LOGINNicklas Creed, Pria matang berusia 30 tahun berdarah campuran Indonesia-Belanda, di usianya yang menginjak kepala tiga, Ia memimpin salah satu grup bisnis properti terbesar di Asia. Meskipun sukses, Nicklas menyembunyikan trauma masa kecil yang membentuk karakter perfeksionis dan ambisiusnya. Suatu hari, saat perayaan kehamilan istrinya berlangsung, takdir seolah bermain licik mempertemukannya kembali dengan Ruby Ariska, cinta pertamanya yang tak pernah benar-benar pudar dari ingatan. “Nick, J-jangan mendekat! ” Ruby gemetar saat pria tampan di depannya mendekat, hampir mencium bibirnya yang masih basah. “Setelah sepuluh tahun mencoba melupakanmu, akhirnya takdir kembali mempertemukan kita.” “Sudah terlambat, Nick. Lepas!” “Tidak ada yang namanya terlambat. Baik dulu maupun sekarang, kamu tetap milikku, Ruby.”
View More"Bisa kita mulai acaranya sekarang?"
"Sebentar sayang, Teman-temanku belum sepenuhnya datang. Kita tunggu lima belas menit lagi, ya! Kamu boleh minum-minum dulu sama rekan bisnis." "Serena!" wajah Nicklas tampak dingin. "Aku tidak suka keramaian seperti ini" "Demi anak kamu sekalipun? nggak ikhlas banget sih" Serena berdecak kesal, lalu meninggalkan sang suami demi menyapa teman-temannya yang hadir di malam Pesta. Di sebuah Lobi hotel bintang lima, alunan musik klasik mengalun lembut, menciptakan suasana mewah di setiap sudut. Di tengah keramaian, Serena Thuyara berdiri anggun dengan gaun putih berlengan panjang yang menonjolkan perut bundarnya yang semakin membesar. Senyumnya mengembang saat para tamu datang menghampiri, memberikan ucapan selamat dan hadiah-hadiah indah saat pesta berlangsung. Malam ini merupakan perayaan kehamilannya yang memasuki trimester ketiga. Sebagai istri dari Pengusaha terkenal, Serena tentu bersemangat mengadakan perayaan mewah dan mengundang teman-temannya untuk datang ke pesta. "Nick!" Nicklas menghentikan langkah, saat perempuan paruh baya dengan Floral dress yang anggun mencegahnya sambil mengulurkan segelas minuman. "Minum dulu, kenapa wajahmu ditekuk seperti itu? " Nicklas mengabaikan pemberian mamanya, "Aku harus keluar" ucapnya dingin. "Temani Serena menyambut tamu, Untuk apa berdiam diri disini?" Wajah Nick mengeras, "Bukankah mama dan Serena yang paling bersemangat membuat acara malam ini? lantas, kenapa aku yang harus di repotkan?" "Pelankan suaramu, Nicklas!" "Aku sudah cukup dewasa untuk berada dibawah kendali mama, Cukup Serena, dan cukup pernikahan sialan ini. Jangan lagi campuri urusanku kedepannya!" Nicklas meninggalkan mamanya dalam kebisuan, Bergerak menjauh dari kerumunan, bermaksud untuk mencari udara segar di luar gedung. Nicklas Creed, Pria tampan itu memiliki kulit cerah dan postur atletis, dengan rambut cokelat terang yang selalu tertata rapi. Dia sering terlihat menggunakan jam tangan mewah dan setelan tailor-made yang membuatnya tampil sempurna di setiap kesempatan. Hidup yang begitu sempurna, Tak seorangpun tahu betapa tertekannya Nicklas dari obsesi orang tuanya. Dari kecil hingga remaja, bahkan saat sekarang usianya telah memasuki Dewasa, Ia masih berada dibawah kendali kedua orang tuanya. Menikah dengan wanita pilihan orang tuanya, bekerja, dan selalu mendapat tekanan. Hal itu membuat Emosinya kadang berubah tak stabil. "Kamu mau kemana, sayang?" "Aku ingin menghirup udara segar" "Tapi, sebentar lagi acaranya akan dimulai" "Kamu dan mama, Atur saja semuanya!" "CK! menyebalkan" Serena memandang kesal punggung suaminya yang mulai bergerak menjauh. Wajahnya ditekuk menahan Amarah. Di Lobi hotel, Seorang perempuan cantik baru saja keluar dari mobil hitam dengan pengawalan ketat dari beberapa bodyguard, Dress merah menyala yang membalut tubuhnya sempurna, menonjolkan lekuk pinggang dan pundak yang anggun. "Non, biar saya antar masuk kedalam" "tidak perlu!" ucap gadis itu pada pengawal pribadinya. Pria berbadan kekar dengan pakaian serba hitam tampak masih mengekor di belakangnya, "Tapi ini perintah tuan Alex, saya harus menjaga Nona sepanjang pesta" "Jangan katakan Apapun pada pria itu, maka semuanya akan baik-baik saja!" Gadis cantik itu kembali melangkah, Rambut hitamnya tergerai bergelombang, menambah aura misterius yang memikat setiap pasang mata. Ruby Ariska, dengan bibir merah merona dan mata tajam yang seolah berbicara tanpa kata, berhasil menghipnotis siapa pun yang memandangnya. Suara bisik kagum terdengar dari sudut ke sudut ruangan, namun yang paling terpaku adalah Nicklas. Pria itu menghentikan langkah di Lobi, dadanya berdebar hebat seperti kali pertama melihat sosok sempurna sepuluh tahun lalu. Matanya terpaku seolah sulit mempercayai bahwa perempuan di hadapannya adalah bayangan masa lalu yang lama hilang. Rasa rindu dan gelisah bercampur aduk, membuat jantungnya berdegup tak menentu. Ruby berjalan dengan langkah anggun, tatapannya menembus langsung ke arah Nicklas, meninggalkan gema pertanyaan yang tak terucapkan di antara mereka. Deg! Jantung Ruby berdenyut hebat saat melihat sosok berwibawa yang berdiri tak jauh darinya. Dia? Pria yang sudah lama Ia berusaha lupakan, tapi untuk apa pria itu datang ke Pesta? "Tunggu!" Jantung Ruby berdetak kencang, langkahnya semakin pelan, Namun tak kunjung berhenti. "Nona Dress merah, tolong berhenti disana!!!" Langkah Ruby terhenti ketika nada itu semakin mengeras, Saat hendak membalikkan badan..... "Akh!" Ia menjerit tertahan, Pria itu. Hampir menyentuh bibirnya dengan ganas. "N-Nicklas?" "Ikut aku!" Nicklas menarik pergelangan tangannya dengan kencang, membuat langkah Ruby terhuyung ke samping. "Lepas Nicklas!" "Jangan berteriak!" "L-lepas!" "Tidak akan" Wajah Ruby tampak panik, Tapi Ia juga tak mungkin berteriak di tempat seramai itu, "Lepas Nick!" Nicklas mengeratkan genggaman tangan dan membawa Ruby keluar dari lobi hotel, berjalan lebih lama menuju Basement bawah tanah. "Nick. Apa-apaan!" Nicklas terdiam, deru nafasnya bisa terdengar jelas bahwa Ia tengah menahan kekesalan. “Nicklas, Apa maksud ini semua?” Ruby menggigil ketika lelaki tampan di hadapannya mendekatkan wajah, Nyaris mencium bibirnya yang masih basah. “Setelah sepuluh tahun aku berusaha melupakannmu, Akhirnya kau datang juga ke hadapanku, Ruby.” Dengan gerakan secepat kilat, Nicklas berhasil membuka pintu mobil lalu mendorong tubuh Ruby yang mungil untuk masuk kedalam. Begitu juga dengan tubuh Nicklas yang segera mendarat di kursi yang sama, Brak! Suara keras saat lelaki itu menutup pintu, "Untuk apa kamu datang kesini?" Mata Ruby terpejam, Takut menguasai dirinya saat berada begitu dekat dengan Mantan kekasihnya yang dulu sangat Ia Cintai. Aroma itu, Wangi yang menjadi kesukaannya masih tetap melekat di tubuh Nicklas. "Aku datang untuk bertemu Serena" ucap Gadis itu pelan. Ada kerutan halus di Dahi Nicklas, "Serena? Ada hubungan apa kamu dan Serena?" Kepala Ruby dengan cepat menggeleng, "Tidak ada hubungan keluarga, kami hanya berteman biasa, dan beberapa kali bertemu di tempat Golf" "Kalian berteman?" Nafas Nicklas menyapu wajah Ruby yang mempesona dibalik make-up tipis yang dikenakan. "I-iya, Kami hanya berteman biasa" Nicklas kembali meraih tangan Ruby untuk di genggam. Kali ini meletakkan tangan itu di atas pangkuannya, "Ruby, Lihat aku!" Ruby menggeleng dengan mata terpejam, "Lihat aku, atau kamu tidak akan keluar dari tempat ini" ancam Nicklas dengan suara serak. wajahnya semakin mendekat, hingga Ruby bisa merasakan wajahnya tersapu oleh nafas yang hangat. secara perlahan matanya terbuka, memberanikan diri menatap mata Nicklas dari arah dekat, "Kamu kenapa bisa ada disini?" tanya Ruby pelan, Nicklas menatap Ruby lebih dalam, menyelami mata indah yang telah lama Ia rindukan, "Aku yang punya acara, Serena adalah Istriku dan kami telah menikah dua tahun lalu" Bagai dihantam badai, Perasaan Ruby mencelos ketika mendengar perkataan Nicklas "Menikah? Jadi kamu dan Serena? Kalian suami istri?" Nick mengangguk, sama sekali tak menampik statusnya saat ini yang telah menjadi seorang suami. Meski perasaannya masih terpaut pada gadis di sebelahnya. "Meski begitu, Harus aku katakan jika aku sangat merindukanmu!" Nicklas semakin mendekatkan wajah, Nafas hangatnya menyapu seluruh wajah Ruby hingga membuat gadis itu memalingkan wajah. "Nick berhenti!" Namun Nicklas tak memperdulikan itu, wajah tampannya semakin mendekat, bibir mereka nyaris menempel. “Semuanya sudah terlambat,Nicklas. Kamu sekarang suami sahabatku” “tidak ada kata terlambat, Baik dulu maupun sekarang, Kamu tetap milikku, Ruby” “N-Nicklas--Kamu” Ruby menahan dada kekar pria itu, Berusaha menjauhkan wajah terutama bibirnya dari Jangkauan Nicklas. Nafas Nicklas tertahan saat tangan lembut Ruby menyentuh dadanya yang sedikit terbuka, tangan kekarnya menarik pinggang Ruby untuk mendekat. "katakan bagaimana perasaanmu saat ini? apa semuanya masih sama seperti dulu? " "Nick lepas, aku mohon. Aku tidak ingin menyakiti Serena, ingat istrimu sedang hamil! " Tanpa memberi kesempatan menolak, Nicklas menunduk sedikit demi meraih benda kenyal yang begitu menggoda di hadapannya. Menekan bibir itu dengan kasar. Awalnya Ruby menolak dengan sekuat tenaga, tubuhnya menegang dan tangannya mencoba mendorong Nicklas, tapi kekuatan yang sudah lama terpendam itu membuatnya tak kuasa melawan. * * * Bersambung....Uap hangat memenuhi ruangan kecil itu saat Ruby berdiri di depan cermin, tubuhnya masih basah oleh air yang baru saja mengalir dari shower. Nicklas berdiri di belakangnya, tangan pria itu perlahan menyentuh tali swimsuit merah yang membalut tubuh Ruby. Dengan gerakan lembut namun penuh maksud, ia mulai melepas satu tali, kemudian tali yang lain, sambil matanya tak lepas menatap lekuk tubuh wanita di hadapannya. “Sayang, tubuhmu membuatku candu,” bisik Nicklas dengan suara serak, napasnya hangat menyentuh leher Ruby. Ruby menoleh sekilas, menahan malu sekaligus geli. “Jangan nakal!” jawabnya sambil tersenyum, mencoba mengusir rasa grogi yang tiba-tiba menyelimuti. Namun, tangan Nicklas tidak berhenti. Ia menangkup milik Ruby dengan perlahan, matanya memicing penuh perhatian. “Kamu tahu, ini... ini kesukaanku” ucapnya sambil mengerutkan kening, merasa ada sesuatu yang berbeda. "Keras sekali"Ruby menggigit bibir bawahnya, merasakan sensasi aneh bercampur sakit ketika tangan Nicklas
Ruby mengambang di kolam renang lantai atas penthouse mewahnya , air yang jernih memantulkan sinar matahari senja yang mulai meredup."Nona, silahkan dinikmati Jus Jeruknya sebelum esnya mencair" ucap pelayan pribadinya yang baru saja meletakkan minuman di atas meja kaca. Ruby berenang menyusuri kolam yang luas, Air di dalamnya menyiprat keluar saat wanita itu melempar tubuhnya dari sisi kolam. "Sebentar mbak, nanggung" ucapnya, melanjutkan aktifitas berenang. "Sebentar nona, boleh saya minta waktunya untuk bicara?" ucap pelayan pribadinya dengan wajah cemas, seolah ada suatu hal yang membuatnya Khawatir. Gerakan Ruby semakin cepat, Ia berenang ke tepian kolam dimana pelayan pribadinya itu berdiri dengan wajah tegang. "Boleh minta ambilkan handuk?"pinta Ruby yang baru saja mengangkat wajah dari dalam kolam. "Siap nona, saya akan ambilkan handuknya sekarang"Setelah menerima handuk dari tangan pelayan, Ruby melilitkan handuk itu di pinggangnya yang ramping. Menyembunyikan lekuk t
Nicklas melangkah cepat ke arah walk-in closet, suara langkahnya bergema di lorong sunyi. "S-sayang tunggu!" Serena mengikuti langkah suaminya yang lebar dengan berlari kecil. "Kita harus bicara dulu!" "Berisik!" Nicklas membentak, lalu tangannya meraih gagang pintu, "sudah aku katakan, Diam dulu!" Saat membuka pintu, matanya langsung tertuju pada serpihan botol parfum yang berserakan di lantai marmer, Pecahan kaca itu berkilauan, namun alisnya mengkerut, menandakan keraguan mulai menyelinap. "Siapa yang menjatuhkan botol itu?" “Sayang, biar aku panggilkan pelayan untuk membersihkan pecahannya, mungkin aku salah meletakkan parfum itu, terlalu di pinggir” suara Serena terdengar lembut, hampir terdengar seperti upaya untuk menenangkan Nicklas. "Jatuh sendiri, begitu?" Nicklas tampak tak peduli. Tangannya yang dipegang oleh Serena terhempas kuat, "berhenti terlihat ketakutan seperti itu, Serena! Aku tidak akan membunuhmu!" Serena mengusap tangannya kasar, hampir saja Ni
"T-tuan, anda disini?" Pelayan pribadi Serena tampak gugup, tak menyngka Nicklas langsung naik ke lantai dua dengan wajah dingin. "Dimana serena?", Pelayan itu berdiri kaku di depan pintu, seolah menghalangi langkah Nicklas untuk masuk ke kamar utama. Pelayan itu mengusap-usap tangan yang gemetar, berusaha merangkai kata dengan suara pelan, "Em, begini, Tuan... " "Minggir!" Seru Nicklas dengan mulut terkatup rapat, "Sebentar tuan, saya--" "Aku tidak butuh penjelasanmu" "Begini tuan, nyonya Serena ada di dalam." Matanya menghindar dari tatapan tajam Nicklas yang penuh tekanan. "Minggir!" desis Nicklas, suaranya dingin dan penuh tuntutan. "Maaf Tuan, saya takut, karena sepertinya nyonya sedang tidur" jawab pelayan itu akhirnya, napasnya tersengal menahan takut. Tanpa aba-aba, Nicklas menyenggol lengan pelayan itu dengan kasar, lalu melangkah masuk ke kamar. Pintu didorong dengan keras, Brak! Suaranya menggema, Serena yang sedang duduk di atas tempat tid












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.