Share

Suara Hati

Author: prank_kuy
last update Last Updated: 2021-02-18 11:18:55

~~~***~~~

Minggu pagi yang cerah dan menyegarkan. Udaranya begitu sejuk dan segar menerbangkan anak-anak rambut di sekitar telinga seorang gadis cantik rupawan yang sedang berlari seorang diri itu. Gadis itu berhenti berlari sejenak untuk merapikan rambut panjangnya yang berantakan, lalu mengikatnya menjadi kuncir kuda. Setelah selesai, ia melanjutkan kembali lari paginya seorang diri. 

Melihat penampilan Ayu yang ceria seperti biasanya, takkan ada yang menyangka kalau ia depresi kekasihnya bertunangan dengan orang lain. Ia terlihat santai dan cantik seperti biasanya membuat beberapa pria menoleh terpesona padanya. Bahkan tak sedikit yang bersiul memanggilnya namun tidak Ayu pedulikan.

Ayu berlari seorang diri menuju alun-alun tempat di mana banyak pedagang makanan menjajakan makanan yang disukainya. 

Dalam hati ia merutuki Irfan karena semenjak berpacaran dengan Irfan, ia tidak mempunyai teman dekat wanita selain Desi. Irfan selalu marah kalau ia menghabiskan waktu dengan teman-temannya daripada dengannya. Ia urung meneruskan jogingnya karena enggan pergi sendiri, rasanya aneh saja. 

Ayu baru hendak membalikkan badannya ketika suara seseorang yang familiar di telinganya, memanggilnya.

"Ayuuu...! Tungguin dong. Barengan atuh larinya, sendirian aja!"

Ayu menoleh. Ternyata Evi, tetangganya yang beda beberapa blok dari rumahnya itu yang memanggilnya.

"Yu, kamu tahu nggak? kamu sekarang lagi viral di kampung gara-gara Irfan nikahnya sama Desi. Katanya kamu kasar makanya Irfan ninggalin kamu. Bener gak, sih?" Kata Evi, setibanya ia di hadapan Ayu. Nafasnya tersengal-sengal saking cepatnya ia mengejar Ayu.

Ayu melengos geram. Rasanya ia ingin mengacak-acak wajah si penyebar gosip. Dan sepertinya ia tahu siapa penyebar gosip itu. Awas kamu!

"Siapa yang bilang?"

"Gak tahu soalnya ngobrolnya rame gitu, pada gosipin kamu di gardu. Karena aku peduli, mangkanya aku kasih tahu kamu. Itu benar gak sih?"

"Biarin aja. Percuma juga kalau dibahas terus. Semua sudah berlalu," Ayu menjawab santai dan tenang padahal hatinya ketar-ketir tak karuan.

"Tapi Yu, nama baik kamu jadi jelek!"

"Ayu gak peduli dengan mereka berdua. Ayu sudah move on."

Ayu melanjutkan kembali larinya yang tertunda, meninggalkan Evi yang bengong. Kok bisa ya Ayu secepat itu move on? Kalau dia, bisa hancur berbulan-bulan baru bisa move on.

Meski mulut Ayu berkata begitu santai seolah tak mempermasalahkan gosip itu tapi hatinya mengatakan sebaliknya. Ia marah. Kenapa jadi dia yang diserang? Dia yang rebut pacar orang tapi dia yang menjelek-jelekkan? Awas kamu, Desi!

~~~****~~~

Suasana rumah Desi nampak ramai dengan pekerja yang hendak membuat tenda dan ibu-ibu yang membantu memasak. Sipat masyarakat di sini paguyuban sehingga setiap ada acara hajatan pasti ibu-ibunya membantu memasak atau mengiris bahan masakan.

Lain ibu-ibu yang tampak ceria, lain lagi dengan Desi yang tampak gelisah di peraduannya. Sejak tadi ia menghubungi Irfan bolak balik tapi tak jua ada balasan.

"A Irfan teh kamana sih? Di telpon ga diangkat? Di chat gak dibales. Apa jangan-jangan dia mau batalin pernikahan ini, ya? Amit-amit, jangan sampe deh. Mau taro di mana muka Desi kalau gagal nikah teh. Hikks.."

Lelah mondar-mandir, Desi duduk di pinggiran kasur. Benaknya melayang pada kejadian di alun-alun tadi pagi.

Flashback on.

"Halo pengkhianat, musang berbulu domba. Buru-buru amat. Mau ke mana?"Tiba-tiba ada suara berbisik di telinganya. Desi menoleh, terkejut. Hampir saja bungkus bubur di tangannya terjatuh.

Desi menelan ludahnya pahit. Gimana ceritanya Ayu ngedalak dia depan umum begini. Bisa malu dia nanti pas acara. 

Desi melirik kiri kanannya, banyak orang-orang yang dikenalnya karena berasal dari blok yang sama dengannya, diam-diam mereka memperhatikannya meski wajahnua berpaling ke arah lain. Gawat.

"Kenapa diam? Bener kan, ucapanku? Ada gosip katanya aku suka kdrt? Kdrt kayak gimana? kalau iya kdrt, ga mungkin lama pacaran. Kamu ya yang nyebarin gosip itu?" Lagi, Ayu berbisik berapi-api. Mukanya menampakkan kemarahannya yang mengakar di seluruh tubuhnya. 

Melihat posisi Ayu yang berbisik di telinga Desi, seakan menunjukan seberapa akrab mereka, seakan tak ada masalah seberat apapun yang bisa memisahkan mereka, walaupun pacar sendiri menikah dengan sahabatnya. Hal itu membuat beberapa teman Ayu yang kebetulan berada disana, memuji kebesaran hati Ayu.

Desi menelan ludahnya yang tertahan di kerongkongan saat melihat Evi dan yang lainnya bergerak mmenghampiri mereka. Ia pun merubah ekspresi wajahnya.

"Kamu kenapa sih, nyalahin aku terus? Padahal aku selalu mengalah selama ini. Kalau memang a Irfan cintanya sama aku dari dulu, harusnya kamu ikhlas dan nerima dengan lapang dada pernikahan kami ini, bukan terus ngejelekin aku. Padahal aku kurang mengalah apa selama ini sama kamu? Aku bahkan ngijinin a Irfan buat pacaran sama kamu. Padahal sejak dulu Irfan cuman cinta sama aku." Suara Desi yang terdengar sedih membuat beberapa orang disitu merubah pemikiran mereka tentang Ayu dalam sekejap. Ternyata Ayu tak sebaik itu!

Desi memegang jemari Ayu dan meletakkannya di dadanya. Ayu merasa risih dan mencoba melepaskan diri.

"Apa-apaan sih kamu, Des? Lepas ih ..."

Desi tersenyum sendu," kalau emang kamu segitu cintanya sama a Irfan, dan minta aku melepas dia untuk yang kedua kalinya buat kamu, aku ikhlas melepas dia kembali. Asal kamu bahagia! Tapi maaf, mungkin aku tak bisa menjadi temanmu lagi karena hatiku sakit kamu perlakukan seperti ini terus dari dulu. Selamat tinggal, Yu...!"

Setelah mengatakan itu, Desi pun melepaskan genggamannya dan berlalu pergi menuju motornya yang sedang diparkir temannya. 

Ayu bengong sesaat. Tak lama ia segera mengejar Desi namun terlambat karena Desi sudah berhasil mencapai parkiran dan mengajak temannya mengebut untuk pergi sebelum Ayu mencapainya.

Flashback off

Desi tersenyum mengingat kehebatan aktingnya atas kejadian tadi. Paling tidak, ia puas karena bisa menjatuhkan Ayu kembali, depan umum pula. Hahaha...!!

Desi merebahkan tubuh langsingnya di atas ranjang berukuran 140 itu. Ia tersenyum sendiri membayangkan besok  dia akan menikah dengan lelaki yang sudah ditaksirnya sejak dulu. 

Benaknya pun mengenang kembali masa-masa awal perkenalannya dulu dengan Irfan.

Flashback on

Desi, Evi dan Ayu yang kala itu masih mengenakan seragam abu abu karena mereka baru pulang sekolah, sedang makan baso langganan mereka di warung tenda pinggir jalan ketika sekelompok anak muda masuk memesan baso beranak juga, dan duduk tak jauh dari mereka. 

Awalnya mereka tak begitu mempedulikan kehadiran cowok-cowok yang baru datang itu tapi ketika salah satu dari mereka bersiul mengajak kenalan bahkan membayarkan baso mereka, saat itu-lah mereka mulai memperhatikan siapa saja para pemuda itu.

"Tak kenal maka tak pacaran. *Tepangken atuh Neng, nami abdi Jaka, anu pang kasepna di kampung Baribis."

*Kenalkan nama saya Jaka, yang paling ganteng di kampung Baribis.

Desi dan Ayu tertawa geli mendengar banyolan Jaka. Diam-diam sudut mata Desi melirik laki-laki pendiam tapi paling tampan diantara yang lain. Meski begitu ia selalu tersenyum setiap diajak ngobrol. Setelah berkenalan, ternyata namanya Irfan. Nama yang ganteng kayak orangnya.

"Des, itu si Irfan ngeliatin aku terus dari tadi. Kayaknya dia suka sama aku!" Bisik Ayu tiba-tiba di telinga Desi, membuatnya terkejut.

Desi menoleh pada Irfan. Ayu benar, Irfan terlihat memfokuskan perhatiannya hanya pada Ayu semata, seolah tak ada orang lain di sekitranya.

Desi menggeram dalam hati, bagaimana bisa Irfan lebih memperhatikan Ayu dibanding dirinya. Padahal, ia pun tak kalah cantik dari Ayu. Lihat saja siapa yang bakal dipilih Irfan nanti, dasar sok cantik!

Sejak itu Desi rajin pdkt ke Irfan. Irfan pun meresponnya. Meski ia merasa Irfan meresponnya hanya untuk memamfaatkannya saja agar ia bisa bertemu Ayu. Desi pun bersedia menjadi mak comblang mereka, hanya agar bisa lebih dekat dengan Irfan. Ia pantang menyerah untuk meraih cinta Irfan. Sampai akhirnya Irfan menembak Ayu, dan Ayu menerimanya, saat itulah ia tahu, ia sudah kalah.

Flashback off

Beep.. beep

Bunyi chat masuk. Desi menepuk-nepuk kasur di sampingnya, mencari keberadaan ponselnya. Kedua bola matanya melebar saat membaca isi pesan tersebut.

Aku lagi nemenin Emak balanja sayur ke pasar buat dikirim ke rumah Desi siang ini. Ada apa?

Aa, Desi takut sama Ayu, masa tadi ngancem katanya Desi gak boleh nikah sama Aa, kayak belum move on dari Aa padahal tadi dia jalan sama Jaka.

Kamu tenang aja. Tar saya yang bilangin Ayu biar ga ganggu kita lagi.

Iya Aa. Aku beruntung banget dapet kamu, Aa. Semoga rumahtangga kita langgeng ya nanti, amin.

Irfan tak menjawabnya lagi, tapi Desi tak peduli. Toh, ia sudah menang satu langkah. 

Desi menyeringai senang. Satu persatu masalahnya selesai. Sebentar lagi semua keinginannya tercapai. Ia tak sabar membayangkan menjadi orang kaya dengan puluhan sertifikat tanah dan sawah yang sebentar lagi akan menjadi miliknya.

~~~****~~~

  

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Marrygoldie
kakak hebat banget bikin q benci banget sama Desi.. mantap nih cerita
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • CLBK (Cinta Lama Biar Kembali)   Not a happy ending

    ~~~***~~~ Flashback on. Beberapa jam sebelum Ayu dan Zaki bertemu, Ayu dan kedua mertuanya tiba menjelang subuh di rumah sakit di mana Irfan dirawat. Namun Ayu auto pingsan saat melihat dari balik kaca, seluruh tubuh Irfan terbungkus perban seperti mummy. Kedua mertuanya panik. Untunglah, petugas rumah sakit dengan sigap membawa Ayu ke ruang pemeriksaan. Menurut salah satu saksi mata yang berada di tempat kejadian, truk bermuatan kosong itu memang sudah oleng dari kejauhan. Dari arah yang berlawanan, mobil carry dengan bak terbuka yang dikendarai Sunar dan Irfan melaju pula dengan kencang. Sehingga saat di belokan, mobil keduanya bertemu dan bertabrakan. Mobil Irfan terseret sampai beberapa meter sebelum akhirnya terguling di samping truk tersebut. Semua pengemudi mobil terluka parah karena benturan berkali-kali yang mengenai kepala mereka. Bahkan kenek supir truk itu meninggal di tempat. Seme

  • CLBK (Cinta Lama Biar Kembali)   Penantian sia-sia

    ~~~***~~~ “Sudahh berkali-kali Aa bilangin, jangan makan sambal. Lihat kan, akhirnya sekarang lambungmu kena.” “Biarin, suka-suka lah. Ngatur aja.” “Sampai ada yang berani membicarakan Ayu lagi di belakangku, awas kalian!” “Udah Aa, jangan galak gitu. Mereka, kan, cuman ngomongin. Neng gak papa, kok,” “ Biarkan Neng, biar mereka tahu, Aa gak suka kamu jadi bahan gunjingan terus menerus.” “Makanya lain kali pamit kalau mau pergi kemana-mana, gak usah jaim. Jadi kalau kejadian motormu mogok lagi, pulsa habis, dompet hilang, Aa bisa langsung jemput kamu. Main kabur aja. Untung aja Aa pasang gps di ponselmu jadi bisa tahu kamu di mana.” “Kalau bilang dulu, bisa-bisa kamu larang. Males,” “Baru disenyumin aja geer banget. Tuh cowok cuman iseng. Jangan gampangan jadi cewek

  • CLBK (Cinta Lama Biar Kembali)   Tak seharusnya begini

    ~~~***~~~ Semilir angin yang sejuk berhembus menerbangkan dedaunan pohon mangga yang banyak tertanam di depan rumah. Malam menjelang, namun suara deru kendaraan yang hilir mudik di depan rumah besar berhalaman luas itu tak jua berhenti. Sesekali orang yang lewat menyapa sang pemilik rumah yang sedang merokok sambil menatap kolam ikan miliknya. Setelah rokoknya tinggal sedikit, ia membuang puntung itu. Lalu ia memasuki rumahnya menuju ke ruanh makan. Perutnya sudah merintih minta diisi. Sesampainya di meja makan, ia membuka tudung saji itu dengan kening mengernyit. “Neng ..!” lelaki berkulit sawo matang itu memanggil sang pujaan hati. Perempuan cantik berambut sepinggang yang dipanggil Neng itu mendekat dari arah kamar. Ditangannya menggenggam ponsel berwarna perak. Raut wajahnya merengut karena tidak suka kesenangannya terganggu. “Apa sih? Ganggu aja.” “Maen ponsel m

  • CLBK (Cinta Lama Biar Kembali)   Dia berubahkah?

    ~~~***~~~ Ayu tiba di kampungnya nyaris menjelang tengah malam di saat semua orang sudah tertidur lelap. Rasanya ia ingin cepat masuk kamar tapi Irfan menahannya di depan rumah. Katanya dia ingin berduaan dengannya. Huh, Ayu segan rasanya menghabiskan waktu hanya berdua saja dengannya meskipun itu hanya semenit. Irfan memilin-milin rambut Ayu di jarinya pelan, imbuhnya," kamu aku pingit. Jangan keluar rumah atau pergi kemana pun. Kalau aku tahu kamu pergi keluar rumah, kamu aku pingit di rumahku. Mau?" Ayu memalingkan wajahnya jengah.Lihat kan, dia selalusaja seperti ini dari dulu. Bagaimana ia menjalani hidupnya dengannya nanti? Bisa-bisa ia gila. "Kamu denger Aa gak Neng?" bahkan dalam keadaan tubuhnya penuh memar, akibat perkelahiannya tadi, tak mengurangi sedikitpun sifat posesifnya. Dasar laki-laki gelo! Bukannya memikirkan sakitnya, malah mikirin Ayu dan melarangnya ini itu.

  • CLBK (Cinta Lama Biar Kembali)   Good bye Ayu

    ~~~***~~~ Udara pagi itu bersinar cerah. Tak biasanya hari itu tidak turun hujan. Setelah seminggu berturut-turut hujan, pagi ini mentari tersenyum cerah. Menyapa insan dibumi yang sedang sibuk menjalankan aktivitasnya. Di sebuah bangunan sederhana, di mana terdapat enam pintu kost, kesibukan terlihat nyata disana. Satu persatu penghuni kos itu pergi. Ada yang mengenakan seragam kantor, sedang menaiki ojek online pesanannya, ada yang sudah pergi menaiki kendaraannya sendiri, dan ada yang mengenakan seragam kampus, yang dijemput temannya untuk pergi ke kampus bersama. Hingga kini hanya tersisa satu pintu terbuka. Sebuah mobil lossbak berhenti di depan koss Ayu yang sepi. Dua orang pria turun dari sana. Mereka tampak mengobrol dan mengetuk pintu pagar. Tak lama penghuni kos yang terakhir keluar dan membukakan pintu pagar koss. Penghuni kos terakhir itu adalah Wina, tetangga samping kos Ayu. Wina dan oran

  • CLBK (Cinta Lama Biar Kembali)   Sudah jatuh, tertimpa tangga

    ~~~***~~~ Siang ini bersinar terik dan sinar radiasinya menusuk kulit. Beberapa orang yang sedang berada di luar ruangan mengeluhkan panasnya terik mentari yang belakangan ini sering sekali mereka alami. Sehinggga mereka bergegas mencari tempat untuk berlindung dari sengatan mentari tersebut. Di salah satu resto dalam mal, tampak Desi sedang menyantap makanannya itu dengan hati dongkol. Bagaimana ia tidak dongkol, Sudah 2 jam ia menunggu notif di ponselnya, berharap ada pemberitahuan uang masuk dari Dicky. Siang ini Dicky berjanji akan mentransfer uang 100 juta supaya dia tidak menyebarkan fhoto-fhoto tidak senonoh Irfan dan Ayu. Namun sampai ia selesai makan pun, tak jua ada pesan masuk. Awas saja kalau sampai mereka ingkar, dia akan menyebarkan foto itu di sosmed juga. Batinnya dalam hati. Desi menggeram kesal saat kembali menelpon mantan mertuanya tapi selalu tulalit. Ia kesal. Apa mantan m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status