~~~***~~
makjleb banget..!
~~~***~~~
Setelah melewati dua hari tanpa melihat Irfan yang akhirnya disetujui Irfan, yang sebenarnya percuma- karena Irfan terus menerornya dengan ratusan pesan dan telpon, pagi ini, Irfan sudah menjemputnya depan kos. Ia mengendarai honda jazz putih yang dia peruntukkan spesial untuk Ayu seorang. Meski bingung antara menurut untuk naik atau tidak, tapi wajah keras Irfan, membuatnya takut. Ia yakin Irfan akan nekad melakukan segala cara hanya untuk membuatnya naik mobil. Terpaksa, ia pun menaiki mobil Irfan.
"Neng, ucapan Zaki kemarin jangan didengerin. Yang ngejalanin kan kita, yang bahagia kan kita. Mereka hanya bisa komentar tanpa tahu permasalahan kita yang sebenarnya," kata Irfan lembut. Ia mengeluarkan sterofoam berisi bubur ayam kesukaan Ayu.
Ayu hanya berdehem, enggan menjawab ucapan Irfan. lebih baik ia diam daripada membuat Irfan emosi dan bisa berakibat fatal padanya. Masih terlalu pagi untuk memulai hari den
~~~***~~~Mamahnya menceritakan kalau malam itu ia meminta Desi untuk makan malam tapi Desi tak kunjung menyahuti panggilannya meski ia sudah memanggilnya berulang kali. Akhirnya Mamah berinsiatif untuk menengok Desi di kamarnya. Ia terkejut saat menemukan Desi pingsan di atas ranjang dengan botol obat ditangannya. Untunglah mereka segera membawanya ke rumah sakit sehingga nyawa Desi masih bisa diselamatkan. Terlambat sedikit saja, ia bisa lewat. Ternyata Desi meminum obat tidur dosis tinggi karena depresi Irfan meninggalkannya.Sebagai suaminya, tentu Irfan lah yang paling berhak untuk menemaninya dalam keadaan sakit seperti ini. Kalau bukan karena perintah mamahnya yang sangat disayanginya itu yang meminta, enggan rasanya ia menemani Desi di rumah sakit. Sejujurnya Irfan tak peduli Desi sakit atau selingkuh atau meminta cerai darinya. Bagus malah, jadi ia tak perlu repot-repot mencari alasan untuk berpisah."Kenapa bunuh diri? Takut setelah cerai dari aku, tid
~~~***~~~ Ayu tersenyum lebar saat membaca pesan dari Irfani. Ia mesti pulang kampung karena Desi masuk rumah sakit. Tapi Irfan berjanji akan segera kembali ke ibukota dan kembali bersamanya lagi. Ayu tak peduli. Ia justru berharap agar mereka rujuk saja. Ayu berdoa dalam hati semoga Desi bisa mengambil hati Irfan kembali sehingga Irfan melepaskannya. Tak bisa dipungkiri, berada jauh dari Irfan membuatnya merasa lebih bebas dan lebih hidup. Bodoh sekali dia sempat gagal move on waktu itu. Ternyata berpisah dengan Irfan jauh lebih menyenangkan. “Seandainya saja duit Ayu segambreng, Ayu kabur dari sini. Tapi kalau Ayu pergi, kasihan kedua orangtuanya. Mereka pasti kepikiran. Huh, pusing! Mau menghindari Irfan saja mesti ngeluarin banyak budget. Kan sayang duitnya, " Meski Ayu berasal dari keluarga berada yang berasetkan tanah dan sawah hektaran di kampungnya, namun keluarganya tidak suk
~~~***~~~ Ayu tak mengira Zaki bersungguh-sungguh menemaninya menjemput emaknya. Emaknya datang seorang diri karena Bapaknya tidak bisa meninggalkan kambing jagoannya, si asep bersama asistennya. Dicky kembali berulah, ia meminta si asep divisum. Ia menuduh kambingnya memakai obat kuat. Menurut Dicky, mana bisa si asep jadi jawara adu domba selama 5 tahun berturut-turut kalau tidak memakai obat. Ada-ada saja memang ulah Dicky untuk mencari masalah dengan Maman. Ayu hanya bisa tersenyum getir menerima kenyataan pahit itu. Smentara Zaki tersenyum simpul penuh kemenangan. Zaki harap itu bisa menyadarkan Ayu untuk semakin menjauhi Irfan. Sambil terus bercerita dengan logat daerahnya yang kental, Emak membeberkan alasannya datang ke Jakarta. Ia ingin berbelanja daster ke tanah abang. Ia kesal Ayu tak membelikannya baju daster sewaktu pulang kampung kemarin. Ayu tepok jidat, besok-besok Ayu beliin sekodi dasternya. Ya kali ne
~~~***~~~Mentari bersinar temaram, menyejukkan bumi dan seisinya. Sepertinya musim penghujan kembali datang karena hujan kembali turun sejak beberapa hari yang lalu. Membuat beberapa daerah tergenang banjir. Beberapa warga yang terkena banjir mengeluh karena khawatir penyakit kulit melanda.Anehnya, meski banjir semata kaki melanda jalanan menuju ke restonya dan sempat membuat mobilnya kesulitan melaju, namun Zaki tak mengeluh. Justru senyumnya terus mengembang sepanjang jalan bak bunga bermekaran di musim semi. Kontras sekali!Zaki tiba di restonya yang baru saja opened. Kedatangannya yang tak biasanya sepagi ini membuat beberapa karyawan panik dan ricuh seketika. Ada yang asal memasukkan tasnya ke loker lantas bergegas mengambil sapu dan segera menyapu, ada yang bergegas mengambil alat pembersih kaca dan meja lalu mengelapnya buru-buru. Bahkan di bagian kitchen sendiri yang sedari tadi terdengar suara hiruk pikuk mengobrol, mendadak senyap. Berganti dengan su
~~~***~~~ Mentari bergerak tersaruk-saruk menuju peraduannya. Meski langit mulai gelap, namun suasana resto semakin sore semakin ramai oleh pengunjung. Parkiran dipenuhi kendaraan roda dua dan empat. Dari semenjak datang tadi siang, Ayu dan Zaki tidak sempat mengobrol karena kesibukan masing-masing. Tepatnya Ayu yang sibuk di kasir, Zaki hanya mengawasi saja dengan berdiri di depan meja Ayu, membuat karyawan lain ikut grogi. Kadang ia duduk di meja kosong menghadap Ayu, kadang membawa kursi dan duduk di samping kursi Ayu membuat Ayu kikuk meski ia berusaha menutupinya dengan bersikap acuh. Ayu berpura-pura sibuk menghitung, meski uang itu sudah dia hitung berpuluh kalinya. Ayu hanya bisa mengeluh dalam hatinya. Kenapa si bos gak pindah aja sih? Grogi nih, Bos! Tiba tiba Doni menghampiri Zaki yang sedang memainkan ponselnya. Menyadari kedatangan Doni, Zaki menengadahkan kepalanya. "Kamu sudah datang, Don! Tolong gantikan tugas Ayu sebentar.
~~~***~~~ Semoga keputusannya tidak salah ya, Neng ~~~***~~~ Masih pagi sekali, bahkan sinar mentari saja masih bersembunyi dibalik lembutnya gulungan awan tapi si bos sudah datang menjemput. Ayu kesal Emaknya membangunkannya karena Zaki sudah datang padahal ia masih mengantuk. Bagaimana ia tidak mengantuk kalau semalam emaknya mengajaknya mengobrol sampai tengah malam. Namun Zaki beralasan supaya mereka tidak terjebak macet. Emak yang memang sudah rapi dari subuh tadi, senyam-senyum melihat kedatangan Zaki sepagi ini. Terpaksa lah Ayu bangun untuk membersihkan badannya dan bersiap-siap. "Zaki gak sabaran banget pengen ketemu kamu, Neng, sampai datang sepagi ini. Dia beneran suka kamu. Ah, Emak senang. Akhirnya anak Emak ada yang mau ngawinin trus Emak bisa cepet gendong cucu. Kira-kira kapan ya dia ngelamar kamu? Jangan lama-lama gitu ya pacarannya.." Emak berbisik-bisik di t
~~~***~~~ Hari sudah beranjak petang ketika mobil Zaki berbelok memasuki parkiran resto pizza. Ayu menengok ke belakang kursi. Tampak Emaknya tertidur dengan kepala tertunduk. Meski tak tega membangunkan Emaknya yang masih tertidur karena kelelahan, tapi Ayu terpaksa membangunkannya karena dia ingat Emaknya ingin mencoba memakan pizza. "Emak, katanya pengen nyobain makan pizza kayak yang di tv-tv itu? Jadi gak? Udah nyampe nih di resto pizza." Ayu menggoyangkan tubuh Emaknya pelan. Tapi Emaknya masih diam tak bergerak. Kesal, Ayu memukul lengan Emaknya agak kencang. "Emaaaak...!" Emaknya kaget dan langsung terbangun. Zaki menarik tangan Ayu yang hendak membangunkan emaknya lagi. "Jangan dipaksa. Keliatannya dia lelah banget, besok aja kita kesini lagi," "Abang gak tahu aja, Emak ini kalau kepengennya gak diturutin, bisa nyindir seumur hidup. Bisa gak tenang hidup Nen
~~~***~~~ Hujan deras mengguyur ibukota sore ini. Suara petir berkilatan di udara, menggetarkan siapa pun yang melihatnya. Jalanan banjir dan mampet karena genangan sampah dimana mana. Untunglah, Ayu sudah sampai kosnya sebelum hujan turun deras. Naasnya, dinding kos an Ayu bocor dan air mulai menggenangi sebatas kakinya. Ayu bingung bagaimana menangani banjiryang sudah semata kaki ini. Mana tetangga kos nya yang hanya berpenghuni 6 orang itu sedang sif malam. Dia sendirian di tempat kosnya. Nasib baiknya, Emaknya sudah pulang tadi pagi. Seandainya dia melihat Ayu kesulitan seperti ini, pasti disuruh pulang kampung malam itu juga. Dalam hati Ayu menggerutu, karena daerah kosnya ternyata langganan banjir. Terbukti dari daerah sekitarnya yang kebanjiran juga. Tahu begini, harusnya dia tidak kos di sini waktu itu. Topp... Aarrghh ... Ayu menjerit ketika sekonyong-