Share

BAB 2

Author: Ede Thaurus
last update Last Updated: 2024-04-03 19:55:58

Ethan menatap Emma dengan wajah tidak percaya. Ternyata bantuan yang diminta Emma sama sekali tidak sama dengan dugaan Ethan. Emma menatap balik Ethan dengan panik. Dia benar-benar putus asa.

"Kalau kau tidak percaya itu urusanmu! Yang pasti Ethan adalah kekasihku!" seru Emma cepat.

Dia khawatir Ethan akan menceritakan yang sebenarnya bila membuka mulut.

"Tapi kalau dilihat-lihat kalian memang tampak serasi. Penampilan kalian sama-sama berantakan," ucap Oliver dengan sinis. 

Emma menghela napas dalam, dia benar-benar tidak menyangka pernah menjalin hubungan dengan pria sebrengsek Oliver.

"Oliver, apa kau tidak bisa berkaca? Kau memang memakai pakaian rapi dan kekasihku tidak. Tapi wajah dan tubuhmu sama sekali tidak sebanding dengannya! Mungkin kalau kau melakukan operasi plastik 5 atau 6 kali baru bisa menyamai ketampanan kekasihku!" seru Emma dengan senyum mengejek. 

Keberadaan Ethan tiba-tiba membangkitkan keberanian Emma untuk membalas Oliver. Sebelumnya dia menahan semua hinaan Oliver karena perasaan sayangnya yang tulus kepada pria itu. Tapi kali ini, untuk pertama kali Emma menganggap Oliver sebagai sampah.

Mata Oliver membesar dan pipinya memerah, dia memajukan bibirnya karena kesal. Jessica juga tampak marah setelah mendengar kata-kata Emma.

"Emma, kau sangat keterlaluan! Bagaimana kau bisa membandingkan Oliver dengan kekasihmu itu? Apa kau pikir ketampanannya bisa memberimu makan? Melihat penampilannya, kehidupannya pasti tidak jauh berbeda denganmu. Sama-sama miskin!" seru Jessica sambil membelai punggung Oliver untuk menenangkan pria itu.

"Aku tidak peduli. Memandangi wajah tampannya setiap hari pun bisa membuatku kenyang," balas Emma semakin tidak terkendali. 

Satu-satunya yang ada di pikiran Emma hanyalah membalas kedua orang yang paling dia benci ini dengan kata-kata yang menyakitkan. Sementara Ethan hanya berdiri sambil melipat kedua tangannya. Dia menikmati pertunjukkan yang ada di hadapannya sambil mengangguk-anggukkan kepala dengan bangga.

"Emma, kau-"

"Kenapa? Apa kau tahu setelah bertemu Ethan aku baru menyadari betapa tahun-tahun kehidupan masa mudaku bersama Oliver sangat sia-sia. Sayangnya saat itu di Calamba aku tidak punya pilihan!" serang Emma, membalikkan kata-kata Oliver.

"Emma, aku akan mengadukan semua ini kepada ayahku. Kau lihat saja, kau tidak akan lagi menerima sepeser bantuanpun dari dia! Kau pasti akan mati di jalanan!" teriak Jessica yang tidak dapat lagi mengendalikan amarahnya.

"Silakan! Dan tolong sampaikan juga kepada paman. Kalau dulu kau bercumbu dengan Oliver, saat pria tidak berguna ini masih menjadi kekasihku!" seru Emma lalu menarik tangan Ethan dan pergi meninggalkan Jessica dan Oliver.

Emma terus berjalan, dia hanya ingin pergi sejauh mungkin dari kedua orang itu. Sambil berjalan Emma mulai terisak, air mata mulai turun ke pipinya. Tapi Emma tidak menyekanya, dia tidak ingin Oliver dan Jessica melihatnya. Dia terus berjalan, semakin lama semakin cepat dan semakin jauh.

"Kau mau berjalan sampai kemana? Mereka sudah tidak kelihatan lagi," ucap Ethan tiba-tiba.

Emma terkejut karena tidak menyadari kalau Ethan masih disisinya.

"Kenapa kau terus mengikutiku?" tanya Emma kaget.

"Aku tidak mengikutimu. Kau yang terus menarikku," jawab Ethan sambil menunjukkan tangannya yang masih digenggam Emma.

Emma segera melepaskan tangan Ethan dan menyeka air matanya. Dia sangat malu karena Ethan melihatnya menangis.

"Maafkan aku. Terima kasih banyak sudah membantuku. Aku sudah berjanji akan melakukan apapun yang kau minta. Katakan apa yang kau inginkan?" tanya Emma dengan tubuh lunglai.

"Aku tidak menginginkan apa-apa. Lagipula tadi aku hanya berdiri di sampingmu tanpa melakukan apapun," jawab Ethan sambil membalikkan tubuhnya lalu meninggalkan Emma.

***

Emma tiba di apartemen sederhana milik sahabatnya yang sudah terlebih dahulu pindah ke ibukota enam bulan yang lalu.

Setelah kematian ibunya, Emma merasa kehilangan harapan. Alice, sahabatnya sejak kecil memberinya semangat untuk pindah ke ibukota bersamanya, hingga dua minggu yang lalu Emma memutuskan untuk mengikuti saran sahabatnya itu. Alice mengizinkan Emma tinggal bersamanya sampai dia mendapatkan pekerjaan dan sanggup menyewa apartemennya sendiri.

Emma yang tadinya menyangka Alice sangat sukses hingga bisa menyewa sebuah apartemen, terkejut begitu tiba dan masuk ke dalam gedung apartemen tua yang tidak terawat ini. Kamarnya hanya satu dengan dapur dan ruang tamu sempit. Emma terpaksa tidur di sofa ruang tamu karena tempat tidur Alice hanya cukup untuk satu orang.

Emma berpikir Alice akan membantunya mencari pekerjaan. Namun Alice sama sekali tidak punya waktu untuk melakukannya. Dia harus bekerja paruh waktu di dua tempat agar bisa membiayai hidupnya. Dia hanya membantu Emma dengan menunjukkan warung internet yang bisa Emma gunakan untuk mengetik lamarannya, dan menunjukkan jalan pulang dan pergi dari pusat perkantoran ke apartemennya.

"Kau ada di rumah? Aku pikir kau sudah berangkat bekerja," sapa Emma ketika melihat Alice yang baru keluar dari kamarnya.

"Aku hanya pulang sebentar untuk mengambil sesuatu. Bagaimana hari ini?" tanya Alice sambil membereskan beberapa barangnya.

"Aku bertemu Oliver dan Jessica."

"Apa? Tidak mungkin! Di kota sebesar ini kau bisa bertemu mereka? Aku rasa kau benar-benar sial. Kita harus melakukan sesuatu untuk membuang kesialanmu!" seru Alice sambil menggelengkan kepalanya dengan keras.

"Entahlah. Aku rasa sebaiknya aku pulang saja dan kembali ke Calamba. Kota ini tidak cocok untukku," keluh Emma putus asa.

"Apa kau sudah gila? Kau sudah sampai di ibukota, bagaimana kau bisa kembali tanpa hasil? Pulanglah kalau kau sudah sukses, supaya tidak ada yang mengejekmu." 

"Aku lebih suka diejek," jawab Emma pelan.

Dia menundukkan kepala mencoba menahan airmatanya. Saat ini dia merasa diejek oleh orang-orang di rumahnya lebih baik daripada bertemu dengan kedua manusia yang paling dibencinya.

"Dengar! Salah satu pramusaji di restoran tempatku bekerja berhenti hari ini. Apakah kau mau mencoba melamar untuk menggantikannya?"

Emma mengangkat kepalanya. Dia adalah lulusan terbaik jurusan desain dari universitasnya. Dia juga mengikuti banyak kursus dan memiliki banyak keahlian. Dia sedang magang di kantor periklanan terbesar dan satu-satunya di kota Calamba sebelum akhirnya memutuskan untuk berangkat ke sini.

Kalau saja dia tetap tinggal di Calamba dia sudah pasti bisa bekerja di kantor tempatnya magang atau membuka usahanya sendiri. Tapi disinilah dia sekarang, mengadu nasib di kota besar yang sama sekali tidak memberikannya kesempatan.

"Aku akan memikirkannya. Meskipun saat ini, rasanya lebih baik bekerja sebagai pramusaji daripada berdiam di rumah ini," jawab Emma pasrah.

"Tenang saja. Ini hanya pekerjaan paruh waktu dan kau hanya perlu bekerja di malam hari. Pagi harinya kau masih bisa mencari pekerjaan yang sesuai dengan keinginanmu," ucap Alice mencoba menghibur sahabatnya itu.

"Baiklah, aku pergi bekerja dulu. Sepulang kerja nanti kita bicara lagi."

Emma mengangguk sambil berdiri dan mengantarkan Alice keluar lalu mengunci pintu. Dia baru saja melemparkan tubuhnya ke atas sofa tua tempatnya tidur ketika telepon genggamnya berbunyi. Emma terkejut melihat nama yang muncul di layar teleponnya.

"Paman."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CINTA YANG BERAWAL DARI KEBOHONGAN   BAB 120

    Emma kembali ke rumah sakit saat malam. Dia benar, keadaan sekarang sudah sepi jadi Emma bisa dengan leluasa menemui Ethan. Dia masuk ke dalam kamar Ethan dan sangat bahagia begitu melihat Ethan yang sedang duduk sambil bersandar tersenyum padanya."Apa kau benar baik-baik saja?" tanya Emma sambil berlari ke arah Ethan."Aku baik-baik saja, tapi aku merindukanmu. Mengapa kau baru datang sekarang?""Tadi banyak sekali orang yang ingin menemuimu. Karena itu aku menunggu mereka pulang, agar bisa berduaan denganmu," jawab Emma sambil tersenyum menggoda.Emma melihat sekelilingnya."Mengapa kau sendirian? Apa tidak ada orang yang menjagamu di sini?" "Aku akan pindah malam ini, Tony sedang mengurusnya dan kedua orangtuaku menunggu di rumah sakit Atlantis.""Malam ini?" tanya Emma terkejut."Ya, kau cukup beruntung karena masih sempat bertemu denganku," goda Ethan.Tidak lama kemudian Tony masuk bersama rombongan paramedis. Mereka memindahkan Ethan ke kursi roda dan membawanya."Tuan Tony,

  • CINTA YANG BERAWAL DARI KEBOHONGAN   BAB 119

    "Keluarga pasien Ethan," panggil perawat dari pintu masuk UGD.Emma segera berdiri dan mendekati perawat, karena kedua orangtua Ethan belum datang. Hazel sudah pulang duluan agar dapat mengistirahatkan kakinya dan Tony sedang menghubungi rumah sakit milik Atlantis meminta mereka untuk mengurus kepindahan Ethan kesana."Ya, saya," jawab Emma."Ada beberapa tindakan yang harus kami lakukan namun membutuhkan izin dari dari keluarga. Apakah anda istrinya?" tanya sang perawat.Emma menggelengkan kepala."Adiknya?"Emma kembali menggeleng."Sepupu? Ibu? Tante?" tanya perawat lagi.Emma terus menggeleng sambil menangis."Kalau begitu anda tidak bisa menandatangani surat ini. Saya mohon, tolong hubungi keluarganya dan minta mereka datang untuk menandatanganinya, kami akan menunggu," ucap sang perawat kepada Emma.Emma benar-benar putus asa dia sedang berbalik ketika melihat ayah dan ibu Ethan berlari ke arahnya."Itu! Itu ayah dan ibunya!" seru Emma senang.Jonathan dan Vivi segera mendekati

  • CINTA YANG BERAWAL DARI KEBOHONGAN   BAB 118

    [Aku harus kembali ke ibukota karena ada hal mendesak yang harus aku kerjakan. Aku sudah meminta Tony untuk mengurus kalian berdua.]Emma membaca pesan yang dikirimkan Ethan kepadanya. Dia bisa merasakan ada yang berubah dari cara Ethan bicara dengannya meski hanya melalui pesan. Meski berusaha tetap memberikan perhatiannya, tapi seperti ada jarak yang diciptakan oleh pria itu."Ada apa?" tanya Hazel melihat perubahan wajah Emma."Ethan pulang duluan ke ibukota, karena ada pekerjaan mendesak," jawab Emma berpura-pura baik-baik saja."Apa benar karena pekerjaan, atau dia menghindarimu karena kejadian semalam?""Tidak mungkin. Kami bicara baik-baik dan dia sangat bisa menerima penjelasanku. Aku yakin dia benar-benar bekerja," jawab Emma yang sebenarnya juga tidak yakin.Sebenarnya Emma ingin tetap berada di Calamba dan berencana membiarkan Tony dan Hazel pulang berdua saja. Namun Hazel mengancam tidak akan ke rumah sakit kalau bukan Emma yang menemaninya. Gadis itu sangat takut disuntik

  • CINTA YANG BERAWAL DARI KEBOHONGAN   BAB 117

    Ethan berdiri mematung dengan tangan yang masih menggenggam sebuah cincin berlian di dalam kantongnya."Apa maksudmu?" tanya Ethan bingung dan berusaha keras mencerna maksud perkataan Emma."Mengapa kau tidak mau menikah denganku? Apa kau tidak mencintaiku?" lanjut Ethan mulai sedikit kecewa.Emma menghela napas dalam sambil menatap Ethan sungguh-sungguh."Aku sangat mencintaimu dan kau tahu itu. Tapi ... pernikahan adalah hal lain, dan aku belum siap untuk menjalaninya," jawab Emma sambil berdiri hingga berhadapan dengan Ethan."Apa kau ragu kepadaku? Kau takut tidak akan bahagia bila menikah denganku?""Ethan, ini sama sekali tidak seperti yang kau duga. Bukannya aku tidak percaya kepadamu, aku hanya belum siap menjalani pernikahan," jawab Emma hampir putus asa karena melihat wajah kecewa Ethan."Bagaimana kalau aku memberimu pilihan menikah atau kita putus?" tanya Ethan dengan wajah serius.Emma menatap Ethan dengan tatapan tidak percaya, lalu kembali duduk. Dia tidak menyangka Eth

  • CINTA YANG BERAWAL DARI KEBOHONGAN   BAB 116

    Tony berdiri mematung begitu pintu dibanting oleh Hazel."Apa? Apa yang sudah aku lakukan?" gumamnya pelan. Dia meremas rambutnya dengan keras, karena menyesali kebodohannya. Dia sangat menyukai Hazel, bahkan dia jatuh cinta pada pandangan pertama kepada gadis itu.Dia mencari tahu semua tentang Hazel dan itu membuatnya semakin menyukai gadis itu. Tapi dia juga sadar akan kedudukannya dan merasa tidak percaya diri mendekati Hazel.Pada saat Hazel mengatakan kalau dia menyukai Tony, pria itu hampir pingsan. Dia tidak menyangka kalau Hazel juga akan menyukainya. Tapi sistem pertahanan diri yang dia miliki, membuatnya mengeluarkan reaksi yang bertolak belakang dengan yang dia rasakan.Kini, dia mengulanginya lagi. Dia kembali mengatakan hal yang tidak dia maksud karena ketakutan. "Aku harus bagaimana sekarang?" Tony menghela napas dalam dengan penuh penyesalan, lalu tiba-tiba teringat kalau Emma dan Ethan belum kembali, jadi Hazel pasti tidak punya tempat menginap. Tony segera keluar

  • CINTA YANG BERAWAL DARI KEBOHONGAN   BAB 115

    Tony menatap Hazel yang berlari begitu cepat. Dia tidak mengerti mengapa Hazel tiba-tiba mengamuk dan meninggalkannya. Setelah beberapa saat, Tony menyadari gadis itu berlari tanpa tujuan dan dia pasti akan tersesat.Tony segera mengejar Hazel, tapi dia sudah menghilang. Tony mulai merasa khawatir dan mencari Hazel dengan panik. Tiba-tiba dia mendengar suara minta tolong dan segera berlari ke arah suara itu. Tony terkejut ketika melihat Hazel duduk di tanah sambil menangis."Nona Hazel, anda tidak apa-apa?" tanya Tony khawatir dan langsung berjongkok mendekati Hazel.Hazel yang ketakutan dan kesakitan langsung memeluk Tony dan menangis dengan kuat."Ayo, kita kembali ke penginapan," ajak Tony sambil melepaskan dekapan Hazel yang masih menangis."Kakiku sakit, aku tidak bisa berdiri," jawab Hazel sambil menangis.Tony kembali berjongkok."Letakkan tangan anda di leher saya," perintah Tony lalu langsung mengangkat tubuh Hazel seperti mengangkat seorang bayi.Hazel begitu terkejut hingga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status