Home / Rumah Tangga / CINTA YANG SALAH ANAK ANGKAT DAN SUAMIKU / Teganya Berzina di dalam Rumahku (1)

Share

CINTA YANG SALAH ANAK ANGKAT DAN SUAMIKU
CINTA YANG SALAH ANAK ANGKAT DAN SUAMIKU
Author: Asa Jannati

Teganya Berzina di dalam Rumahku (1)

Author: Asa Jannati
last update Last Updated: 2022-05-20 10:24:43

Teganya Berzina di dalam Rumahku (1)

Semuanya bermula dariku yang terlalu permisif melihat kedekatan anak dan suamiku. Aku pikir semuanya baik-baik saja. Aku pikir karena rasa sayang suamiku yang terlalu dalam padanya, seperti halnya aku yang juga teramat mencintai Raya sehingga membuatku tak menaruh rasa curiga pada apa yang terjadi di antara mereka.

Sampai di suatu malam, pukul dua dini hari, aku terbangun dari tidur, hendak ke toilet. Kusisir pandangan ke arah remang ruang keluarga, dimana mereka biasa gunakan untuk menonton film box office berdua hingga larut.

Sayangnya malam itu, aku menyaksikan pemandangan yang sangat sulit kuterima sebagai sebuah kenyataan. Mereka berpagut penuh gelora, bercumbu penuh nafsu, layaknya sepasang suami istri mencurahkan cinta dan gairah.

Pemandangan itu seperti sebuah belati yang tiba-tiba dilempar dan menancap tepat di dadaku. Aku sakit, namun juga mendidih. Segera kutunjuk-tunjuk wajah mereka berdua penuh murka. Mereka terkejut bukan kepalang, melepaskan pelukan dan saling berdiri di hadapanku dengan salah tingkah.

Satu minggu, dua minggu, satu bulan. Mereka masih berada di dalam rumah ini. Mengharap ada penyesalan, lalu salah satunya pergi meninggalkan tempat ini. Sayangnya aku terlalu naif. Yang ada malah permintaan tak masuk akal dari wanita kecil yang aku besarkan dengan gelimang cinta dan materi ini.

“Please, Bun. Aku tahu menurut Bunda ini salah. Tapi tolong Bunda ngertiin Ayah dan aku. Aku capek kalau harus kucing-kucingan dari Bunda. Aku sudah nggak bisa menutupi hubunganku dengan Ayah. Daripada aku terus berzina dengan Ayah. Lebih baik aku jujur sama Bunda lalu menikah dengan Ayah. Agar tak semakin larut, Toh Agama juga tak melarang." ucap Raya penuh keyakinan.

" Aku bukan darah daging Ayah, aku cuma anak angkat di rumah ini. Dan kami sudah saling mencintai. Bunda juga ingin punya anak dari darah daging Ayah kan? Tapi kenyataannya Bunda mandul. Jadi apa salahnya jika Aku menikah dengan Ayah. Jika kami punya anak bukankah juga akan memberi kebahagiaan untuk Bunda?” lanjutnya panjang tanpa perduli bagaimana hancurnya perasaanku saat itu.

Aku tak pernah mengajarinya berkata kasar, tapi bahkan aku orang pertama yang merasakan betapa menyakitkan perkataan itu keluar dari mulutnya. Setiap kata laksana peluru yang terus menghujani jantungku. Sementara laki-laki itu, laki-laki yang kukira setia dan mencintaiku seutuhnya itu, dia hanya diam seribu bahasa menatap perdebatan ini dari sudut ruang. Pengecut tak punya nyali tapi beraninya bermain api!

Aku bungkam, tak menjawab permintaan gadis delapan belas tahun ini. Kata-katanya hebat, seperti sebuah kebenaran yang mengunci logika dan nalar agar aku tak bisa menjawab apa-apa lagi selain menyetujuinya. Sangat pantas dia aku masukkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas terkemuka di negeri ini. Baru satu tahun kuliah, kata-katanya sudah mampu meruntuhkan dinding-dinding hatiku.

Bahkan suatu kebusukan bisa dia bungkus dan kemas menjadi sebuah kata-kata manis di dengar, seperti sebuah kado da n harapan baru untukku.

Akan bisa memberi anak dari darah daging suamiku, katanya? Hebat iming-imingnya. Pegkhianatan tidak hanya dari satu orang, tapi bahkan oleh dua orang yang kehidupannya paling aku jamin dan paling dekat di hatiku. Apa lagi yang lebih perih dan berdarah-darah dari ini?

“Kamu bisa-bisanya mengajukan permintaan kepada orang yang bahkan paling tersakiti melihat pengkhiantan kalian! Aku diam sejauh ini, bukan untuk mendengarkan apa yang kamu katakan sekarang. Aku bungkam untuk melihat sejauh apa penyesalan kalian. Kalian asusila di rumah ini. Kalian berselingkuh dari orang yang memberi hidup enak untuk kalian. Aku pikir setelah kalian terpergok, akan merasa bersalah, meminta maaf, lalu tobat, tapi malah semakin menjadi, meminta restu hubungan gelap kalian kepada orang yang paling benci ini terjadi.”

Mataku menatap bergantian kepada dua orang itu.

“Bukan begitu Bun. Aku hanya mencoba membuka sudut pandang Bunda lebih jauh lagi. Bunda semakin tua, Ayah semakin tua. Aku hanya ingin menyelamatkan semuanya. Agar kita bisa tetap satu atap dan berbahagia tanpa perlu saling menyalahkan. Yang terjadi ya sudah biarlah terjadi. Mungkin ini memang rencana Allah. Akupun sakit karena tak pernah mengharapkan ini akan terjadi. Semua terjadi begitu saja. Akupun sakit karena harus meninggalkan kekasihku di sana, demi Ayah. Ayah sendiri yang menginginkan punya anak dariku. Yang perlu Bunda pahami, Semua ini juga bukankah karena ada andil Bunda, Bunda yang membiarkan aku terlalu dekat dengan Ayah. Sehingga muncul cinta di antara kita. Bunda yang terlalu sibuk dengna urusan bisnis sehingga melupakan di rumah ini ada dua orang bukan mahrom yang bisa saja terjebak cinta. Dan ini suah terjadi. Pelase mengertilah Bund. Ijinkan kami menikah.” Wow, panjang.

Luar biasa kata-kata gadis cantik ini. Membalik semuanya seolah aku yang salah, aku yang harus menanggung dan harus mempertanggungjawabkan apa yang terjadi sehingga harus menerima permintaan mereka.

“Kamu sudah cukup dewasa Raya, kamu tahu mana yang benar, mana yang salah. Kamu tahu harus bagaimana menjaga sikap di depan kami. Kamu sudah bisa meletakkan batasan apa yang boleh dan tidak boleh. Bunda membiarkan kedekatan kalian karena Bunda percaya kalian. Alangkah kotornya hati Bunda kalau suudzon kepada kalian." Kutunjukkan jari kepada mereka.

"Bunda hanya melihat dekatnya kamu dengan Ayah sama halnya seperti dekatnya kamu dengan Bunda. Bunda tidak curiga apa-apa dengan Ayah karena Bunda pikir dekatnya Ayah adalah sebagai bentuk perhatian kepadamu, yang sudah dibesarkan kami dari sejak usiamu empat tahun. Rupanya kalian pandai menyimpan rapat kebusukan. Sayangnya malam itu Allah tunjukkan. Sudah berapa lama kalian, hah? Jawab sudah berapa lama?”

Raya dan Mas Reo diam.

Sekarang bahkan menyebut nama mereka dalam hatikupun aku sakit.

“Kenapa diam?”

“Aku tak mau dihakimi, Bun. Cukup restui kami, jika tidak ....” Gadis yang sebenarnya teramat aku sayangi ini tak melanjutkan perkataannya.

“Jika tidak apa? Jika tidak, kalian akan tetap menikah? Kalian mengancamku? Aku selama ini terlalu baik sama kamu rupanya Raya. Karena nafsu, kamu lupa apa arti kasih sayangku selama ini. Jadi begini membalas orang yang sudah membesarkanmu dengan tulus. Jadi begini balasan seorang suami kepada wanita yang sangat menjaga hatinya. Reo, tolong jawab, kamu jangan diam saja!?” teriakku.

Aku tak perlu lagi memanggil Reo dengan sebutan Mas seperti biasa, untuk apa lagi menghargai seorang pengkhianat. Wajah Raya sudah sangat merah. Luar biasa anak angkatku satu ini, kupikir dia selama ini hanya mampu merengek minta dibelikan baju-baju mewah, mobil, tiket perjalanan ke luar negeri. Ternyata juga ia berani merengek meminta suamiku untuk dijadikan suaminya.

Hebat! Tak mau dihakimi katanya? Dia meminta aku menerima saja keputusan mereka berdua. Luar biasa ....

Kulihat beberapa asisten rumah tangga kami, juga supir mengintip dari balik pintu. Biarlah semua tahu, atau mungkin mereka juga bahkan sudah tahu lebih dulu. Hanya saja tak berani cerita kepadaku.

Reo berjalan maju ke arahku.

“Maafkan Ayah, Bun. Ayah memang bersalah. Ayah tak pernah menginginkan ini terjadi. Ayah khilaf, Bun. Ayah sudah meminta Raya untuk mengakhiri ini semua. Tapi Ayah larang malah dia semakin menjadi. Ayah nggak bisa mengendalikan dia. Ini ide nekat dia untuk mencoba jujur padamu,” ucapnya penuh getar seolah menyesal.

“Tapi dalam hati kamu mengamini permintaan Raya, ‘kan? Kamu pun menginginkan ini terestui, ‘kan? Aku rasa hubungan kalian sudah terlalu jauh. Artinya ikatan kalian juga sudah sedemikian dalamnya. Ternyata kamu sereceh itu, Reo. Dimana imanmu? Anak kamu sendiri kamu makan. Apa karena kamu sadar dia bukan darah dagingmu sehingga halal kamu nodai. Aku seperti tak megnenalmu sejak malam itu. Aku salah menilai kamu. Ternyata aku hanya mempercayai keyakinanku sendiri. Faktanya kamu gila. perselingkuhan ini sudah cukup buat aku sadar kamu nggak layak dipertahankan. aku sudah memutuskan cerai denganmu. Akan aku urus secepatnya.”

“Bun, Tolong jangan Bun. Sudah dari sejak Bunda mengetahui ini Ayah ingin meminta maaf. Hanya Ayah khawatir Bunda masih emosi. Jadi Ayah tahan-tahan. Ayah pikir ini nggak akan sampai sejauh ini. Ayah hanya tergoda nafsu sesaat, maafkan Ayah.”

Lelaki tampan yang kukira mencintaiku itu mulai memegangi kedua tanganku, memohon. Segera kutepis bersama air mataku yang berlompatan keluar.

Ah, Aku benci menangis di hadapannya, meski ini memang sangat sakit. Segera kususut dan menarik napas dalam. Tak boleh menangis untuk seorang jahanam seperti dia.

“Kamu dengar tadi apa kata dia, Reo? Kalian saling cinta dan ingin punya anak, ingin membahagiakan aku dengan kehadiran anak kalian nantinya. Sebuah rencana yang indah. Jadi nanti ada anak kecil yang lucu dan cantik, hadir di rumah ini. Anak dari darah daging suamiku. Wow hebat.” Lanjutku tegar.

Tapi sebelum semuanya menjadi kenyataan, aku akan memastikan mengurus perpisahan ini dengan baik. Agar tak ada penyesalan setelahnya.

Aku segera menelepon pengacara terbaik di kota ini. Akan kutunjukkan kepada kalian berdua, darimana kalian berasal.

Aku pikir orang yang lahir dari kesusahan, adalah orang-rang yang tulus. Orang-orang yang bersih hatinya dan tak akan bisa setega itu berlaku jahat. Ternyata aku salah. Aku memperjuangkan orang-orang yang salah.

Reo, sebelum menikah denganku adalah seorang pemuda yang santun dari keluarga sederhana. Dia mantan seorang sales produk rumah tangga keliling. Kelembutan hatinya, dan sikap pemalunya, ketampanannya membuatku jatuh hati.

Berbekal pengalamannya sebagai seorang sales, sebenarnya aku sudah cukup bangga padanya karena kini memegang jabatan Sales Director pada perusahaan obat milik Papa.

Ternyata waktu membuktikannya lebih dulu. Aku pikir aku sudah tepat memilih suami, ganteng, soleh, baik dan calon orang sukses seperti Papa. Ternyata aku salah.

Raya, gadis dari kampung yang kuangkat anak setelah dititipkan ibunya begitu saja kepadaku.

Kasih sayang dan cinta yang kuberi luar biasa karena hanya dia anakku satu-satunya. Seseorang yang bisa menjadi harapanku di hari tua, nanti.

Sayang didikanku tak ia pahami seutuhnya. Ia hanya paham bahwa aku wanita yang selalu memanjakannya dan tak pernah menolak setiap keinginannya. Mungkin karena ini ia seenaknya juga meminta Reo untuk jadi miliknya.

Aku tak tahu siapa yang memulai asmara itu, mungkin karena kedua-duanya sama-sama tak berhati dan berotak. Orang-orang seperti mereka, layak aku kembalikan ke tempat sampah.

***

“Bunda, aku mau dibawa kemana oleh polisi-polisi ini,” tanya Reo dengan wajah memelas.

“Tenang, Reo, kamu nggak akan dipenjarakan hanya karena berselingkuh dengan anak angkat kita. Tapi mungkin kamu akan dipenjarakan karena menggelapkan uang sejumlah ratusan juta ke rekening anonim milikmu. Untuk apa? Untuk bersiap-siap kabur dan menikah dengan istri baru? Jangan bohongi aku, kemarin-kemarin aku masih terus melindungimu dari Papa. Tapi saat ini, nggak ada ampun lagi Reo. Sekarang kamu hanya perlu tanda tangani surat cerai itu dan sekaligus tanda tangan untuk melepas jabatan kamu pada PT. Naira Mediatama.”

Reo tampak shock. Tpi tak mampu lagi menjawab kata-kataku.

“Si-siapa dua orang tua ini, Bun?” Raya menunjuk dua orang bertubuh kurus dan renta itu.

“Kamu nggak mengenalnya, Raya? Beneran nggak kenal? Saking terlalu sayangnya aku sama kamu kemarin-kemarin sampai kamu nggak tahu dari mana kamu berasal. Mereka Ayah Ibu kamu. Pulang saja dengan mereka, nanti kubekali uang secukupnya. Tapi sayangnya kamu harus berhenti kuliah, mobil dan fasilitas lainnya aku cabut. Silahkan kembali ke asalmu,” ucapku sambil melempar tas-tas pakaian di hadapannya.

“Rany, tolong selesaikan semuanya.” Biarlah selanjutnya diurus Rany, sekertarisku.

Mungkin Reo dan Raya terkejut melihat sikapku diluar dugaan mereka. Mereka sudah terlalu yakin aku akan ketakutan kehilangan mereka, sehingga bisa seenaknya mengatur-atur aku agar mau menuruti mereka. Mengancamku segala rupa agar aku takut kehilangan mereka.

Maaf, selama ini mungkin aku terlalu lembut dan mengiyakan semua kemauan mereka. Tapi perselingkuhan itu sudah tak bisa aku tolelir dengan cara apapun. Ada saatnya aku lembut, tapi aku juga punya harga diri yang tak bisa ditukar dan dipermainkan. Mungkin aku tak punya anak, mungkin aku mandul, tapi aku tetap berhak bahagia.

Aku berlalu dengan anggun meninggalkan mereka. Mengubur secepatnya rasa sakit yang kemarin singgah di hati. Biar kunikmati bahagiaku sendiri tanpa harus memperjuangkan orang-orang yang tak tahu terima kasih.

----

Terima kasih sudah menyimak, semoga ada hikmah/ibroh dari cerita ini nantinya.

Bantu klik love-nya and komen, dan masukkan ke dlm daftar bacaan, yah. Makasih udah bantu akun ini bertumbuh.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Tura Ra
nice story
goodnovel comment avatar
Wahyu Sudaryanti
anak angkat bukan mahrom
goodnovel comment avatar
Ida Nurjanah
pagar mkn tanaman keenakan jdi terlena ,celup sana celup sini ,ihhh miris dan menjijikan.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • CINTA YANG SALAH ANAK ANGKAT DAN SUAMIKU   (Tamat) Buah Cinta Memberi Bahagia, selamanya

    Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (Bab 58)Seputih Cinta Amelia-Buah Cinta Memberi Bahagia, selamanya-“Sekarang saya baru mengerti bahwa setan meletakkan kenikmatan pada kemaksiatan agar kita terus tergelincir dan hancur seperti mereka. Ternyata saya yang bodoh, maafkan saya, Bun, Mak. Saya berjanji Akan berubah, demi anak saya Gana, demi kesempatan hidup yang masih Allah kasih untuk saya.” Tian bersujud di kakiku dan Yu Sopinah.Yu Sopinah menarik bahu pemuda itu.“Kamu sebenarnya pemuda yang baik, Nak Tian. Hanya saja kamu tergelincir pada pergaulan yang salah. Mamak sudah memaafkan kamu. Tapi bener, ya, Nak. Jauhi barang-barang haram itu. Hidup yang bener dan lurus-lurus saja, Nak.” Yu Sopinah mengelus-elus bahu pemuda yang sedang tergugu itu.“Janji, Mak, Tian janji. Tian akan pegang janji ini. Demi Allah, nggak akan lagi menyia-nyiakan kepercayaan Mamak, Bunda, Papa Mama, Kaka Tian semuanya.”Ada getar dalam suaranya, ada tangis dan sesak sesal mendalam dalam dadanya. Suaranya te

  • CINTA YANG SALAH ANAK ANGKAT DAN SUAMIKU   Sebuah Pertemuan (59)

    Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (Bab 57)Seputih Cinta Amelia-Sebuah Pertemuan-Semoga esok akan ada kejutan indah di hari-hariku yang kemarin-kemarin begitu kelabu. Kutatap suamiku yang sedari tadi standby berdiri di belakangku. Lelaki yang selalu siaga untukku.Mas Brian mengelus-elus pundakku. Kami saling tatap, seakan berkata, ‘Semuanya akan menjadi mudah kedepan, Dek.”***AjtPagi dengan suasana yang berbeda. Seperti ada sebuah harap yang terus memberiku semangat menjalani hari dengan sebaik-baiknya. Satu minggu setelah pertemuan yang mengharu biru, Baby Gana boleh dibawa pulang. Rasa syukur tak terkira dari semua nenek-nenek mereka menyambut kesembuhan cucu mereka.Hari ini semua akan menjenguk Raya di sel tahanan. Pasti dia sudah merindukan Gana dan satu hal yang akan mengejutkan baginya, karena untuk pertama kalinya, setelah puluhan tahun, ia akan berjumpa dengan ibu kandungnya. Ibu kandungnya yang tak pernah ia kenal sejak ia baru lahir beberapa hari.Sesampainya di parkira

  • CINTA YANG SALAH ANAK ANGKAT DAN SUAMIKU   Leli, Ibu Kandung Raya

    Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (Bab 56)Seputih Cinta Amelia-Leli, Ibu Kandung Raya-“Terima kasih, Nak. Kamu memang seorang berhati malaikat. Entah kenapa orang sepertimu harus di buat tersiksa dengan orang-orangseperti raya dan Reo.”“Yang sudah terjadi pastilah karena sudah kehendak Allah, Mak. Sekarang Amel sudah ikhlas.”“Maafkan anak saya, juga, ya, Mak. Sudah merusak Raya istri menantu Mamak,” ujar Bu Mahendra terbata. Wanita paruh baya ini nampaknya memiliki hati yang lembut. Dari tutur wicara dan wajahnya menggambarkan ia wanita yang santun.“Nggak apa-apa, Bu. Bukan salah Ibu. Kita sama-sama orang tua yang kadang nggak bisa terlalu jauh ikut campur anak. Hanya saja kalau sudah seperti ini. Baru kita dilibatkan dengan banyak pihak. Kita banyak-banyak istighfar saja, ya, Bu.” Mak Ratna mengelus-elus pundak Bu Mahendra.“Jadi, Bu. Nanti kita saling kabari saja, ya. Saya juga terus berhubungan dengan pihak kepolisian. Berusaha kooperatif untuk kebaikan anak saya. Entah nanti

  • CINTA YANG SALAH ANAK ANGKAT DAN SUAMIKU   Menjadi Penolong Terkadang Siap Teraniaya 57

    Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (Bab 57)Seputih Cinta Amelia-Menjadi Penolong Terkadang Siap Teraniaya-“Pak, kita belum bicara apa-apa. Bapak baru datang, masih berdiri di depan pintu tapi sudah mengancam memenjarakan saya? Bapak bisa bicara baik-baik, Pak?”“Saya bisa bicara baik sama orang yang bisa diajak negosiasi dengan baik, Bu. Saya sudah banyak dirugikan. Dibohongi juga. Uang delapan puluh juta, tiga bulan kalau di simpan jadi deposito sudah berbunga banyak, Bu. Ini, rumah yang saya beli nggak bisa saya peroleh, justru jual beli dibatalkan setelah semuanya deal. Wajar saya minta ganti rugi, Bu. Saya banyak dapat kerugian immateriil.”“Saya rasa kerugian bapak masih dalam batas wajar, Pak. Dalam jual beli pastilah bapak meluangkan waktu, ada waktu menunggu sampai transaksi selesai. Dalam hal ini, Bapak hanya menunggu kabar dari Bu Raya. Karena dia juga sedang dapat musibah makanya tidak bisa mengabari Bapak, itu saja ‘kan? Oke bapak duduk, ya, Pak. Kita bicarakan di sini sa

  • CINTA YANG SALAH ANAK ANGKAT DAN SUAMIKU   Menyelesaikan Masalah yang Ditinggalkan Raya Satu-Persatu 56

    Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (Bab 56)Seputih Cinta Amelia-Menyelesaikan Masalah yang Ditinggalkan Raya Satu-Persatu-“Ya, Mbak Tika, apa kabar?”“Kabar baik, Bu. Alhamdulillah. Bu Amel gimana keadaannya?”“Alhamdulillah sudah di rumah, Mbak. Sorry, ya aku belum jenguk Baby Gana lagi, apa Mbak sedang nggak bisa jaga Baby Gana, biar nanti Mbak Darti saya minta ke sana?”“Oh, Nggak Bu, saya sekarang ditemani Yu Sopinah. Hanya saya ingin mengabarkan keadaan Baby Gana. Alhamdulillah kata dokternya makin membaik. udah berhasil melewati masa kritis.”“Alhamdulillah, jadi makin baik keadaan Baby Gana Mbak?”“Iya, Bu. Dia sudah bisa diajak ngobrol, ketawa. Sama Yu Sopinah sering digodain. Kasihan Yu Sopinah dari sejak datang nangis terus. Sekarang beliau senang, Baby Gana sudah makin baik.”“Ya Allah Yu Sopinah. Baby Gana …”Entah kenapa tiba-tiba aku menangis sampai sesenggukan mendengarnya. Di kala aku sendiri baru keguguran, dan mendengar Baby Gana selamat dari masa kritis. Rasanya se

  • CINTA YANG SALAH ANAK ANGKAT DAN SUAMIKU   Kita Coba Lagi, Sayang

    Yuk bantu Up biar cerita ini naik lagi. Caranya follow, suscribe, kasih vote bintang 5, like n komen. Mksh yg udh bantu.-Kita Coba Lagi, Sayang- Aku terbangun di sebuah ruangan berdinding putih, bertirai abu-abu muda. Mengangkat tangan, berusaha menyentuh kepalaku yang terasa berat. “Sayang, kamu sudah siuman?” Lelaki dengan wajah sembab yang duduk disebelahku ini segera menggenggam jari-jemari tangan kananku. Mengecupnya dalam. Ia bangkit, membungkuk menatap wajahku, mengelus-elus kepalaku yang berselimut jilbab.“Emhh, Mas, aku dimana ini?”“Kamu di rumah sakit, Sayang. Kamu tadi pingsan. Pasti karena terlalu lelah, ‘kan. Maafkan Mas. Maafkan ...” Ia tergugu dan menangis memeluk tubuhku yang terbaring.“Sayang, maafkan Mas, kurang bisa menjagamu dengan baik, sampai kamu begini.”Kenapa Mas Brian menangis sebegitu sedihnya? Ya Allah, Mas. Aku menggeser tubuhku untuk naik ke atas.“Oh, mau duduk rebahan, Sayang? Mas naikkan posisi bednya ya?”Aku mengangguk.Ia memutar tuas di ba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status