Share

199. Catatan Penting

Author: Indy Shinta
last update Last Updated: 2025-05-28 13:29:13

Bara baru saja melirik layar monitornya ketika lengan halus Cheryl melingkar di belakang lehernya. Aroma tubuhnya langsung menyusup ke hidung Bara, memancing reaksi spontan dalam otot-ototnya yang tadi tegang karena konsentrasi.

“Baiklah, Pak Bos.” Suara Cheryl terdengar lembut dan genit di telinganya, sebelum bibirnya mengecup pipi kanan Bara dengan manis. “Silakan lanjutkan pekerjaan Anda.”

Bara menoleh, matanya menangkap kilau jenaka dan hangat dalam sorot mata Cheryl. Kelembutan wanita itu selalu berhasil merontokkan tekanan yang menggumpal di kepalanya.

“I love you,” tambah Cheryl saat mata mereka saling bertatapan, suaranya seperti alunan nada yang hanya diciptakan untuk menggoda jiwanya.

Tatapan Bara melembut. Dengan satu gerakan tenang, ia menarik dagu Cheryl dan mengecup pipinya sekilas. “I love you more,” gumamnya dalam nada dalam dan rendah, terdengar seperti pengakuan dari dasar hatinya yang terdalam.

Cheryl tertawa pelan, melangkah mundur.

“Sayang. Kalau kamu sudah selesa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Halidah 1994
AQ pingin lihat kakek Sigit ancur g berkutik Krn chery
goodnovel comment avatar
Chorasweet
Jgn sampai bara kalah sama si kakek tua itu...
goodnovel comment avatar
Indah sabiq Sabiq indah
ga bisa jahatin Cheryl Sigit.. Cheryl masuk daftar nama yg di LINDUNGIN SAMA DOKTER JOSHUA VALEN...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   301. Rumah Tempatku Pulang

    Cheryl melangkah pelan melewati ambang pintu rumah lamanya, membiarkan debar di dadanya memukul pelan tapi pasti, seolah jantungnya tahu betul di sinilah semua ingatan pernah bermuara. Udara di dalam ruangan itu masih punya aroma kayu tua yang menenangkan — meski cat dinding sudah diperbarui, atap diperkuat, lantai dipoles ulang — tapi ruang tamu kecil di dekat jendela besar itu tetap sama. Tempat ayahnya dulu biasa duduk sambil membaca koran, menyalakan rokok kretek yang baunya sering membuatnya pura-pura batuk agar sang ayah mematikan puntungnya.Tangannya terulur, menyentuh sisi sofa usang yang ternyata masih dipertahankan Bara di sudut ruang, seolah sepotong bukti bahwa kenangan tak pernah benar-benar musnah meski rumah ini sudah berdiri lebih kokoh dari sebelumnya. Senyum kecil muncul di sudut bibirnya. Untuk sedetik saja, Cheryl merasa ayahnya berdiri di ambang dapur, menatapnya pulang.Di belakangnya, Bara berdiri tenang dan tersenyum melihat bagaimana gadis yang selalu membu

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   300. Obsesi Sang Malaikat

    “Apakah sudah muncul reaksi dari metode pengobatan terakhir kita?” “Ada respons positif, Dok.” Valen menyipitkan mata mendengar jawaban dari dr. Aditya — menyimak lebih serius. “Kami mencatat reaksi refleks tendon di ekstremitas bawah pasien mulai muncul lagi, tonus ototnya juga membaik, dan dosis steroid sudah kami turunkan bertahap,” lapor dr. Aditya.Senyum tipis mengembang di bibir Valen. “Akhirnya,” desahnya dalam hati. “Kenapa saya baru dapat kabar ini sekarang?”“Maaf, Dok. Sebenarnya kami ingin rutin melapor, tapi ada pesan dari Pak Reno, katanya Anda sedang tidak ingin diganggu seharian ini. Kami kira—”“Aku ke rumah sakit sekarang,” potong Valen sebelum dr. Aditya sempat melanjutkan ucapannya.Ada kilat antusias di mata Valen saat ia menarik gagang pintu hotel. Sorot matanya sempat meredup tatkala pandangannya langsung membentur pintu kamar Bara yang berada tepat di seberang kamar 1805.Hatinya memang sempat tercubit memikirkan Bara mungkin sedang memeluk Cheryl di balik

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   299. Fakta vs Persepsi

    “Valen bukan dokter sembarangan, dia tahu apa yang dia lakukan! Jangan asal bicara, Bara. Bisa-bisa nanti dia menuntutmu,” omel Cheryl dengan raut cemas yang sulit ditutupi meski suaranya terdengar lantang.“Aku cuma bicara apa yang aku tahu.” Bara melontarkan kalimat itu seremeh melempar puntung rokok ke asbak. Pria itu kemudian mencondongkan tubuhnya sedikit, separuh bibirnya tersenyum sinis. “Bagaimana denganmu, Cheryl? Kamu sendiri suka sekali menuduhku.”Cheryl tertegun sesaat, lalu melotot. “Tuduhan apa?!” semburnya cepat.“Tuduhan kamu, tentang… aku selingkuh sama Baby, tentang aku masih cinta sama Milena, tentang aku lebih milih mereka ketimbang kamu.” Bara menyebutkan satu-satu, nadanya terdengar malas. Tetapi sorot matanya menajam seolah menantang Cheryl untuk menyangkal semuanya di depan wajahnya sendiri.“Faktanya memang begitu!” semprot Cheryl.Bara terkekeh pendek, ada rasa lelah yang terselip di sudut senyumnya. Yeah. Cheryl menuduhnya macam-macam, padahal dia sendiri

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   298. Aku Tahu Wajah Aslimu

    Bara menatap Valen dengan sorot yang membakar—terlalu gelap, terlalu penuh amarah untuk seorang pria yang biasanya dikenal tenang dan rasional. Tangannya dengan cepat menarik lengan Cheryl, mencabut tubuh mungil itu dari dekapan Valen dengan paksa, hingga bahu Cheryl nyaris terhempas ke dadanya.Valen menahan tangan Cheryl di sisi lain, tatapannya dingin, tapi tetap menenangkan Cheryl yang terjepit di antara dua pusat gravitasi itu.“Lepaskan dia, Bara,” suara Valen tenang, nadanya datar, hanya sedikit bergetar di tepinya—tanda pengendalian diri yang sempurna.“Dia sudah memutuskan meninggalkanmu,” tegasnya penuh peringatan.Bara mendengus. “Keputusannya tidak berlaku kalau aku tidak bersedia melepaskannya.” Rahangnya menegang. Genggamannya di lengan Cheryl makin erat, seolah menegaskan siapa pemilik yang sah di antara mereka.Valen menajamkan tatapannya. “Kalau dia mau pergi, kamu harus belajar menghormatinya, Bara.” Nadanya tetap datar, tapi ada percikan api di balik suaranya—tajam,

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   297. Antara Dua Pintu

    Cheryl menggeliat pelan. Kelopak matanya bergetar, merespons cahaya pagi yang menyusup malu-malu dari celah tirai tebal. Ia mengucek matanya dengan malas. Kepala terasa berat, berdenyut tak enak, seperti dihantam palu semalaman.Perlahan, matanya mengerjap. Bukan kamarnya. Bukan penthouse Valen. Semuanya terasa asing.“Ah, iya… Aku kan lagi nginap di hotel,” gumamnya parau.Tapi belum sempat ia meresapi kenyamanan selimut tebal yang membungkus kakinya dalam suhu AC yang dingin ini, detak jantung Cheryl seketika melompat liar saat matanya bertemu sepasang tatapan gelap yang menusuknya dari tepi ranjang.Bara duduk di sana. Tangannya terlipat di dada. Mengawasinya lurus-lurus. Cheryl menjerit, seperti baru melihat hantu. Tangannya refleks meraih bantal dan melemparkannya ke arah Bara. “Ih. Ngapain kamu di sini, setan?!”Bantal itu terhenti di lengan Bara, yang bahkan tidak bergerak sejengkal pun. Lelaki itu hanya menaikkan sebelah alis, senyumnya tipis, nyaris mengejek.“Sudah sadar?

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   296. Tak Ingin Usai

    Cheryl masih tenggelam dalam pusaran alkohol yang mengacak-acak pikirannya. Bibirnya terus bergerak, meracau nama Valen seolah nama itu satu-satunya jangkar yang menahan kesadarannya agar tak sepenuhnya karam. Matanya setengah terpejam, kata-katanya berhamburan, nyaris tak terangkai rapi, tapi justru di situlah letak kepedihan yang memukul dada Bara tanpa ampun.“Kalau dilihat-lihat… bibir kamu bagus juga, Val. Kayak bibirnya Bara.” Cheryl tertawa kecil, tawa pendek, putus-putus, sedikit pecah, seolah ada sisa luka yang tersembunyi di ujungnya. Jemarinya, hangat dan sedikit gemetar, menelusuri bibir dan garis rahang Bara yang tegang. “Kamu sudah 40 tahun, kan? Tapi kamu terlihat masih semuda Bara,” ocehnya lagi, jari-jari lentiknya tanpa dosa terus membelai setiap senti wajah Bara.Kadang tangannya berhenti di dagu Bara, lalu bergerak lagi ke pipi, seolah ia lupa arah. Bau alkohol, menyusup di sela napas gadis itu, bercampur dengan bau sabun dan sisa parfum manis di rambutnya.Bara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status