Tatapan matanya yang tajam dengan sengit melihat wajahnya Rensakar. Kali ini, Rensakar tak lagi ragu apalagi takut. Dirinya yang sejati memang sosok pria angkuh sekaligus bejat.Hanya sebatas tatapan tajam saja tidak akan mampu memaksanya untuk gentar sedikit pun. Pada akhirnya, Helena yang kembali memalingkan wajahnya menghadap layar proyektor. Ada rasa sakit dan sedih di dalam hatinya sebelum dengan cepat dialihkan olehnya.“Rensakar, kamu benar-benar sudah berubah terlalu jauh! Apa memang begitu sikapmu terhadap mantan kekasihmu ini? Mungkinkah kamu sudah merasa senang telah mendapatkan wanita lainnya seperti wanita jelek itu?” tanya Helena yang kali ini ditransmisikan melalui pesan telepati langsung masuk ke dalam pikirannya Rensakar tanpa ada pihak ketiga yang mendengarnya.Seketika, pikiran berkecamuk berkeliaran bebas di dalam otaknya Rensakar. Pria bejat itu langsung canggung ketika kembali tersadar kalau wanita yang berprofesi dokter ini adalah mantan kekasihnya. Sama dengan
Rensakar merenung dalam pikirannya sendiri yang acak-acakan. Namun, pria bejat tersebut tetap diam dan membiarkan Helena serta para perawat yang berkewenangan untuk melakukan analisis mereka sendiri. Cukup baginya untuk perlahan-lahan mendengarkan dan tentu saja tetap fokus melihat Alisa dari layar proyektor.“Be–benar, Dokter! Kami kira juga itu masalahnya. Walaupun kami sendiri tidak tahu apa yang membuat proses pemeriksaan menjadi aneh, tapi pasti ada hubungannya dengan sang pasien. Haruskah kita mengakhiri proses pemeriksaan kesehatan ini?” ujar salah satu perawat dengan ragu-ragu.Helena terdiam dan terus mengamati Alisa dari layar proyektor sebelum berkata, “Biarkan dahulu prosesnya selesai! Setelahnya, tetap lanjutkan seperti yang saya katakan sebelumnya proses pemeriksaan ini sampai tuntas. Baru setelahnya kita bisa melanjutkan untuk pemeriksaan lainnya sampai berhasil menemukan akar masalahnya!”Helena sangat tegas dengan sikap dan keputusannya sebagai seorang dokter. Meski d
Ibarat sebuah proses akupuntur yang dihasilkan tanpa menggunakan satu jarum pun. Semua alurnya sangat mengandalkan Energi Adidaya yang terkonsentrasi dan tentu saja terkendali dengan baik sesuai kebutuhan sehingga tidak akan melukai pasien walaupun resikonya jelas terasa sangat menyakitkan. Tentu saja Helena tahu betul akan proses menyakitkan ini, tapi sengaja membuatnya seolah tidak ada masalah agar Alisa tertipu dengan sendirinya merasakan setiap siksaan yang sebenarnya bukan siksaan. Kata pepatah gadungan, proses pengobatan yang benar terkadang sangat menyakitkan. Kurang lebih, itulah yang diyakini oleh Helena.“He-he-he! Pasti menyakitkan, bukan? Inilah akibatnya ketika wanita jelek sepertimu berlagak angkuh di hadapanku. Alat ajaib ini memang luar biasa dan seakan cocok diciptakan khusus untuk diriku ketika menyiksa orang lain,” pikir Helena merasa puas dengan kelicikannya.Senyum liciknya terbesit sejenak sebelum lenyap dalam ketenangan. Rensakar masih merinding sendiri melihat
Helena dengan santai menuju ke arah sana menemui para perawat yang bertugas di sekitar alat ajaib. Ada sejumlah perawat bersiaga di sana. Seseorang menyadari kedatangan Helena dan buru-buru menyapa.“Dokter Helena, ada yang bisa kami bantu?” tanya salah satu perawat.“Tolong aktifkan alat ajaib ini untuk melakukan pemeriksaan terhadap pasien saya ini. Lakukan tiga kali proses pemeriksaan secara menyeluruh dalam tubuhnya terlebih dahulu sebelum dilanjutkan tiga kali proses yang fokus menganalisis isi otaknya terutama beberapa saraf yang sangat vital!” sahut Helena memberikan perintah yang jelas dan tak mungkin ditolak.“Baik, Dokter!” Para perawat dengan cepat mempersiapkan alat ajaib sampai bisa berfungsi maksimal.Helena berbalik menoleh ke arah Alisa sambil menunjuk ke arah tempat untuk berbaring. “Baringkan tubuhmu di sana! Tidak perlu melawan apalagi berusaha melindungi diri sendiri. Kalau kamu pengguna Energi Adidaya, jangan coba-coba mengedarkan Energi Adidaya sedikit pun di sek
“Cih, kalian berdua benar-benar sekumpulan babi menjijikkan. Baiklah, cepat masuk dan jangan buang-buang waktu saya lagi! Hmph!” sahut Helena segera berpaling dan masuk ke dalam ruangan tanpa ragu.Rensakar sedikit melirik ke arah Alisa tak senang sebelum berkata, “Ingat, jaga sopan santun! Cepat masuk!”Rensakar segera masuk dan Alisa hanya bisa mengikuti dari belakang. Keduanya masuk ke dalam dan melihat jelas isi ruangan tersebut. Alisa tak menyangka sama sekali kalau ruangan yang dipikirnya akan sederhana seketika menjadi mewah dengan banyak perawat dan alat-alat medis canggih saling berjejeran satu sama lain dalam satu ruangan.“Hebat! Memang pantas dikatakan sebagai salah satu rumah sakit terbaik di seluruh penjuru Negara Donensa!” pikir Alisa tidak menahan dirinya berdecak kagum terpesona sendiri.Hanya dengan sekilas melihat secara langsung betapa lengkapnya fasilitas yang tersedia, Alisa merasa lega karena tempat ini tampaknya bukan omong kosong belaka. Reputasi rumah sakit t
“Wanita ini benar-benar jahat dengan lidah serigalanya! Pantas saja Rensakar memberitahu diriku untuk tetap menjaga sopan santun. Ternyata semuanya karena wanita aneh di depanku ini yang terlalu liar sedemikian rupa. Siapa sebenarnya wanita liar ini hingga begitu berani menghina orang lain yang baru ditemuinya secara langsung seperti ini, hah?!” batin Alisa jelas menggerutu tak senang, tapi tetap diam tak menanggapi sambil menutup rapat-rapat mulutnya.Di sisi lain, Rensakar juga sangat tak senang mendengar perkataan Helena karena begitu terbuka dicaci seperti ini. Siapa di dunia ini yang rela direndahkan di depan umum seperti ini, kan? Kalaupun ada, maka sudah pasti bukan Rensakar orangnya.Pria bejat ini sangat percaya diri dan memandang dirinya sendiri begitu hebat sedangkan orang lain tidak terlalu layak diperhatikan. Direndahkan seperti ini, jelas terasa berat untuk diterima meski Rensakar sendiri sudah mempersiapkan dirinya jauh-jauh sebelumnya.“Aku seharusnya tidak datang ke s