Share

Halte Bus

Viona baru saja keluar dari klub malam karena harus membawa Kai pulang ke apartemennya. Pekerjaannya yang banyak dan tenggang waktu yang sedikit adalah alasan utama Kai mabuk hingga tidak sadarkan diri.

Dering telepon masuk ke dalam ponsel Viona, terlihat nama Kai pada layar kacanya.

“Tolong jemput aku di klub--,” pinta Kai dengan suara yang tidak jelas dan berisik membuat Viona harus menaikan suaranya hingga 3 oktaf.

Belum sempat Kai memberi informasi keberadaannya dimana, panggilan suara itu terputus membuat Viona semakin kebingungan.

“Haduh, dasar orang dewasa merepotkan!” gerutu Viona karena kesal dengan Kai yang selalu mabuk hingga tidak sadarkan diri.

“Ayah, saya keluar rumah dulu sebentar, harus menjemput Kai yang sedang mabuk berat di klub malam,” pamit Viona kepada sang ayah yang sedang menonton TV.

Dengan pakaian  seadanya Viona menaiki bus untuk mencapai klub malam, suara mobil yang menggerus jalan seolah menemani kekesalannya.

Sesampainya di klub malam asap rokok dan bau alkohol bercampur dengan sempurna membuat Viona mual dan segera ingin keluar, pencahayaan yang minim membuat matanya harus sedikit di sipitkan dan lirikannya harus kesana kemari untuk mencari sahabatnya.

Beberapa menit ia mengelilingi klub malam akhirnya terlihat Kai yang sudah menaruh kepalanya di meja bar dengan tidak berdaya dan pakaian yang sudah tidak rapih, ada hal yang membuat Viona semakin kesal  banyaknya pria yang sudah mengelilingi Kai sedang menggodanya disertai dengan tatapan yang mesum.

“Ya! Dasar laki-laki mesum, pergi dari sini!” marah Viona di tengah musik yang menggema dengan kencang.

“Akhirnya, kesayangan aku ini datang juga,” ucap Kai dengan suara telernya dan tangannya yang mengelus pipi Viona.

“Hey! Kamu ini kalau mabuk selalu menyusahkan! Ayo cepat berdiri,” ujar Viona dengan nada yang tinggi dan sambil membereskan baju dan barang-barang Kai.

Sesampainya di luar klub malam Viona teringat dirinya harus membawa Kai menggunakan transportasi umum, sialnya Kai tidak pernah menggunakan bus untuk mobilitasnnya sehingga tidak mempunyai kartu pembayaran.

“Aih, sial sekali aku malam ini. Mana bisa aku membawa mobil mewah Kai?!” gerutu Viona, akhirnya dengan terpaksa ia membawa Kai ke halte bus terdekat berharap ada supir bus yang mau membantunya.

Sesampainya di halte tidak ada satupun bus yang lewat ke arah apartemen Kai membuat Viona harus memutar otaknya. Semilir angin yang berhembus kencang membuat dirinya harus menggesekan sela-sela jarinya.

Tidak lama kemudian terlihat mobil sport berwarna hitam mengkilap berhenti di hadapan Viona. Laki-laki berawakan tinggi, gagah dan tentu saja sangat harum keluar dari mobil tersebut dengan kebingungan.

“Siapa laki-laki ini? Keluar dari mobil dengan wajah kebingungan? Apakah ia korban penculikan?” ucap Viona di dalam hatinya.

Udara dingin menjadi teman bagi mereka bertiga, Kai yang tidak sadarkan diri membuat Viona semakin tersiksa, sesekali mata Viona melirik dengan was-was pada laki-laki itu tetapi ada rasa sedikit untuk meminta bantuannya.

Hampir satu jam sudah mereka bertiga berdiam tanpa ada yang membuka obrolan, akhirnya karena mengingat waktu sudah larut malam dan Viona  besok harus bekerja membuat ia dengan terpaksa memberanikan diri menyapa terlebih dahulu laki-laki tersebut.

“Aih, apakah dia orang baik? Apakah dia ingin menaiki bus? Untuk apa dia turun dari mobil sport mahal dan memilih untuk naik bus? Apakah dia adalah simpanan tante-tante?” Lagi-lagi Viona bergumam sendiri di dalam hatinya.

Pikiran Viona melebar kemana-mana tetapi karena  keadaan mendesak ia harus memberanikan diri bertanya kepada laki-laki itu.

Ia menaruh Kai di sisi pojok halte agar dirinya tidak terjatuh dan mendapat sandaran, kaki Viona melangkah dengan pelan untuk mengamati situasi.

“Permisi, apakah kamu mempunyai kartu cashbee lebih? Saya ingin naik bus tetapi teman saya tidak mempunyai kartu itu,” tanya Viona langsung pada intinya

Laki-laki itu hanya menatap Viona dengan bingung karena ia juga baru pertama kali naik bus, laki-laki itu langsung merogoh koceknya seolah mencari kartu yang di maksud oleh perempuan yang ada di depannya.

Saat laki-laki itu merogoh koceknya ia mendapati kartu cashbee yang ada di saku kanannya dan langsung mengeluarkannya.

Saat ia menunjukan kartu itu ke arah  Viona langsung terkaget dan merasa bahwa kartu itu adalah miliknya karena ada tanda tangannya yang tertera di belakang kartu.

 Viona langsung menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya karena ini adalah kartu yang ia cari hampir seminggu yang lalu dan ternyata ada di laki-laki yang tidak ia kenal. Lalu terbesit dalam pikirannya bagaimana bisa?

“HAH? INI ADALAH KARTU SAYA YANG HILANG SEMINGGU YANG LALU!” seru Viona.

Emil yang mendengar itu langsung kaget karena ia tidak menyangka bisa bertemu dengan perempuan yang ia tabrak di lobby perusahaannya kala itu, Emil langsung membulatkan matanya karena masih merasa kesal.

“Jadi kamu adalah perempuan yang saat itu menabrak saya?” ucap Emil kini sambil menunjuk wajah Viona.

Tubuh Viona mematung bibirnya yang merah muda tidak bisa berucap, perasaan malu sekarang menguasai dirinya.

Jadi setelah hari dimana Viona bertabrakan dengan laki-laki di kantor Kai, ia  langsung bercerita kepada Kai saat memberikan berkas dan saat tangannya merogoh kocek jaketnya terlihat kartu nama Emillio Alexander yang merupakan CEO dari perusahaan tempat dimana Kai bekerja.

Viona langsung dengan cepat melirik ke arah Kai yang saat itu sedang tidak berdaya, ia memikirkan reputasi Kai di depan bosnya ini dan langsung pergi untuk menutupi dirinya.

Tidak lama kemudian bus datang dan Viona langsung melambaikan tangannya untuk memberhentikan bus itu, saat hendak menaiki bus tiba-tiba saja Emil menarik jaket Viona dengan kuat.

“Apakah kamu akan meninggalkan saya sendirian di sini?” tanya Emil dengan wajah memelasnya dan tangannya yang masih mencengkram dengan kuat jaket Viona.

Akhirnya setelah perdebatan panjang Emil dan Viona mereka sepakat untuk mengelabui supir bus dengan Kai yang naik dengan membungkukan badannya di tutupi denga tubuh Emil yang tinggi serta Viona yang sibuk mengetap kartu pembayaran.

Sepanjang bus menggerus jalanan, kecanggungan semakin terjadi antara mereka berdua. Viona yang masih takut jika laki-laki itu menyadari bahwa perempuan yang sedang mabuk itu adalah karyawannya dan Emil yang masih kebingungan harus bersikap seperti apa.

Tanpa sadar Viona menghembuskan nafasnya, tak pernah terpikir olehnya akan bertemu laki-laki itu lagi, apalagi di situasi yang seperti ini. Bagaimana seorang CEO perusahaan makanan  SeaFood yang merupakan terbesar nomer 2 di Indonesia bisa naik bus di kala malam hari seperti ini?

Setelah menelan ludah beberapa kali Viona menenangkan dirinya sambil terus menenangkan Kai yang sedari tadi terus meracau.

Hamparan bintang di langit menemani perjalanannya, hanya satu doa Viona malam itu semoga ia tidak akan bertemu dengan CEO itu lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status