Akibat Pulang Kampung Tidak Bawa Mobil

Akibat Pulang Kampung Tidak Bawa Mobil

last updateLast Updated : 2025-05-29
By:  Astika BuanaUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating. 1 review
38Chapters
2.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Hanya karena pulang kampung tidak bawa mobil, gosip tentang Sutiati dan rumah tangganya jadi berkembang tidak karuan. Terlebih karena Sutiati tidak diantar suami. Awalnya, Sutiati memilih menutup kedua telinga daripada berusaha menutup mulut orang sekampung. Namun, semakin dibiarkan kok hati semakin terbakar, ya...? Tampaknya, Sutiati harus melakukan sesuatu!

View More

Chapter 1

Naik Bis

"Sutiati! Kamu pulang naik bis?!" teriak emak mengagetkanku. 

Lagi selonjoran meluruskan pegelnya kakiku yang delapan jam perjalanan naik bis ekonomi.

Tahukan, bis ekonomi tempat duduknya sembilan puluh derajat, mana sempit lagi. Kakiku yang panjang, memaksaku duduk seperti segitiga siku-siku. 

Bukannya tidak mampu naik bis eksekutif atau travel eksekutif tetapi karena kampungku tidak dilewati kendaraan yang berlebel eksekutif.

Parah pelosoknya.

Belum aku jawab emak langsung nerocos ngomel kepadaku.

"Suti, Suti ... kamu ini bikin malu, Emak. Dari Bu Lurah sampai tukang sayur nanyain, kamu itu apa sudah bangkrut? Kok pulang naik bis! Apratmu, mana? Terus suamimu mana? Kok tidak ikut. Jangan-jangan, kamu dipulangkan sama Joni, ya?!" teriak Emak membuat aku semakin pusing. 

Pertanyaan Emak berderet, bingung mana yang harus dijawab. Anaknya datang, mbok ya ditanya kabarnya bagaimana? Capek atau minta dipijitin. Ini malah nanyak mobil. 

Huuft ....

Di kampung memang paling cepet kabar angin seperti ini. Pantesan, dari aku turun bis dan jalan sampe rumah kok pada nyapa aku sambil melihat dengan tatapan aneh. Ternyata, banyak pertanyaan yang muter di otak mereka.

"Maksud emak mobilku Alph*rd yang dibawa  kemarin itu?"

"Yo wes, pokoke itulah. Yang prat-prat itu lo. Yang harganya kata  Pak Lurah satu em," kata Emak mengambil duduk di depanku.

Memang, terakhir pulang kampung aku bersama Mas Joni, suamiku, membawa mobil mewah itu. Awalnya Emak mencemoohku. 

"Suti, Suti ... lama diperantauan, pulang kok bawa mobil tidak terkenal. Bawa itu, mbokya Av*nza atau Xen*a, gitu. Emak kan, bisa pinjem untuk diantar ke pasar naek mobil!" ucapnya saat itu.

Mas Joni pun mendengar celetukan Emak, geleng-geleng kepala. Jengkel campur geli.

Musibahpun datang, ketika Pak Lurah bilang, kalau mobilku itu mobil mewah yang harganya satu em lebih. Satu kelurahan berbondong-bondong ke rumah sekedar mendulit ataupun berfoto ria. Emakku langsung pasang tampang dandan ala orang tajir, kalau mau foto sama mobil harus ajak dia berfoto bersama.

Emak ... emak ...

Sekarang,  Emak ngomel gara-gara aku pulang pakai bis umum. Sebenarnya Mas Joni melarangku pulang kampung naik bis. Dia menyuruhku menunggunya minggu depan, karena pekerjaannya tidak bisa di tinggal. 

"Dek Tia, kamu yakin naik bis? Jauh, lo," tanya Mas Joni suamiku ketika melihatku berkemas. Nama lengkapku Sutiati, dikampung aku dipanggil Suti, kalau di kota panggilanku Tia.

"Iya Mas, aku naik bis saja. Bisnya kan langsung sampai deket rumah. Tinggal jalan sedikit saja," jawabku sambil tersenyum.

"Tidak nunggu, Mas saja? Biar naik mobil saja," bisiknya sambil memelukku.

"Mas, aku mimpi didatangi almarhum simbah. Kalau aku tidak langsung ziarah, aku tidak tenang, Mas. Ya, tidak apa naik bis, anggep saja nostalgia. Kangen naik bis," ucapku sambil mencium pipinya. 

"Kalau gitu, Lebaran nanti kita naik bis saja ya, Dek. Anggep saja adventure. Aku juga pingin naik bis. Bawa mobil nanti musibah kayak kemarin. Aku juga biar tidak capek," katanya sambil mengedipkan matanya, tanda minta sangu sebelum aku tinggal pulang kampung.

Aku tersenyum-senyum ingat suamiku, itu.

"Heh! Ditanyak kok malah nglamun! Senyum-senyum, lagi! Kesambet kamu, Ti?!" teriak Emak menyadarkanku.

"Emak, aku baik-baik saja. Mas Joni lagi ada kerjaan. Jadi tidak bisa antar aku pulang. Untuk mobil, ada di rumah. Aman," jelasku berlahan sambil menahan emosi. 

Sudah capek, pegel, laper, malah disuguhi omelan yang tidak penting.

"Wes, pokokke sebentar lagi Puasa, terus Lebaran. Kamu harus bawa mobilmu itu! Biar Emak tidak malu!"

Wuaduh, padahal sudah rencana mau naik bis sama Mas Joni.

Mati, aku!

********

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Damaya
selalu keren, ditunggu bab terbarunya akak...
2025-02-07 19:45:06
1
38 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status