Nafkah Sejuta Suamiku

Nafkah Sejuta Suamiku

last updateLast Updated : 2025-09-26
By:  Eka_MomUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
8Chapters
9views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Andini harus memutar otaknya untuk mengolah uang nafkah satu juta yang diberikan oleh suaminya agar cukup untuk kebutuhan sehari - hari mereka. Beberapa kali Andini meminta tambahan uang nafkah. Namun dengan tegas Iqbal menolaknya. Baginya uang satu juta itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Namun dibalik semua itu, Iqbal sangat royal kepada ibunya. Apapun yang diinginkan oleh ibunya, Iqbal selalu menurutinya. Baginya dirinya harus berbakti kepada ibunya itu. Akankah Andini akan mempertahankan pernikahan ini atau menyerah saja saat mengetahui ibu mertuanya mencarikan pengganti dirinya?

View More

Chapter 1

Bab 1

Pov Andini

"Mas, tambahkanlah sedikit. Harga kebutuhan pokok saat ini sangatlah mahal. Aku bingung bagaimana harus mengaturnya."

Seperti biasa, Mas Iqbal memberikan nafkahnya yang sejuta untukku. Jujur saja, di perekonomian saat ini, uang sejuta tidak cukup untuk memenuhi segala kebutuhan rumah tanggaku. Hingga akhirnya aku terpaksa diam - diam bekerja tanpa sepengetahuan Mas Iqbal.

"Kau kan tahu, gaji mas berapa. Apalagi aku harus memberi uang kepada ibuku dan adikku. Siapa lagi yang akan menafkahi mereka kalau bukan aku. Bukannya aku sudah minta persetujuanmu."

"Ya mas aku tahu kamu memang bertanggung jawab kepada mereka. Tapi setidaknya kamu penuhi dulu tanggung jawabmu kepada istrimu. Aku tidak mempermasalahkan jika Mas Iqbal ingin memberikan uang kepada ibu. Tetapi kebutuhan kita bagaimana?" Aku beranikan diriku untuk menyatakan unek - unekku selama ini.

"Sudahlah, aku capek kalau harus berdebat denganmu. Aku ingin mandi dulu. Kamu jangan pernah lagi mempermasalahkan nafkah yang kuberikan. Bersyukurlah karena di luar sana masih banyak yang istrinya hanya diberi uang sedikit oleh suaminya. "

Begitulah Mas Iqbal, setiap aku meminta uang lebih, dia terus saja menghindar dan memberikan alasan yang tidak logis. Padahal kutahu, sudah setahun ini dia diangkat menjadi SPV. Tentu gajinya pun sudah naik.

Aku tak pernah mempermasalahkan Mas Iqbal untuk memberikan uangnya kepada ibu. Tetapi adik laki - lakinya yang baru saja lulus kuliah, hanya bermalas-malasan dirumah, menunggu kiriman uang dari Mas Iqbal. 

Dengan langkah lesu, aku bergegas menyiapkan makan malam untuk Mas Iqbal. Di kulkas hanya ada tempe dan sayur sop. Aku pun mengolah bahan makanan yang seadanya itu.

Aku dan Mas Iqbal saat ini mengontrak rumah yang cukup sederhana. Kami berencana untuk KPR jika ada uang lebih. Tapi melihat sikapnya begitu, entah kapan keinginan itu akan terwujud.

"Masak apa hari ini dek?" Mas Iqbal duduk di kursi dan melihat makanan yang baru saja aku hidangkan. Wajahnya terlihat malas saat melihat menu makan malam ini.

"Hanya ada ini? Kapan kamu akan menghidangkan ayam atau daging untukku." Terlihat raut wajah penuh kekecewaan darinya karena aku menghidangkan lauk yang sederhana saja.

"Kalau Mas Iqbal ingin makan ayam atau daging, tambahkan uang nafkahku. Kamu pikir harganya murah?"

"Persoalan itu lagi yang kamu bahas dek. Sudah berulangkali aku katakan, aku juga harus memberi uang kepada ibu dan Rony."

"Mas, Rony itu sudah besar. Dia bisa mencari uang sendiri. Apalagi dia baru saja lulus kuliah. Setidaknya kamu biarkan adikmu untuk belajar menjadi laki - laki yang bertanggung jawab. Sampai kapan kamu akan terus memanjakannya."

Aku begitu kesal melihat tingkah Mas Iqbal yang begitu sangat memanjakan adiknya. Aku pun langsung meninggalkan suamiku yang sedang menyantap makan malamnya sendirian. Mas Iqbal pun menyadari kemarahanku dan langsung menghampiriku dikamar.

"Dek, kamu marah padaku?" Mas Iqbal mendekatiku yang sedang duduk di pinggir ranjang.

"Mas, apa kamu tak ingin kita mempunyai rumah sendiri? Apakah selamanya kita akan mengontrak disini? Kalau sikap Mas Iqbal seperti ini terus, kapan kita bisa memiliki rumah sendiri. Bukankah Rony sudah lulus dari kuliahnya. Dan setidaknya kita bisa menabung mulai sekarang mas."

Selama ini Mas Iqbal fokus dengan pendidikan adiknya. Setidaknya saat ini Rony sudah lulus dari kuliahnya. Dan aku ingin Mas Iqbal fokus dengan tujuan awal kami. Yaitu memiliki tempat tinggal sendiri.

Bisa kulihat Mas Iqbal terdiam setelah mendengarkan ucapanku. Aku berharap Mas Iqbal akan memikirkan apa yang baru saja aku katakan.

"Mas tahu dek, maafkan mas. Biar besok mas bicara kepada ibu dan Roni." Mas Iqbal seketika langsung memelukku erat. Sepertinya suamiku sudah mulai terbuka hatinya. Namun aku belum yakin jika tak memastikannya sendiri besok. Aku pun diam saja dan akan melihat bagaimana sikapnya setelah ini. Apakah benar - benar berubah atau masih tetap sama saja.

Aku dan Mas Iqbal menikah satu tahun yang lalu. Dan sampai saat ini kami masih belum dikaruniai seorang anak. Pernikahan kami pun hanya dilakukan sederhana saja tanpa ada pesta yang mewah. Karena yang ada dalam pikiran kami, kebutuhan setelah menikah tentu sangat banyak.

Entah mengapa, mas Iqbal sangat perhitungan jika mengenai uang. Aku sangat dibuat heran kepadanya. Tetapi dengan ibu ataupun Rony, apapun yang mereka minta, Mas Iqbal selalu saja menurutinya. Kalau aku tanya alasannya karena dirinya sudah berjanji kepada almarhum bapaknya agar menjaga ibu dan Rony.

Keesokan harinya, aku melihat Mas Iqbal sudah bersiap berangkat kerja. Seperti biasanya aku menyajikan sarapan seadanya. Aku tak pernah membawakannya bekal siang untuknya. Karena dia selalu protes saat aku membekalkannya makan siang dengan lauk tahu dan tempe. Inginnya Mas Iqbal sarapan ayam atau ikan. Namun uangku tak cukup jika membeli bahan makanan itu.

"Dek, mas ke kamar mandi dulu ya, tiba - tiba perut mas mules." 

Ponsel Mas Iqbal ditinggalkan di meja. Tak berapa lama kemudian tampak ada pesan masuk dari ibu.

Nak, makasih ya uangnya. Tenang saja, ibu tak akan bilang kepada Andini, tentang uang yang kamu kirim. Jangan lupa bonus tahunanmu yang cair besok. Ibu sudah lama tak pakai perhiasan.

Tak lama kemudian Mas Iqbal keluar dari kamar mandi dan terkejut melihatku memegang ponselnya.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
8 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status