Home / Romansa / CINTA TERSEMBUNYI TUAN TANAH / GAIRAH YANG TIDAK DI INGINKAN

Share

GAIRAH YANG TIDAK DI INGINKAN

Author: Pizza
last update Last Updated: 2024-04-15 15:21:10

Acara pemberkatan telah selesai,citra terlihat kebingungan untuk memutuskan apa yang harus di pakainya saat ini.Hanya mengenakan pakaian dalamnya yang berenda,satu satunya penyokong yang bisa ia temukan untuk di kenakan di balik gaun berbahan tipis jelas tidak mungkin.Begitu juga dengan gaun malam yang terlalu terbuka yang menurut citra di hadiahkan padanya dari bu ida yang tersenyum senang penuh arti padanya.

Tetapi jika ia hanya mengenakan kaos putih lusuh favoritnya,Anggara mungkin akan berfikir ia sengaja mencoba memancing pertengkaran,mengingkari Anggara maupun peraturan yang secara jelas di nyatakan dalam perjanjian mereka bukanlah ide yang bagus.Citra tidak ragu Anggara cukup kejam hingga akan membatalkan keseluruhan kesepakatan jika citra tidak menjalankan kewajibannya.

Karena itulah ia masih berdiri di depan lemari pakaian sambil mempertimbangkan ratusan kali apa yang akan di kenakannya malam ini untuk beristirahat.

Akhirnya, citra sama sekali tidak siap ketika mendengar suara yang berasal dari pintu penghubung antara kamarnya dan kamar tidur utama terbuka.

Dengan jantung berdebar kencang ia dengan cepat mengenakan jubahnya untuk menutup tubuhnya,kemudian ia berbalik untuk menatap pria itu ."aku kira kamu masih di lantai bawah."

Manset kemeja anggara sudah di buka dan di gulung sehingga lengannya yang berwarna coklat karena terbakar matahari terlihat jelas.sekarang anggara membuka dua kancing teratas kemeja putihnya."kurasa urusanku dengan david dapat menunggu."

"Oh..."citra mengangkat tangan ke rambut dan kemudian menjatuhkannya lagi,tidak yakin harus melakukan apa....pengetahuan dan pengalamannya belum terlalu luas.

"aku belum siap."

Senyum anggara sangat perlahan,sensual,dan menyenangkan.

"aku akan mengatasinya."

Wajah citra merona walaupun ia telah melatih diri untuk lebih kalem dan berpikir logis mengenai hal ini.Tapi ia belum mempertimbangkan besarnya pengaruh Anggara Dobson .Dan malam ini,pria itu memfokuskan diri hanya untuknya.

Napas citra mulai memburu dan ia mendapati pandangannya tidak terfokus sehingga dirinya kesulitan untuk mengendalikan matanya...pandangannya terpaku hingga satu satunya hal yang dapat di lihatnya hanyalah suaminya itu.Anggara merangkul pinggang anin,dan senyuman itu berubah menjadi ekspresi yang lebih gelap,lebih sensual.Tubuh citra merespons perubahan itu,tubuhnya memanas dan seakan luluh,membuat pandangan citra mendadak jelas.

citra mengangkat tangan dan dan meletakkannya di dada Anggara,entah bagaimana berharap gerakan itu bisa menjauhkan Anggara dari tubuhnya,citra menyadari kesalahannya dengan segera...tangan citra yang kecil dan lemah itu takkan sanggup menahan tubuh anggara yang telah memuncak,tidak ketika tubuhnya sendiri tanpa sadar mengharapkan juga hal ini.Dan begitu panas tubuh anggara menjalarinya melalui kemeja katun halus,cutra mendapati dirinya begitu merepons tindakan anggara yang begitu candu tersebut.

Dengan satu tangan lain masih di pinggang ,anggara mulai menarik jepit rambut citra dengan tangan satunya."aku suka rambut lembutmu,citra."ucap anggara lembut di telinga citra.

"Lama kelamaan rambutku menjadi semakin panjang."citra tidak tahu kenapa ia berkomentar konyol seperti itu.Seolah anggara peduli dengan ukuran rambutnya sampai harus memperhatikan panjang rambutnya.Bahkan setelah lebih panjang,citra masih menganggap rambutnya sebagai salah satu daya tariknya...dan anggara menyukai hal itu.Hal itu seharusnya tidak berarti,tetapi ternyata memang berarti.

"Hmmmm...." Anggara terus mengurai rambut citra dengan jarinya,menjatuhkan jepitnya ke lantai.

"Aku tidak ingin kamu memotongnya."

Citra mengeluarkan suara yang menunjukkan ketidaksetujuan,dan Anggara tersenyum,ada binar di matanya.

"kamu tidak akan memotongnya hanya untuk membuatku kesal kan?"

Pikiran kekanak kanakan itu,sesungguhnya ,terlintas dalam benaknya satu detik sebelumnya,tetapi citra tidak akan mengakuinya.Terutama ketika ia juga tidak memahaminya...hanya saja rasanya keliru jika ia menikmati momen apapun pada pernikahan terpaksa ini,yang sebenarnya merupakan hanya sebuah transaksi tanpa perasaan.

"Apakah masih ada jepit di rambutmu?"

Anggara mengusapkan kedua tangan sepanjang ikal rambut citra.

"Sepertinya sudah tidak ada."kalimat yang terdengar sangat biasa,tetapi jemari anggara membelai belakang tengkuk citra,menggoda titik yang sangat sensitif itu.

citra ingin mendesah dan memohon lebih.

"Apa yang sedang ku kupikirkan?" paniknya karena ketidakmampuannya untuk melawan serangan gairah pria ini justru memunculkan keberanian citra.

"Sepertinya kamu tidak perlu berlama lama melakukan hal ini.Mari kita menyelesaikannya secepat mungkin."itu usaha yang sangat keras untuk membuat Anggara marah.Anggara yang sedang marah akan jauh lebih mudah di hadapi daripada pria yang sangat bergairah dan mampu menyalakan sesuatu dalam diri Citra yang seharusnya tidak merespon tindakan Pria di hadapannya itu.

Tetapi reaksi Anggara hanyalah menggeleng.

"oh,tidak Citra.kamu tidak akan mengurangi arti malam ini menjadi ledakan gairah tanpa arti."

Rasa malu menerpa Citra.Tetapi Anggara belum selesai.

"aku akan membuatmu bahagia malam ini,istriku tercinta.itu tugasku sebagai suamimu."

Citra yakin Anggara tidak bersungguh sungguh dan hanya mengejeknya.

"Berhentilah bercanda."

Dengan gerakan cepat sehingga Citra tidak memiliki kesempatan untuk melangkah mundur,Anggara menangkup wajah Citra dengan kedua tangannya,"Aku sangat serius.Aku ingin istriku menjeritkan namaku."

Kulit Citra menegang saat melihat keteguhan dalam bola mata hitam Anggara.Ia tidak dapat merespon ketika Anggara membawanya ke kamar tidur utama dan menurunkannya di tempat tidur.Gairah panas mulai terpecik.

Terperangkap dalam gelora,Citra tidak ingin menurunkan lengannya dari leher Anggara ketika pria itu mendekap dan mulai menurunkan resletingnya,perlahan dan hati hati.Setiap saraf dalam tubuh Citra telah menegang sampai batas....kenikmatan itu nyaris membuat sarafnya meledak.Sambil menarik nafas keras,Citra memejamkan mata ,berusaha mengembalikan keseimbangannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CINTA TERSEMBUNYI TUAN TANAH   ANGGARA MENGETAHUI KABAR KEHAMILAN

    "Maksudmu, ini bukan pertama kalinya?" seru Anggara dengan wajah panik, membuka ponsel untuk menghubungi dokter Mila dan gusar karena selama ini tidak diberitahu. "Kenapa kamu tidak cerita padaku?""Oh, pergilah dan jangan ribut, Anggara," erang Citra sambil mendekati wastafel untuk mencuci wajah sehabis muntah-muntah yang tadi membuatnya melompat dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi. Saat ini, ia betul-betul tak butuh penonton. "Ini hanya gangguan perut biasa... mungkin karena menu makananku berubah. Aku terlalu banyak makan makanan pedas."ujar Citra yang terus menahan rasa mualnya"Aku akan mempekerjakan koki baru jika begini akibatnya. Sudah berapa kali ini terjadi?" desak Anggara, bicara cepat dalam bahasa inggris kepada seorang pelayan yang berdiri di dekat mereka. Kemudian, ia mengangguk dan mengatupkan bibir sensualnya saat mendengar jawaban yang membenarkan kecurigaan terburuknya. Wajah tampannya berubah suram mengiringi suasana hatinya. "Kamu harus kembali ke tem

  • CINTA TERSEMBUNYI TUAN TANAH   HATI DEMI HATI

    Anggara masuk ke kamar setelah larut malam dan berbaring di sisi tempat tidurnya sementara Citra berpura-pura terlelap. Ia malu atas kenyataan yang Anggara sodorkan ke hadapannya dan amat menyesali pilihannya sekarang. Pagi hari saat ia terjaga, Anggara sudah pergi, dan itulah awal dari tiga minggu yang amat sepi ketika Citra jarang sekali melihatnya. Anggara makan pagi sebelum Citra turun dari tempat tidur, yang justru membuat wanita itu lega karena pada minggu ketiga ia merasa perutnya tidak nyaman, yang ia duga akibat kehamilan yang masih ia sembunyikan. Ia terkadang mual pada pagi hari, bahkan muntah beberapa kali, tetapi kemudian baik-baik saja saat siang dan malam.Tanpa menyadari penderitaan Citra pada pagi hari, Anggara kerap muncul saat makan siang, mengajaknya berbincang dengan amat sopan, tetapi Citra hanya menerima tanggapan dingin. Anggara kembali pada kebiasaannya makan malam bersama Citra. Dan suatu pagi, pria itu mengumumkan sekilas akan terbang ke Singapura untuk men

  • CINTA TERSEMBUNYI TUAN TANAH   ANCAMAN ANDI

    Citra masih tersenyum-senyum sendiri saat kembali masuk ke tempat tidurnya. Ia tidak sabar memberitahu kepada Anggara tentang kabar bahagia ini. Dengan tatapan penuh harap ia mengeluarkan ponsel dan membaca pesan masuk pada ponselnya.Pesan itu dari Andi. AKU KEHABISAN UANG. BUTUH UANG 500 JUTA. Citra membaca pesan itu dengan mata membelalak kecewa serta mulut mengatup. Ada apa dengan Andi?Ia betul-betul tidak tahu malu. Ia bergegas mengetik pesan balasan. AKU TIDAK AKAN MEMBERIMU UANG UANG SEBANYAK ITU. DIA HARUS MEMBERIKU UANG JIKA TIDAK INGIN FOTO FOTONYA BERSAMA GADIS GADIS DI SURABAYA TEREKSPOS KE MEDIA. Dengan perasaan terpukul bercampur ngeri, Citra duduk tertegun sambil menatap layar ponsel. Mereka telah tiba di pusat kota saat akhirnya ia bisa menenangkan perasaan yang campur aduk. Ia mengangkat telepon untuk bicara dengan Lilir yang duduk di samping sopir. "Aku ingin pulang ke rumah. Aku terlalu capek untuk belanja sore ini," ujarnya. Gadis-gadis? Di Surabaya? Perutnya

  • CINTA TERSEMBUNYI TUAN TANAH   KEHAMILAN

    Selama beberapa hari ini Laurel lebih terbuka dibandingkan yang terjadi selama pernikahan mereka, namun Anggara tidak akan tertipu. Ketika Citra merasa terancam, dia menutup diri. Itulah cara wanita itu melindungi dirinya sendiri. Di sini, Anggarq tidak bersedia membiarkan Citra bersembunyi tapi ia cukup realistis untuk tahu bahwa ketika mereka kembali ke dunia sibuk tempat mereka tinggal, segalanya akan berubah. "Seminggu," janjinya di bibir Citra, "kita akan kembali selama seminggu. Dan kita akan bersama-sama pada awal dan akhir setiap hari. Sarapan setiap pagi dan makan malam setiap malam. Sendang tidak jauh dari Brakseng. Aku takkan pergi lama. Aku berjanji." Citra mengawasi saat Anggara mengirimkan e-mail dengan satu tangan sambil mengikat simpul dasi sutranya dengan tangan yang satu lagi. Secangkir kopi dingin tergeletak tak tersentuh di meja karena ia tak sempat meminumnya. Sejak mereka tiba kembali di Brakseng, rumah yang dimiliki keluarga Anggara selama beberapa generasi,A

  • CINTA TERSEMBUNYI TUAN TANAH   SALING MEMAHAMI

    Anggara mendekatkan wajahnya menatap wajah Citra,Matanya menyipit . "Kamu tak mau aku melakukannya?" Citra bisa saja berbohong. Ia bisa saja membiarkan hubungan mereka berjalan tanpa memberitahu Anggara hal sebenarnya, tapi mereka sudah menghadapi cukup banyak hambatan dalam pernikahan mereka tanpa ia menciptakan hambatan baru. "Tidak." Citra menggeleng perlahan, tahu bahwa apa yang akan ia katakan bisa menghancurkan masa depan mereka. "Tidak, aku tidak mau. Ada sesuatu yang belum kuberitahukan padamu. Sesuatu yang belum kukatakan dengan sejujurnya." Anggara terdiam, wajahnya dibayangi cahaya yang semakin temaram. "Katakanlah." Bagaimana Citra bisa menjelaskannya? Dari mana ia memulainya? "Kehilangan bayi kita adalah hal terburuk yang pernah kualami. Ketika merasakan rasa sakit pertama itu aku berpikir, Jangan, tolonglah, jangan sampai ini terjadi. Aku panik. Tak ada, benar-benar tak ada, yang paling kuinginkan di dunia ini seperti aku menginginkan anak kita." Mata Citra basah k

  • CINTA TERSEMBUNYI TUAN TANAH   KEJUTAN

    Citra sangat gemetar sehingga tak yakin kedua kakinya mampu menopang tubuh. "Kupikir aku tak boleh melihat rumah." "Tidak lagi. Aku punya kejutan untukmu. Hadiah." Saat mereka menuruni tangga taman itu, Anggara memegang tangan Citra dengan erat dan mengernyit. "Tanganmu dingin. Apa kamu baik-baik saja?" "Aku tak apa-apa." Citra ingin memberitahu Anggara bahwa ia tak membutuhkan hadiah-hadiah besar dari pria itu, bahwa hadiah-hadiah bukanlah alasan ia bersama Anggara. Tapi satu-satunya yang bisa ia pikiran adalah kenyataan bahwa Anggara akan membuat janji untuk menemui dokter padahal itulah hal terakhir yang ia inginkan.Anggara memperpanjang langkah-langkahnya. "Aku tak sabar menunggumu melihatnya." "Dokter itu?" Anggara melirik lembut. "Aku sedang membicarakan hadiahku untukmu." "Oh. Aku yakin aku akan menyukainya," ucap Citra parau, tahu ia harus mengatakan yang sebenarnya pada Anggara.Mereka tiba kembali di rumah dan Anggata segera melangkah menuju ruang kerja, salah sat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status