Share

BAB 3

Penulis: Ede Thaurus
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-04 09:29:20

"Halo," sapa Emma pelan.

"Emma, Jessica bilang dia bertemu denganmu di depan kantornya. Mengapa tidak memberitahu paman kalau kau datang ke kota?" tanya Mike Palaru, paman Emma.

Pria paruh baya itu adalah adik dari ibu Emma. Tapi Emma tidak pernah menyukainya. Meskipun dia banyak membantu Emma dan ibunya, tapi sikap genit pria tua itu selalu membuat Emma merasa tidak nyaman. 

"Aku tidak mau merepotkan paman," jawab Emma berbohong.

Emma tidak menyangka Jessica mengadu begitu cepat. Tapi mendengar nada suara pamannya, sepertinya Jessica belum mengadukan pertengkaran mereka tadi.

"Apa maksudmu merepotkan? Kau tinggal dimana? Biar paman jemput. Tinggallah bersama kami!" perintah sang paman bersemangat.

"Tidak usah paman. Aku tinggal bersama seorang temanku dari Calamba. Kami sudah berjanji untuk terus bersama, aku tidak mau membuatnya kecewa," sahut Emma kembali berbohong.

Tinggal bersama paman, bibinya dan Jessica adalah hal terakhir yang dia inginkan. Lebih baik dia hidup di jalanan daripada tinggal bersama mereka. Jenice, adik Jessica,  adalah satu-satunya orang yang disukai Emma di keluarga itu, tapi sayangnya Jenice tidak memiliki kekuatan apapun di rumah itu.

"Baiklah, lalu apa kegiatanmu? Kalau kau tidak melakukan apa-apa lebih baik bermain di rumah paman, kebetulan Janice sedang liburan, jadi kalian bisa bermain bersama."

"Aku ... Aku bekerja paman, jadi tidak ada waktu untuk bermain."

Emma berusaha menenangkan suaranya, dia tidak ingin sang paman mengetahui kebohongannya.

"Paman, maaf aku harus pergi. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," ucap Emma cepat, lalu segera mematikan telepon genggamnya sebelum Mike Palaru menanyakan tentang pekerjaannya.

Emma meletakkan telepon genggamnya di atas meja. 

"Setan apa yang masuk ke dalam pikiranku hingga nekat datang ke kota ini. Padahal hidupku baik-baik saja di Calamba," gerutu Emma sambil membongkar tasnya.

Dia memang tinggal sebatang kara di sana. Tapi hidupnya sungguh baik-baik saja dan dia sudah bisa memperkirakan masa depannya. 

Emma mengeluarkan dompetnya dan mulai menghitung sisa uang yang dimilikinya. 

"Masih cukup untuk hidup lebih dari sebulan. Kalau uangku habis, aku akan langsung pulang ke Calamba," guman Emma sambil memasukkan kembali dompetnya ke dalam tas.

Emma membawa semua uang tabungannya dan dalam dua minggu dia sudah menghabiskan seperempatnya untuk makan dan ongkos perjalanannya. Emma sudah berusaha menghemat pengeluarannya namun biaya hidup di ibukota memang sangat mahal dibandingkan dengan Calamba.

Ibukota tampak sangat menarik dan menggoda bagi Emma saat dia masih berada di Calamba. Dia selalu bermimpi untuk hidup di ibukota. Namun setelah tiba disini, ibukota bukan saja kehilangan daya tariknya tapi juga jadi sangat menakutkan bagi Emma.

***

"Pengunjung restoran ini adalah para elite dan orang-orang terkaya negeri ini. Kalau bukan karena terpaksa, aku tidak akan memperkerjakan seseorang tanpa pengalaman sepertimu."

Emma hanya mengangguk, mendengarkan manajer restoran, tempat dia akan memulai pekerjaan pertamanya di ibukota, sebagai pramusaji paruh waktu.

"Alice berikan seragamnya dan ajari dia dengan benar. Aku tidak akan menolerir kesalahan apapun!" perintah sang manajer kepada Alice.

Alice segera menarik Emma ke ruang ganti dan menyuruhnya berganti baju dengan cepat. Setelah itu Alice segera memberitahu Emma apa saja yang harus dia lakukan dan mengajarinya langsung.

Untungnya Emma adalah gadis yang cerdas dan cepat tanggap. Malam itu dia bekerja dengan sangat baik. Para pegawai menyukai cara kerjanya yang cepat dan sempurna. Cara kerjanya sangat meringankan pekerjaan pegawai lain. Sang manajer juga tampak sangat puas dengan hasil kerja Emma.

"Kalau kau terus bekerja seperti tadi. Aku yakin bos akan memberikan bonus yang besar untukmu," ucap Alice dalam perjalanan pulang dari restoran.

Emma hanya mengangguk senang. Akhirnya dia merasa kembali bersemangat, setelah hampir kehilangan harapannya terhadap ibukota.

"Apakah kau tahu tadi aku melayani Lea sang Diva? Aku sangat gemetar sampai hampir menjatuhkan catatanku. Dia tampak jauh lebih cantik daripada di TV," seru Emma dengan ekspresi tidak percaya.

"Tenang saja, kau masih akan bertemu dengan banyak orang terkenal lainnya. Para artis, politisi, konglomerat atau anak-anak kaya yang pekerjaannya hanya menghabiskan uang orangtua mereka. Tapi ingat, tetaplah profesional!" ucap Alice sambil tertawa senang, karena untuk pertama kalinya sahabatnya itu tampak bahagia sejak datang ke ibukota.

Hari kedua bekerja, Emma tampak lebih bersemangat lagi. Sebagai seorang gadis yang bertumbuh di kota kecil, Emma tidak pernah menyangka akan bertemu para selebriti dengan semudah ini di ibukota. Di Calamba mereka hanya akan menyaksikan para artis melakukan konser atau temu penggemar setahun sekali. Itupun mereka hanya bisa melihatnya dari jauh. 

Emma mengikat rambutnya dengan rapi lalu berdandan dengan hati-hati, sehingga dia tetap terlihat segar dan cantik tapi tidak berlebihan. Para pramusaji dilarang memakai parfum dan sebelum mulai bekerja, manajer akan mengendus aroma mereka, yang berbau badan harus kembali mandi dan mengganti pakaiannnya.

Emma mulai bekerja dengan senyuman yang terus melengkapi kecantikannya. Gadis berusia 24 tahun itu tampak sangat menonjol dibandingkan para pramusaji lain. Kalau saja dia memakai gaun dan sepatu salah satu pengunjung, semua orang pasti mengira dia adalah seorang artis. Sayangnya pakaian pramusaji membuatnya dipandang sebelah mata. Bagi para pengunjung Emma dan pramusaji lainnya hanyalah orang-orang rendahan yang dibayar untuk melayani mereka.

"Ini tip untukmu," bisik salah satu pengunjung sambil menyerahkan beberapa lembar uang kepada Emma.

"Terima kasih, Nyonya," ucap Emma sambil tersenyum sopan.

"Kau sangat ramah dan tulus. Aku menyukai cara kerjamu," ucap wanita tua itu sambil menepuk lembut lengan Emma.

Emma segera berjalan kembali ke dapur dan mencari Alice.

"Alice seseorang memberikan aku tip, apa yang harus aku lakukan?" tanya Emma bingung.

"Simpan saja. Apakah kau sudah mengucapkan terima kasih?"

"Tentu saja aku mengucapkan terima kasih. Aku bukan anak kecil yang tidak tahu bagaimana caranya bersikap! Tapi uang ini ... apakah aku tidak perlu memberitahu manajer?" tanya Emma lagi.

"Emma, setiap tip yang diberikan adalah hak kita. Itu sudah menjadi kebijakan restoran ini. Karena itu bekerjalah yang rajin agar kita mendapat banyak tip."

Emma mengangguk dengan senang, lalu kembali bekerja. Dia segera mengambil buku menu dan membawanya ke meja yang baru saja di isi oleh dua orang tamu pria.

"Sila ...."

Emma berhenti bicara ketika melihat salah satu tamu pria yang tadi duduk membelakanginya. Matanya membesar dan mulutnya menjadi kering karena tidak menduga pertemuan ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • CINTA YANG BERAWAL DARI KEBOHONGAN   BAB 120

    Emma kembali ke rumah sakit saat malam. Dia benar, keadaan sekarang sudah sepi jadi Emma bisa dengan leluasa menemui Ethan. Dia masuk ke dalam kamar Ethan dan sangat bahagia begitu melihat Ethan yang sedang duduk sambil bersandar tersenyum padanya."Apa kau benar baik-baik saja?" tanya Emma sambil berlari ke arah Ethan."Aku baik-baik saja, tapi aku merindukanmu. Mengapa kau baru datang sekarang?""Tadi banyak sekali orang yang ingin menemuimu. Karena itu aku menunggu mereka pulang, agar bisa berduaan denganmu," jawab Emma sambil tersenyum menggoda.Emma melihat sekelilingnya."Mengapa kau sendirian? Apa tidak ada orang yang menjagamu di sini?" "Aku akan pindah malam ini, Tony sedang mengurusnya dan kedua orangtuaku menunggu di rumah sakit Atlantis.""Malam ini?" tanya Emma terkejut."Ya, kau cukup beruntung karena masih sempat bertemu denganku," goda Ethan.Tidak lama kemudian Tony masuk bersama rombongan paramedis. Mereka memindahkan Ethan ke kursi roda dan membawanya."Tuan Tony,

  • CINTA YANG BERAWAL DARI KEBOHONGAN   BAB 119

    "Keluarga pasien Ethan," panggil perawat dari pintu masuk UGD.Emma segera berdiri dan mendekati perawat, karena kedua orangtua Ethan belum datang. Hazel sudah pulang duluan agar dapat mengistirahatkan kakinya dan Tony sedang menghubungi rumah sakit milik Atlantis meminta mereka untuk mengurus kepindahan Ethan kesana."Ya, saya," jawab Emma."Ada beberapa tindakan yang harus kami lakukan namun membutuhkan izin dari dari keluarga. Apakah anda istrinya?" tanya sang perawat.Emma menggelengkan kepala."Adiknya?"Emma kembali menggeleng."Sepupu? Ibu? Tante?" tanya perawat lagi.Emma terus menggeleng sambil menangis."Kalau begitu anda tidak bisa menandatangani surat ini. Saya mohon, tolong hubungi keluarganya dan minta mereka datang untuk menandatanganinya, kami akan menunggu," ucap sang perawat kepada Emma.Emma benar-benar putus asa dia sedang berbalik ketika melihat ayah dan ibu Ethan berlari ke arahnya."Itu! Itu ayah dan ibunya!" seru Emma senang.Jonathan dan Vivi segera mendekati

  • CINTA YANG BERAWAL DARI KEBOHONGAN   BAB 118

    [Aku harus kembali ke ibukota karena ada hal mendesak yang harus aku kerjakan. Aku sudah meminta Tony untuk mengurus kalian berdua.]Emma membaca pesan yang dikirimkan Ethan kepadanya. Dia bisa merasakan ada yang berubah dari cara Ethan bicara dengannya meski hanya melalui pesan. Meski berusaha tetap memberikan perhatiannya, tapi seperti ada jarak yang diciptakan oleh pria itu."Ada apa?" tanya Hazel melihat perubahan wajah Emma."Ethan pulang duluan ke ibukota, karena ada pekerjaan mendesak," jawab Emma berpura-pura baik-baik saja."Apa benar karena pekerjaan, atau dia menghindarimu karena kejadian semalam?""Tidak mungkin. Kami bicara baik-baik dan dia sangat bisa menerima penjelasanku. Aku yakin dia benar-benar bekerja," jawab Emma yang sebenarnya juga tidak yakin.Sebenarnya Emma ingin tetap berada di Calamba dan berencana membiarkan Tony dan Hazel pulang berdua saja. Namun Hazel mengancam tidak akan ke rumah sakit kalau bukan Emma yang menemaninya. Gadis itu sangat takut disuntik

  • CINTA YANG BERAWAL DARI KEBOHONGAN   BAB 117

    Ethan berdiri mematung dengan tangan yang masih menggenggam sebuah cincin berlian di dalam kantongnya."Apa maksudmu?" tanya Ethan bingung dan berusaha keras mencerna maksud perkataan Emma."Mengapa kau tidak mau menikah denganku? Apa kau tidak mencintaiku?" lanjut Ethan mulai sedikit kecewa.Emma menghela napas dalam sambil menatap Ethan sungguh-sungguh."Aku sangat mencintaimu dan kau tahu itu. Tapi ... pernikahan adalah hal lain, dan aku belum siap untuk menjalaninya," jawab Emma sambil berdiri hingga berhadapan dengan Ethan."Apa kau ragu kepadaku? Kau takut tidak akan bahagia bila menikah denganku?""Ethan, ini sama sekali tidak seperti yang kau duga. Bukannya aku tidak percaya kepadamu, aku hanya belum siap menjalani pernikahan," jawab Emma hampir putus asa karena melihat wajah kecewa Ethan."Bagaimana kalau aku memberimu pilihan menikah atau kita putus?" tanya Ethan dengan wajah serius.Emma menatap Ethan dengan tatapan tidak percaya, lalu kembali duduk. Dia tidak menyangka Eth

  • CINTA YANG BERAWAL DARI KEBOHONGAN   BAB 116

    Tony berdiri mematung begitu pintu dibanting oleh Hazel."Apa? Apa yang sudah aku lakukan?" gumamnya pelan. Dia meremas rambutnya dengan keras, karena menyesali kebodohannya. Dia sangat menyukai Hazel, bahkan dia jatuh cinta pada pandangan pertama kepada gadis itu.Dia mencari tahu semua tentang Hazel dan itu membuatnya semakin menyukai gadis itu. Tapi dia juga sadar akan kedudukannya dan merasa tidak percaya diri mendekati Hazel.Pada saat Hazel mengatakan kalau dia menyukai Tony, pria itu hampir pingsan. Dia tidak menyangka kalau Hazel juga akan menyukainya. Tapi sistem pertahanan diri yang dia miliki, membuatnya mengeluarkan reaksi yang bertolak belakang dengan yang dia rasakan.Kini, dia mengulanginya lagi. Dia kembali mengatakan hal yang tidak dia maksud karena ketakutan. "Aku harus bagaimana sekarang?" Tony menghela napas dalam dengan penuh penyesalan, lalu tiba-tiba teringat kalau Emma dan Ethan belum kembali, jadi Hazel pasti tidak punya tempat menginap. Tony segera keluar

  • CINTA YANG BERAWAL DARI KEBOHONGAN   BAB 115

    Tony menatap Hazel yang berlari begitu cepat. Dia tidak mengerti mengapa Hazel tiba-tiba mengamuk dan meninggalkannya. Setelah beberapa saat, Tony menyadari gadis itu berlari tanpa tujuan dan dia pasti akan tersesat.Tony segera mengejar Hazel, tapi dia sudah menghilang. Tony mulai merasa khawatir dan mencari Hazel dengan panik. Tiba-tiba dia mendengar suara minta tolong dan segera berlari ke arah suara itu. Tony terkejut ketika melihat Hazel duduk di tanah sambil menangis."Nona Hazel, anda tidak apa-apa?" tanya Tony khawatir dan langsung berjongkok mendekati Hazel.Hazel yang ketakutan dan kesakitan langsung memeluk Tony dan menangis dengan kuat."Ayo, kita kembali ke penginapan," ajak Tony sambil melepaskan dekapan Hazel yang masih menangis."Kakiku sakit, aku tidak bisa berdiri," jawab Hazel sambil menangis.Tony kembali berjongkok."Letakkan tangan anda di leher saya," perintah Tony lalu langsung mengangkat tubuh Hazel seperti mengangkat seorang bayi.Hazel begitu terkejut hingga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status