Share

Suara Hati

~~~***~~~

Minggu pagi yang cerah dan menyegarkan. Udaranya begitu sejuk dan segar menerbangkan anak-anak rambut di sekitar telinga seorang gadis cantik rupawan yang sedang berlari seorang diri itu. Gadis itu berhenti berlari sejenak untuk merapikan rambut panjangnya yang berantakan, lalu mengikatnya menjadi kuncir kuda. Setelah selesai, ia melanjutkan kembali lari paginya seorang diri. 

Melihat penampilan Ayu yang ceria seperti biasanya, takkan ada yang menyangka kalau ia depresi kekasihnya bertunangan dengan orang lain. Ia terlihat santai dan cantik seperti biasanya membuat beberapa pria menoleh terpesona padanya. Bahkan tak sedikit yang bersiul memanggilnya namun tidak Ayu pedulikan.

Ayu berlari seorang diri menuju alun-alun tempat di mana banyak pedagang makanan menjajakan makanan yang disukainya. 

Dalam hati ia merutuki Irfan karena semenjak berpacaran dengan Irfan, ia tidak mempunyai teman dekat wanita selain Desi. Irfan selalu marah kalau ia menghabiskan waktu dengan teman-temannya daripada dengannya. Ia urung meneruskan jogingnya karena enggan pergi sendiri, rasanya aneh saja. 

Ayu baru hendak membalikkan badannya ketika suara seseorang yang familiar di telinganya, memanggilnya.

"Ayuuu...! Tungguin dong. Barengan atuh larinya, sendirian aja!"

Ayu menoleh. Ternyata Evi, tetangganya yang beda beberapa blok dari rumahnya itu yang memanggilnya.

"Yu, kamu tahu nggak? kamu sekarang lagi viral di kampung gara-gara Irfan nikahnya sama Desi. Katanya kamu kasar makanya Irfan ninggalin kamu. Bener gak, sih?" Kata Evi, setibanya ia di hadapan Ayu. Nafasnya tersengal-sengal saking cepatnya ia mengejar Ayu.

Ayu melengos geram. Rasanya ia ingin mengacak-acak wajah si penyebar gosip. Dan sepertinya ia tahu siapa penyebar gosip itu. Awas kamu!

"Siapa yang bilang?"

"Gak tahu soalnya ngobrolnya rame gitu, pada gosipin kamu di gardu. Karena aku peduli, mangkanya aku kasih tahu kamu. Itu benar gak sih?"

"Biarin aja. Percuma juga kalau dibahas terus. Semua sudah berlalu," Ayu menjawab santai dan tenang padahal hatinya ketar-ketir tak karuan.

"Tapi Yu, nama baik kamu jadi jelek!"

"Ayu gak peduli dengan mereka berdua. Ayu sudah move on."

Ayu melanjutkan kembali larinya yang tertunda, meninggalkan Evi yang bengong. Kok bisa ya Ayu secepat itu move on? Kalau dia, bisa hancur berbulan-bulan baru bisa move on.

Meski mulut Ayu berkata begitu santai seolah tak mempermasalahkan gosip itu tapi hatinya mengatakan sebaliknya. Ia marah. Kenapa jadi dia yang diserang? Dia yang rebut pacar orang tapi dia yang menjelek-jelekkan? Awas kamu, Desi!

~~~****~~~

Suasana rumah Desi nampak ramai dengan pekerja yang hendak membuat tenda dan ibu-ibu yang membantu memasak. Sipat masyarakat di sini paguyuban sehingga setiap ada acara hajatan pasti ibu-ibunya membantu memasak atau mengiris bahan masakan.

Lain ibu-ibu yang tampak ceria, lain lagi dengan Desi yang tampak gelisah di peraduannya. Sejak tadi ia menghubungi Irfan bolak balik tapi tak jua ada balasan.

"A Irfan teh kamana sih? Di telpon ga diangkat? Di chat gak dibales. Apa jangan-jangan dia mau batalin pernikahan ini, ya? Amit-amit, jangan sampe deh. Mau taro di mana muka Desi kalau gagal nikah teh. Hikks.."

Lelah mondar-mandir, Desi duduk di pinggiran kasur. Benaknya melayang pada kejadian di alun-alun tadi pagi.

Flashback on.

"Halo pengkhianat, musang berbulu domba. Buru-buru amat. Mau ke mana?"Tiba-tiba ada suara berbisik di telinganya. Desi menoleh, terkejut. Hampir saja bungkus bubur di tangannya terjatuh.

Desi menelan ludahnya pahit. Gimana ceritanya Ayu ngedalak dia depan umum begini. Bisa malu dia nanti pas acara. 

Desi melirik kiri kanannya, banyak orang-orang yang dikenalnya karena berasal dari blok yang sama dengannya, diam-diam mereka memperhatikannya meski wajahnua berpaling ke arah lain. Gawat.

"Kenapa diam? Bener kan, ucapanku? Ada gosip katanya aku suka kdrt? Kdrt kayak gimana? kalau iya kdrt, ga mungkin lama pacaran. Kamu ya yang nyebarin gosip itu?" Lagi, Ayu berbisik berapi-api. Mukanya menampakkan kemarahannya yang mengakar di seluruh tubuhnya. 

Melihat posisi Ayu yang berbisik di telinga Desi, seakan menunjukan seberapa akrab mereka, seakan tak ada masalah seberat apapun yang bisa memisahkan mereka, walaupun pacar sendiri menikah dengan sahabatnya. Hal itu membuat beberapa teman Ayu yang kebetulan berada disana, memuji kebesaran hati Ayu.

Desi menelan ludahnya yang tertahan di kerongkongan saat melihat Evi dan yang lainnya bergerak mmenghampiri mereka. Ia pun merubah ekspresi wajahnya.

"Kamu kenapa sih, nyalahin aku terus? Padahal aku selalu mengalah selama ini. Kalau memang a Irfan cintanya sama aku dari dulu, harusnya kamu ikhlas dan nerima dengan lapang dada pernikahan kami ini, bukan terus ngejelekin aku. Padahal aku kurang mengalah apa selama ini sama kamu? Aku bahkan ngijinin a Irfan buat pacaran sama kamu. Padahal sejak dulu Irfan cuman cinta sama aku." Suara Desi yang terdengar sedih membuat beberapa orang disitu merubah pemikiran mereka tentang Ayu dalam sekejap. Ternyata Ayu tak sebaik itu!

Desi memegang jemari Ayu dan meletakkannya di dadanya. Ayu merasa risih dan mencoba melepaskan diri.

"Apa-apaan sih kamu, Des? Lepas ih ..."

Desi tersenyum sendu," kalau emang kamu segitu cintanya sama a Irfan, dan minta aku melepas dia untuk yang kedua kalinya buat kamu, aku ikhlas melepas dia kembali. Asal kamu bahagia! Tapi maaf, mungkin aku tak bisa menjadi temanmu lagi karena hatiku sakit kamu perlakukan seperti ini terus dari dulu. Selamat tinggal, Yu...!"

Setelah mengatakan itu, Desi pun melepaskan genggamannya dan berlalu pergi menuju motornya yang sedang diparkir temannya. 

Ayu bengong sesaat. Tak lama ia segera mengejar Desi namun terlambat karena Desi sudah berhasil mencapai parkiran dan mengajak temannya mengebut untuk pergi sebelum Ayu mencapainya.

Flashback off

Desi tersenyum mengingat kehebatan aktingnya atas kejadian tadi. Paling tidak, ia puas karena bisa menjatuhkan Ayu kembali, depan umum pula. Hahaha...!!

Desi merebahkan tubuh langsingnya di atas ranjang berukuran 140 itu. Ia tersenyum sendiri membayangkan besok  dia akan menikah dengan lelaki yang sudah ditaksirnya sejak dulu. 

Benaknya pun mengenang kembali masa-masa awal perkenalannya dulu dengan Irfan.

Flashback on

Desi, Evi dan Ayu yang kala itu masih mengenakan seragam abu abu karena mereka baru pulang sekolah, sedang makan baso langganan mereka di warung tenda pinggir jalan ketika sekelompok anak muda masuk memesan baso beranak juga, dan duduk tak jauh dari mereka. 

Awalnya mereka tak begitu mempedulikan kehadiran cowok-cowok yang baru datang itu tapi ketika salah satu dari mereka bersiul mengajak kenalan bahkan membayarkan baso mereka, saat itu-lah mereka mulai memperhatikan siapa saja para pemuda itu.

"Tak kenal maka tak pacaran. *Tepangken atuh Neng, nami abdi Jaka, anu pang kasepna di kampung Baribis."

*Kenalkan nama saya Jaka, yang paling ganteng di kampung Baribis.

Desi dan Ayu tertawa geli mendengar banyolan Jaka. Diam-diam sudut mata Desi melirik laki-laki pendiam tapi paling tampan diantara yang lain. Meski begitu ia selalu tersenyum setiap diajak ngobrol. Setelah berkenalan, ternyata namanya Irfan. Nama yang ganteng kayak orangnya.

"Des, itu si Irfan ngeliatin aku terus dari tadi. Kayaknya dia suka sama aku!" Bisik Ayu tiba-tiba di telinga Desi, membuatnya terkejut.

Desi menoleh pada Irfan. Ayu benar, Irfan terlihat memfokuskan perhatiannya hanya pada Ayu semata, seolah tak ada orang lain di sekitranya.

Desi menggeram dalam hati, bagaimana bisa Irfan lebih memperhatikan Ayu dibanding dirinya. Padahal, ia pun tak kalah cantik dari Ayu. Lihat saja siapa yang bakal dipilih Irfan nanti, dasar sok cantik!

Sejak itu Desi rajin pdkt ke Irfan. Irfan pun meresponnya. Meski ia merasa Irfan meresponnya hanya untuk memamfaatkannya saja agar ia bisa bertemu Ayu. Desi pun bersedia menjadi mak comblang mereka, hanya agar bisa lebih dekat dengan Irfan. Ia pantang menyerah untuk meraih cinta Irfan. Sampai akhirnya Irfan menembak Ayu, dan Ayu menerimanya, saat itulah ia tahu, ia sudah kalah.

Flashback off

Beep.. beep

Bunyi chat masuk. Desi menepuk-nepuk kasur di sampingnya, mencari keberadaan ponselnya. Kedua bola matanya melebar saat membaca isi pesan tersebut.

Aku lagi nemenin Emak balanja sayur ke pasar buat dikirim ke rumah Desi siang ini. Ada apa?

Aa, Desi takut sama Ayu, masa tadi ngancem katanya Desi gak boleh nikah sama Aa, kayak belum move on dari Aa padahal tadi dia jalan sama Jaka.

Kamu tenang aja. Tar saya yang bilangin Ayu biar ga ganggu kita lagi.

Iya Aa. Aku beruntung banget dapet kamu, Aa. Semoga rumahtangga kita langgeng ya nanti, amin.

Irfan tak menjawabnya lagi, tapi Desi tak peduli. Toh, ia sudah menang satu langkah. 

Desi menyeringai senang. Satu persatu masalahnya selesai. Sebentar lagi semua keinginannya tercapai. Ia tak sabar membayangkan menjadi orang kaya dengan puluhan sertifikat tanah dan sawah yang sebentar lagi akan menjadi miliknya.

~~~****~~~

  

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Marrygoldie
kakak hebat banget bikin q benci banget sama Desi.. mantap nih cerita
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status