bergetar hebat, seolah jantungnya menabrak dinding rusuk berulang kali. Sebuah rasa hangat meledak dari dalam dadanya, menyebar cepat hingga membuat jemarinya gemetar dan kakinya nyaris tak berpijak. Ia tak pernah berani membayangkan akan mendengar pengakuan itu secara terbuka. Dan ketika itu terjadi… rasanya terlalu indah untuk menjadi nyata.Namun kebahagiaan itu tak datang sendirian.Secepat gelombang hangat itu menyapu tubuhnya, datang pula dingin yang menggigit, mencengkeram tengkuknya dengan kuku-kuku tajam bernama ketakutan. Ditambah, suara berat Tuan Sigit yang menyusul kemudian, menyayat udara seperti belati.“Cheryl berharga? Seber

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   174. Perlu Kalian Tahu

    Di ruang makan, semua mata kini tertuju pada Bara. Sorot terkejut tergambar jelas di wajah Tuan Sigit. Bahkan, Nyonya Dania yang semula tertawa ringan, kini mematung dalam diam. Tapi yang paling mencolok adalah Milena, tangannya yang semula santai menggenggam pegangan kursi rodanya kini menegang. Jari-jarinya mencengkeram plastik pelapis kursi seperti mencoba mencari pegangan atas realita yang tiba-tiba berubah dingin.Bara menatap ke depan, tak bergerak. Biarpun dalam dadanya berdegup kencang, namun wajahnya tetap tenang, seperti topeng yang sudah lama ia pelajari untuk dikenakan. Ia tahu apa yang baru saja ia ucapkan bisa menimbulkan riak yang lebih dari sekadar kemarahan orangtua Milena dan kakeknya. Tapi prioritasnya saat ini adalah mempertahankan Cheryl. Masih lekat dalam ingatannya ketegaran yang ia lihat di mata wanita itu ketika berpaling, adalah sesuatu yang tak bisa lagi ia abaikan. Tidak. Bara tak ingin kehilangan Cheryl, tidak sekarang atau besok. Jika ia harus melawan

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   173. Terima Kasih Telah Mencintaiku

    Air hangat yang menyapu kulitnya seperti selimut lembut dari langit, membuat Cheryl perlahan merasa tenang. Uap tipis memenuhi kamar mandi, membungkus tubuhnya dalam kehangatan, cukup menenangkan badai yang bergemuruh dalam pikirannya. Ia menutup mata, membiarkan air itu jatuh dari bahunya, meresap hingga ke pori-pori, seakan bisa membilas luka yang tinggal karena pernikahan sirinya dengan Bara kini berada di ujung jurang.Cheryl lelah. Letih yang tak lagi bisa ditawar. Dan kali ini, ia memilih menyerah. Karena apa gunanya mempertahankan sebuah ikatan yang bahkan hukum pun tidak mengakuinya? Terlebih, Bara telah resmi bertunangan dengan Milena. Di depan keluarga besar mereka, di hadapan dunia. Cheryl kalah. Dan kekalahan itu terasa begitu nyata, seperti pecahan kaca yang menusuk setiap inci hatinya.Selesai mandi, Cheryl melangkah pelan ke arah lemari. Jemarinya menyentuh gaun-gaun indah, pakaian serba mahal yang dibelikan Bara, yang pernah membuatnya merasa dicintai, membuatnya sep

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   172. Tamu Tak Diundang

    Bara menggertakkan rahang. Rasanya, ia ingin sekali membanting pintu dapur, berteriak, bahkan mengusir semua orang dari rumah ini. Tapi ia tahu, semua itu hanya bisa ia lakukan dalam khayalannya saja. Ia menunduk sejenak, mengatur napas. Menelan bulat-bulat kekecewaan yang belum sempat ia sembuhkan pagi ini. Kemudian, ia meletakkan kembali nampan ke atas meja. Matanya masih menatap makanan yang ingin ia sajikan untuk Cheryl itu beberapa detik, penuh rasa berat yang tak terkatakan, sebelum akhirnya ia berbalik dan berjalan menuju ruang tamu. Setiap langkahnya bergema dalam kesunyian rumah, dan setiap detik terasa seperti pengkhianatan terhadap niat awalnya hari ini, yang ingin mempersembahkan waktunya penuh untuk Cheryl. Tapi kini ia harus menghadapi sesuatu yang tak ia undang. Begitu sampai di ambang ruang tamu, Bara menarik napas dalam-dalam. Ia menegakkan tubuh, mengatur raut wajah, dan melangkah masuk. Tuan Sigit berdiri dengan angkuh, seperti biasa. Di sebelahnya, Milen

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   171. Dari Semua Hari yang Ada

    Cahaya pagi yang samar menyusup melalui sela tirai, mengguratkan warna keemasan di dinding kamar. Cheryl mengerjapkan mata pelan, merasakan sisa perih di sudut-sudutnya. Tubuhnya masih berat, pikirannya buram. Tapi saat pandangannya mulai fokus, jantungnya terhenti sejenak ketika menyadari bahwa Bara adalah sosok yang pertama kali ia lihat hari ini.Lelaki itu duduk di sisi tempat tidur, diam, menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan, antara penyesalan dan kelegaan.Cheryl tersentak bangun, napasnya tercekat. Untuk sesaat, begitu saja, ia hampir merentangkan tangan, ingin menarik lelaki itu dalam pelukannya, mencari hangat yang dulu selalu menenangkan. Tapi kesadaran datang seperti tamparan keras.Lelaki ini... lelaki inilah yang membuatnya lelah menangis semalaman."Kenapa kamu di sini?" suaranya serak, hampir berbisik, lebih kepada dirinya sendiri daripada untuk didengar Bara.“Aku… nggak mau jauh dari kamu. Aku mau kamu tetap sama aku, Cheryl. Apapun yang terjadi. Demi kamu,

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   170. Demi Tuhan, Aku Mencintainya

    Cheryl tak langsung menyalakan lampu saat memasuki kamarnya. Ia berdiri dalam gelap, membiarkan sepi menyambutnya seperti pelukan dingin dari dunia yang telah kehilangan warna.Napasnya membeku di udara, berat dan tersendat, seolah paru-parunya pun enggan menerima kenyataan. Yang paling menyakitkan bukanlah ditinggalkan, melainkan kenyataan bahwa ia sendirilah yang memilih pergi dari pria yang masih ia cintai, tapi tak sanggup lagi ia percaya.Ia teringat pada hari pertama ia mengizinkan dirinya mencintai Bara. Pada senyum lembut pria itu. Pada pelukan hangatnya yang dulu terasa seperti rumah. Tapi kini semua kenangan itu terasa seperti belati, menyayat tanpa ampun.Cheryl perlahan merosot ke lantai, membiarkan tubuhnya ambruk dalam keheningan yang memekakkan. Tangannya terulur ke arah ranjang… tempat di mana ia pernah menyerahkan seluruh dirinya, bukan hanya tubuh, tapi juga cinta, keyakinan, dan kehormatan.Masih terngiang bagaimana malam pertama mereka terjadi hari itu…"Bara. Kita

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   169. Jangan Cabut Aku dari Hidupmu

    “Bertunangan dengan Milena bukan keputusan hatiku. Itu keputusan keluarga. Mereka menyatukan dua perusahaan besar melalui pertunangan itu, dan aku… aku terlalu lemah untuk menolaknya. Tapi aku bersumpah, Cheryl, tidak sedetik pun aku mencintai Milena. Hanya kamu, Sayang. Cuma kamu yang kucintai.”Ucapan itu menghantam Cheryl seperti badai yang tak bisa dihindari. Meski suara Bara bergetar, penuh penyesalan, hatinya tetap menolak untuk luluh. Pria itu berdiri di hadapannya, memohon dimengerti. Namun yang Cheryl rasakan hanya sesak. Seolah seluruh dadanya dihantam palu kebenaran yang selama ini coba ia tolak.Tubuhnya mulai gemetar. Bukan hanya karena marah atau kecewa, tapi karena sesuatu dalam dirinya mulai goyah. Dinding-dinding yang selama ini ia bangun rapat untuk menjaga hatinya tetap aman, kini retak perlahan.“Jika aku terang-terangan melawan Opa, Apex bisa hancur sebentar lagi… sebab untuk saat ini, aku masih membutuhkan Opa untuk membuat Apex tetap berdiri. Opa akan membantuku

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   168. Aku Ingin Kamu Jadi Takdirku

    Begitu Bara melangkah masuk ke dalam kamar mereka, ia menutup pintu perlahan dengan kakinya, membiarkan sunyi mengalir mengisi ruangan.Lampu di langit-langit memancarkan cahaya hangat, membungkus ruangan dalam bayangan keemasan. Namun, di balik kehangatan yang tampak, ada hawa dingin yang perlahan menggerogoti perasaan Cheryl. Dulu, ruangan ini terasa hidup oleh kebersamaan mereka, penuh dengan canda, tawa, dan detak cinta yang nyata. Tapi kini ruangan ini tak lebih seperti kurungan bagi Cheryl.Kamar ini memang pernah menjadi tempat perlindungan teraman bagi Cheryl. Tempat di mana tawa dan bisikan penuh cinta pernah mengisi setiap sudutnya. Tempat di mana ia bisa merasa dimiliki, dicintai, dan dicari. Tempat yang selama beberapa hari ini ia rindukan.Namun kini, setelah kembali ke kamar ini lagi… hatinya justru teriris pedih. Fakta tentang pertunangan Bara dan Milena kembali terasa menghujam jantungnya. Sebentar lagi, kamar ini mungkin tak lagi menjadi milik mereka berdua. Akan a

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status