Home / Rumah Tangga / CEO PENAKLUK CINTA / Bayangan Menghantui

Share

Bayangan Menghantui

Author: Hikma2011
last update Last Updated: 2022-06-24 13:15:11

Emil baru saja tiba di apartemennya pada pukul 3 pagi, Lee sebagai sekretarisnya tidak bisa tidur semalaman suntuk karena memikirkan bosnya yang baru pertama kali naik bus umum.

“Selamat pagi, pak!” sapa Lee yang masih memakai piyama berwarna abu-abu dengan garis putih di lengannya.

Lee memang terkadang tinggal di apartemen Emil, entah karena pekerjaan atau karena dirinya malas sendirian di apartemennya.

“Haduh, berbicara biasa saja ini bukan kantor!” seru Emil sambil membuka sepatunya.

Melihat wajah bosnya cerah dan bahagia membuat ke khawatiran Lee terhapus.

“Apakah kamu merasa senang?”

“Ya!”

“Apa yang membuat dirimu senang dengan naik bus sendirian?” tanya Lee dengan penasaran.

Emil yang saat langsung menuju ke dapur untuk membuat segelas teh hangat berusaha menjelaskan perasaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

“Ada hal baru yang saya temukan di sana! Saya minta atur jadwal setiap minggu untuk naik bus sendirian!” perintah Emil kini sudah duduk di sebelah Lee.

Ia langsung merogoh koceknya dan melihat kartu cashbee yang ia genggang dengan tangannya yang kokoh, senyum itu semakin lebar.

“Apakah kamu?…,” belum selesai Lee berucap, Emil langsung memeluk dirinya dengan erat. Lee dan Emil memang bersahabat sejak kecil membuat kedekatan mereka sudah tidak di ragukan lagi.

* * *

Sesampainya di dalam kamar apartemen Kai, Viona  langsung menggeletakan tubuh Kai di kasur miliknya dan saat melihat jam sudah menunjukan pukul 3 pagi Viona hanya bisa mendengus kesal karena tandanya ia harus menginap di apartemen Kai.

“Aihh! Apakah aku harus tidur disini? Ayah pasti akan mencariku!” gumam Viona.

Suara telepon masuk dari anak perempuannya berdering dengan kencang hingga memenuhi suara di dalam rumah, ayahnya yang saat itu sudah tertidur pulas langsung dengan cepat mengangkat telepon.

“Halo, ada apa?”

“Ayah,

Kai baru saja tiba di apartemennya. Bolehkah saya menginap di apartemen Kai malam ini?” tanya Viona meskipun sudah tahu bahwa ayahnya akan memperbolehkan dirinya menginap di apartemen Kai.

“Baik!”

Keesokan paginya Kai terlebih dahulu bangun dan kaget melihat ada Clyde sahabatnya sedang tidur di sofa ruang TVnya dengan mulut yang menganga serta suara dengkuran yang sangat kencang.

“Viona! Vio! Viona!” panggil Kai dengan nada yang tinggi.

Viona yang kelelahan tidak membuat dirinya langsung terbangun, Kai yang kebingungan karena jam sudah menunjukan pukul 7 pertanda Viona harus segera bekerja.

“YA!”

“Bangun! Sudah pagi!” ucap Kai membuat Viona langsung duduk dengan tegap dan merapihkan barang-barangnya, ia baru ingat bahwa ada pekerjaan paruh waktu yang harus ia kerjakan pada saat akhir pekan ini.

Tanpa cuci muka dan sikat gigi Viona langsung pergi begitu saja meninggalkan Kai yang sudah membuatkannya sarapan.

Viona berlari dengan kecepatan yang tinggi karena takut akan dipecat jika terlambat, karena pekerjaan paruh waktu ini baru saja ia dapatkan sekitar seminggu yang lalu.

Tidak lama kemudian bus yang ditunggu oleh Viona datang dan langsung naik duduk di bagian belakang bus, ia teringat dirinya belum memakai deodorant dan saat ketiaknnya di buka sedikit aroma tak sedap masuk melalui celah lobang hidungnya.

“Aih, sial! Karena Kai saya jadi terlambat!” gumam Viona.

 Penumpang lain yang ada di sebelahnya sepertinya sudah mulai mencium aroma tak sedap yang di keluarkan dari ketiak Viona, kepalanya seperti sedang mencari dimana sumber wangi tak sedap ini.

Sesampaianya di halte dekat kedai kopi Viona berlari lagi dengan harapan tidak terlambat.

* * *

“Saya mau naik bus lagi pagi ini,” ucap Emil  baru saja bangun dari tidurnya dan langsung bergegas merapihkan diri dengan pakaian yang casual.

Kartu cashbee yang masih ada di genggamannya menjadi kesempatan untuk dirinya bisa kesana kemari menggunakan kartu itu.

“Apa? Sepagi ini? Ini adalah akhir pekan?”

“Ya, saya ingin menghabiskan akhir pekan saya dengan naik bus!” ucap Emil dan langsung pergi keluar apartemennya.

Saat sampai di halte ia melihat perempuan dengan baju yang sama baru saja turun dari bus, Emil sempat mengucak matanya memastikan bahwa perempuan itu adalah yang ia temui semalam.

* * *

“Apakah kau membuntutiku dari tadi?”

“Hmm,,, tidak! Kebetulan….,” belum sempat Emil menjelaskan kepada  Viona ia sudah menatapnya dengan kesal karena merasa dibuntuti.

“Ya! Apakah kamu ingin meminta rugi kepada saya sehingga harus membuntuti seperti ini?”

“Mana kartu cashbee saya? Karena kamu saya harus mengeluarkan uang lagi untuk membeli kartu itu, sangat menguras pengeluaran saya bulan ini!” jelas Viona dengan tangannya yang di lipat erat-erat.

Mendengar ucapan itu Emil sangat merasa bersalah tetapi ia sangat bersyukur karena kartu ini ia bisa bertemu lagi dengan perempuan yang ia tabrak meskipun sangat menyebalkan.

“Hmmm,,,” Emul berusaha untuk menjelaskan maskud dirinya yang mengikuti Viona hingga ke kedai kopi tetapi penjelasannya seolah tidak mempunyai ruang.

Terdengar klakson mobil dari sisi sebelah kanan, mobil sport berwarna hitam yang sudah terparkir dengan rapih, terlihat laki-laki dari dalam mobil mengajak Emil untuk masuk kedalam.

“Kartu ini akan saya bawa terus sampai kamu mau untuk menemani saya berkeliling menaiki bus. Soal biaya biar saya menanggung itu semua!”

Emil langsung pergi meninggalkan Viona dengan kebingungannya, Viona menyeringitkan dahinya otaknya terus berpikir apa yang di maksud oleh CEO ini?

Tidak lama kemudian terdengar lagi suara klakson yang berasal dari sisi kanan, mobil sport berwarna pink dan kaca yang sudah terbuka lalu melambaikan tangannya untuk menyuruh masuk.

Di dalam mobil wajah Viona sangat kebingungan membuat Kai sahabatnya juga ikut bingung.

“Apa yang terjadi kepadamu?”

“Kai, apakah kamu ingat laki-laki yang menabrak saya di kantor kamu?,” tanya Viona dengan nada yang misterius.

Kai menggaruk kepalanya dirinya memang pelupa handal, apapun yang terjadi sudah pasti harus diingatkan kembali oleh siapapun.

“Oh, CEO di kantor saya? Ada apa?”

Viona bingung harus menceritakan dari mana karena jika ia menceritakan dari awal mereka berdua bertabrakan sudah pasti Kai akan sangat terkejut dan tidak percaya dengan perkataannya.

“Jadi, ternyata kartu cashbee saya yang hilang ada pada dirinya. Saya sudah bertemu dua kali olehnya dan pertemuan yang terakhir adalah dirinya mengajak saya untuk berkeliling naik bus sebagai syarat kartu saya kembali,” jelas Viona.

“Hah? Apakah kamu serius? Ini akan menjadi rumor yang tidak akan pernah terpikirkan oleh anak kantor!” ucap Kai karena mengetahui bahwa Emil CEO dari perusahaan tempatnya bekerja sangat berwibawa dan selalu menjaga reputasinya.

Di perjalanan Viona menceritakan setiap detik kejadian bersama dengan Emil dan yang membuat Kai semakin tercengang adalah ketika Viona menceritakan bahwa semalam ia bertemu dengan CEO itu saat Kai sedang mabuk berat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO PENAKLUK CINTA   Pernikahan Minggu Depan

    Viona baru saja tiba di studio masak yang di sewa oleh perusahaan milik Emil. Terlihat dari kejauhan kitchen set dengan gaya minimalis yang didominasi dengan sentuhan warna hitam dan putih, alat dapur yang mahal membuat hati Viona bergetar.“Astaga. Aku harus sesempurna mungkin untuk tampil hari ini,” gumam Viona.Kakinya melangkah lebih dalam lagi untuk melihat situasi yang ada di sana, terlihat belum begitu banyak orang yang akan menontonya hari ini.“Dengan chef Viona?”Viona menganggukan kepalanya pelan dengan penuh kebingungan.“Mari ikut saya, sebelum tampil chef di minta untuk memakai make-up terlebih dahulu.”Seorang make-up artis sudah memoleskan foundation ke wajah mungil milik Viona, dilanjutkan dengan alis serta lipstik yang sedikit mencolok tidak lupa di belakangnya ada hairstylist yang juga merapihkan rambutnya.Hampir satu jam Viona di dalam ruangan make-up membuat dirinya sudah kelelahan, beberapa kali ia menghembuskan nafasnya karena belum memasak tetapi energinya sud

  • CEO PENAKLUK CINTA   Pernikahan

    Semua mata tertuju pada sosok perempuan yang berada di sisi kanan Emil, dress berwarna putih tulang melekat dengan cantik di tubuh Viona. Telinganya dihiasi dengan anting dan jari mungilnya juga dihiasi dengan cincin berwarna perak.“Selamat malam,” sapa Emil kepada seluruh anggota keluarganya dengan menggenggam erat tangan kiri Viona.Meja makan dengan material berlapis emas dipadu padankan dengan warna burgundy membuat nuansa glamor di rumah ini semakin terasa, lampu kristal yang menjuntai tepat di tengah-tengah meja semakin mempercantik ruangan.“Mari duduk, honey,” ucap Emil, tangannya sibuk menarik bangku untuk mempersilahkan Viona duduk.Mata Viona melirik ke arah laki-laki tua yang berada di ujung meja makan, kerutan di wajahnya menandakan bahwa sedikit ada kekecewaan. Mungkin kesal karena rencana perjodohannya gagal lagi?“Perkenalkan ini Viona,” ucap Emil dengan senyuman yang lebar tanpa ada rasa canggung.Di sisi lain, ada Viona yang masih kebingungan harus bersikap seperti

  • CEO PENAKLUK CINTA   Kekasih Dadakan

    Setelah kecanggungan terjadi di dalam ruang kerjanya, Emil berusaha untuk mengembalikan suasana cair dengan membicarakan kontrak kerja karena mengingat tinggal satu hari lagi sang investor Jepang akan terbang kembali ke Jakarta untuk menemui Viona.Viona dengan gugup dan hati yang masih berdebar tidak karuan berusaha menjawab semua pertanyaan Emil dengan lantang.“Jadi apa yang akan kamu persiapkan untuk presentasi masak besok?”“Sudah siap semua, sesuai dengan arahan Bapak dan akan saya tambahkan beberapa menu untuk di presentasikan karena mengingat yang datang adalah tamu dari Jepang saya ingin memperkenalkan makanan Indonesia sebanyak mungkin,” jawab Viona padahal sebenarnya ia sama sekali belum mempersiapkan apapun termasuk makanan tambahan yang ia sebutkan tadi.Emil tersenyum bangga kepada chef sekaligus perempuan yang ia kagumi, untuk pertama kalinya ia tidak hanya sekadar senang karena proyek kerjanya lancar melainkan ada sosok lain yang membuat dirinya semakin semangat mendap

  • CEO PENAKLUK CINTA   Dua Tubuh Saling Berpelukan

    Viona sudah berada di dalam gedung megah di perusahaan SeaFood, setelah semalaman suntuk menanyakan pendapat Kai mengenai ponsel bosnya yang tertinggal di rumahnya hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengembalikan ponsel tersebut ke kantornya. Semalam, setelah Emil pergi dari rumahnya ia tidak bisa tidur dan langsung menelpon Kai menceritakan kegilaan bosnya terhadap dirinya hingga akhirnya terucap satu kata dari bibir Kai.“Mungkin ia menyukaimu?”Sepatu kanvas berwarna hijau yang sudah lusuh menginjak lantai yang terbuat dari marmer mahal dan coraknya yang indah. Mata Viona berusaha mencari di mana laki-laki yang mempunyai ponsel ini, beberapa kali dirinya di cegat oleh satpam karena melihat pakaiannya yang tidak mencerminkan bahwa ia adalah salah satu karyawan dari perusahaan ini.“Eh, apakah kamu chef yang di restoran itu?”Viona menoleh dengan cepat ketika mendengar suara laki-laki yang mengenalinya. Lee yang kala itu baru saja pulang dari rapat di luar bersama dengan client meny

  • CEO PENAKLUK CINTA   Menyusuri Malam

    Viona mengekor Emil dari belakang menuju lift meskipun hatinya tidak ingin pulang bersama dengan laki-laki ini, ia berusaha untuk menghargai tawarannya.Di dalam lift Viona berusaha untuk menjaga jarak dengan Emil ia benar-benar tidak ingin mempermalukan laki-laki ini jika mungkin saja bertemu dengan rekan kerjanya. Viona memilih berdiri di sudut lift dengan wajah yang ia tundukan, tiba-tiba saja pintu lift terbuka dan hampir 6 orang masuk secara bersamaan membuat tubuh Viona dan Emil berdekatan.Deg!Emil secara tidak sengaja memegang tangan Viona erat karena dorongan dari orang lain, lift hampir penuh dengan keringat yang semakin memunculkan buliran yang banyak Viona diam berusaha untuk tidak melakukan hal bodoh.Setelah lift berdenting mereka berdua keluar menuju lobby untuk meminta vallet membawakan mobil milik Emil. Setelah Emil menyebutkan nama, beberapa menit kemudian vallet langsung membawakan mobil milik Emil.Sebuah mobil sport berwarna hitam yang ramping dari luar saja suda

  • CEO PENAKLUK CINTA   Makan Malam Yang Indah

    Lampu kristal yang menjutai sesekali bergerak dengan pelan ketika pendingin ruangan berputar mengenai sisinya, aroma ruangan yang harum menyegarkan membuat Viona semakin merasa tidak layak berada di sini. Sesekali ia mengendus ketiaknya untuk memastikan parfum yang ia pakai masih tercium dengan segar.Matanya mencoba untuk mencari laki-laki yang mengundangnya ke sini, seorang pelayan menghampiri dirinya dengan ramah.“Selamat malam, ada yang bisa dibantu, Nona?”Seumur hidup Viona tidak pernah di perlakukan sebaik ini oleh pelayan, ia bergumam di dalah hatinya menjadi orang kaya memang selalu di pandang dan di hargai!“Table nomer 8?”Seorang pelayan laki-laki membantunya untuk mencari meja nomer 8, di tengah langkah kakinya jantungnya berdebar melihat arsitektur yang mahal dan juga tanda tangan kontrak yang akan ia lakukan malam ini.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status