Suami Dinginku Menyesal Setelah Berpisah

Suami Dinginku Menyesal Setelah Berpisah

last updateLast Updated : 2025-05-31
By:  Sinar RembulanUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
8
4 ratings. 4 reviews
55Chapters
5.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Saira Anggun Prameswari dinikahi Cakra hanya karena sang suami ingin menebus kesalahan setelah kecelakaan tragis yang merenggut nyawa nenek. Sayangnya, keluarga suaminya justru menuduhnya "mandul" tanpa tahu dia belum pernah disentuh Cakra sama sekali. Hanya saja, kedatangan mantan kekasih Cakra ke Indonesia dengan seorang anak kecil yang diklaim darah daging pria tersebut mengubah pertahanan wanita itu. Haruskah Saira tetap bertahan dalam pernikahan tanpa cinta? Atau menegaskan posisi dirinya sebagai istri sah Cakra?

View More

Chapter 1

Bab 1

“Dua tahun menikah, belum bisa hamil juga?” Ambar Wiradana menggeram saat melihat satu garis tunggal pada alat uji kehamilan di tangannya. Sesaat kemudian, benda pipih berwarna putih biru itu dilempar ke meja, memantul sekali sebelum jatuh dengan bunyi ringan.

Saira menelan ludah, menundukkan kepala seperti anak kecil yang tertangkap basah. 

“Jawab!”

“Mungkin belum waktunya, Ma,” jawabnya lirih, nyaris tak terdengar.

“Lalu kapan? Sampai kapan aku harus menunggu?” 

Saira mendongak sedikit, berusaha menata suaranya agar tetap tenang. “Saira dan Cakra sudah berusaha yang terbaik.”

“Kalau memang sudah berusaha, setidaknya sudah membuahkan hasil!”

Suara Ambar kembali menggema di ruangan. Tatapan wanita paruh baya itu penuh amarah, membuat nyali Saira ciut. 

Hasil pemeriksaan kesehatan Saira menunjukkan dirinya sehat dan subur, tapi bagaimana mungkin ada kehidupan tumbuh di rahimnya jika sang suami bahkan tak pernah menyentuhnya?

Saira ingin sekali berteriak, ingin membuka semua kenyataan pahit ini di hadapan mertuanya. Tapi untuk apa? Ambar takkan mau mendengar. Bagi wanita itu, menantu adalah sumber kesalahan.

“Aku berharap banyak sama kamu, Saira. Pendidikan tinggi, karir bagus, usia matang. Tapi apa gunanya semua itu kalau nggak bisa memberikan keturunan untuk keluarga Wiradana?”

Saira meremas jemarinya yang gemetar. Setiap kata yang terlontar dari bibir sang mertua terasa seperti batu besar yang menghantam dadanya, berat dan menyesakkan. Namun, ia menolak membiarkan air mata mengalir di hadapan wanita yang selalu memandangnya rendah.

“Kalau tahu begini, Cakra nggak perlu memaksakan pernikahan ini!” keluh Ambar seraya memijat keningnya.

“Maaf, Ma,” bisik Saira pada akhirnya.

“Maaf nggak akan membuatku punya cucu!” Ambar kembali melayangkan tatapan tajam pada Saira. Ibu mertuanya itu bangkit berdiri seraya menyambar tas jinjingnya.

“Siang ini aku akan kirimkan obat herbal. Aku harap ada perubahan ke depannya. Tapi, kalau kamu tetap nggak bisa memberikan keturunan dalam waktu dekat, jangan salahkan aku kalau meminta Cakra mencari wanita yang lebih layak!”

Suara langkah kaki Ambar menggema hingga pintu tertutup keras. Saira hanya bisa memejamkan mata, menghela napas yang terasa berat di dada.

Setelah Ambar pergi, rumah terasa lebih sunyi dari biasanya.

Saira berjalan ke tepi kolam ikan, tempat yang selalu membuatnya merasa sedikit lebih tenang. Ia duduk di bangku kayu, memandangi riak-riak kecil di permukaan air.

Namun, semakin ia mencoba memahami keadaan, semakin berat beban yang menghimpit hatinya.

"Bu Saira, kopi hangatnya," suara Bi Surti mengganggu lamunannya.

"Terima kasih, Bi," sahut Saira, menerima cangkir itu. Namun, senyumnya hilang saat rasa linu di lutut kanannya kembali menyerang.

Kecelakaan dua tahun lalu itu tidak hanya merenggut nyawa neneknya, tetapi juga meninggalkan bekas di tubuh Saira. Kaki kanannya yang pernah patah kini sering terasa linu. 

“Kaki Ibu sakit lagi?” tanya Bi Surti, khawatir. “Mau saya ambilkan balsem?”

Saira menggeleng cepat. “Nggak usah, Bi. Saya nggak apa-apa, kok. Nanti aja, saya mau kerjain ini dulu. Makasih ya.”

Bi Surti mengangguk sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya di dapur.

Hingga malam menjelang, ia masih duduk di bangku kayu sambil menyusun ulang modul praktik untuk mahasiswa yang tadi sempat ia abaikan.

“Sebentar lagi sampai.”

Suara berat itu tiba-tiba mengejutkan Saira. Ia melirik sekilas, mendapati Cakra Wiradana, suaminya, berdiri tak jauh di belakangnya. Satu tangan memegang ponsel yang menempel di telinga, sementara tangan lainnya membawa kantong kertas putih.

“Kamu tenang saja aku sudah urus semuanya,” kata Cakra dengan nada tenang di telepon.

Cakra masih berdiri di depan pintu, rambutnya tampak setengah basah, tersisir rapi ke samping. Pria itu sudah berganti pakaian kasual, tampak siap untuk pergi lagi, seperti biasanya. 

Bukan hal aneh jika Cakra sibuk dan jarang di rumah. Namun, suara Cakra yang terdengar lebih lembut dari biasanya membuat Saira sedikit tertegun. Dengan siapa Cakra berbicara?

Saira tak bisa mendengar jelas percakapan suaminya. Ia menoleh kembali, berniat memastikan apakah pria itu pergi atau belum. Tetapi, tatapannya justru bertumbuk dengan pandangan dingin dari Cakra.

Langkah kaki tegasnya mendekat hingga berdiri tepat di hadapan Saira.

Tanpa berkata banyak hal, ia langsung melempar kantong kertas ke meja. "Apa-apaan ini? Kenapa kamu minta obat ini ke Mama?"

Saira menggeleng, kebingungan. "Aku nggak pernah minta apa-apa."

"Mama bilang kamu pakai test pack, hasilnya negatif."

"Test pack itu Mama bawa sendiri," jawabnya, mencoba tetap tenang. "Aku cuma dipaksa pakai."

Cakra mendengus. "Sudah tahu hasilnya negatif, kenapa masih dicoba?"

"Karena aku nggak punya pilihan!" balas Saira, suaranya datar.

“Nggak punya pilihan atau sengaja mau memanfaatkan keadaan?” Kalimat Cakra kembali mengiris hati Saira. “Segitunya biar bisa tidur sama aku?”

Jemari wanita itu mengepal kuat di atas meja. Membayangkan Cakra tersenyum padanya saja dia tidak pernah, apalagi keinginan yang begitu intim seperti itu. 

Saira bahkan sadar diri bahwa pernikahan itu terjadi bukan karena keinginan mereka berdua. Ia dinikahi hanya sebagai bentuk tanggung jawab atas kesalahan Cakra di masa lalu.

“Aku nggak pernah memanfaatkan keadaan. Obat itu inisiatif Mama sendiri.” Saira membuang napas panjang sebelum kembali mendaratkan tubuhnya di kursi, “Wajar saja Mama curiga, kita sudah menikah dua tahun, tapi belum juga punya anak.”

“Kita sudah pernah bahas ini berkali-kali,” kata Cakra, mendekatkan wajahnya. Nada suaranya lebih rendah namun tetap tajam. “Kamu tau apa yang harus kamu lakukan, tapi masih saja pakai cara rendahan ini! Kamu ini nggak paham atau memang sengaja?”

“Cakra, demi Tuhan—”

“Jangan bawa-bawa Tuhan!” potong Cakra dengan suara dingin. Saira ingin berbicara, tetapi bibirnya hanya bergerak tanpa suara.

“Aku sudah memperingatkanmu dari awal, Saira. Urusan kita cuma sebatas hidup dalam satu rumah. Jangan pernah berharap lebih dengan pernikahan ini, apalagi soal anak!”

Setelah melontarkan kata-kata itu, Cakra berbalik tanpa menunggu tanggapan, meninggalkan Saira yang kini hanya bisa memandang punggung suaminya dengan mata berkaca-kaca.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
darila
Ceritanya menarik saira juga bukan wanita lemah good thorr
2025-01-22 14:35:57
0
user avatar
Zhen Zhen
bagus tjor ceritanya drama keluarga lg smg karakter pw nya tegas gak tertindas mlulu
2025-01-14 16:55:37
0
user avatar
Candrika Putriandewi
novelnya bagus
2025-01-14 13:37:18
0
user avatar
Suhanim Saleh
hilang dari radarkah penulis.cerita dah best,tapi selalu kena ghosting
2025-05-05 20:53:39
0
55 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status