Udara malam di bulan November menjelang musim dingin mulai menggigit, membuat orang-orang lebih memilih tinggal di dalam rumah dan menghangatkan diri bersama keluarga sambil menikmati kudapan ringan atau semangkuk sup.
Tetapi disebuah kamar yang megah dan mewah, Lorant mengerang menahan sakit yang tidak terkira, tubuhnya seperti terbakar, meminta untuk dituntaskan hasrat yang tidak dapat ditahan. Sekuat apapun dia menolak, tubuhnya justru semakin mengejang, membuat sensasi dahaga asmara yang menyakitkan. Dalam kondisi ini, bahkan Lorant merasa yakin, dirinya mampu mencairkan es yang beku sekalipun, saking berkobarnya hawa panas membara dalam dirinya.
Matanya nanar menatap tajam seorang gadis dengan tubuh polos yang berjalan anggun mendekatinya perlahan. Wajah gadis itu sangat cantik, mungil, dengan bibir tipis merah mempesona, matanya biru cemerlang seperti samudera yang luas, sangat serasi dengan kulitnya yang putih sehalus pualam, karena p
Dalam kesendirian di tengah malam, Benca terbangun. Meskipun udara di dalam kamarnya cukup sejuk, namun tubuhnya basah bersimbah keringat. Dengan nafas memburu, Benca mencoba untuk mengembalikan kesadarannya. Kemudian perlahan mengambil air mineral yang tersedia di meja nakas, di samping tempat tidurnya. Setelah tenang, Benca kembali duduk dan bersandar pada kepala tempat tidur sambil memeluk lututnya. Dia masih gemetar akibat mimpi buruknya,"Lorant, kamu di mana? aku mendengarmu memanggilku dari kegelapan. Kamu kenapa? apakah semuanya baik-baik saja? ada apa denganmu, sayang? aku hanya mendengar suaramu meraung sedih memanggilku, lalu dari kegelapan tanganmu menggapai-gapai, seolah meminta pertolongan. Tetapi, aku tidak bisa meraihmu. Aku tidak bisa menggenggam tanganmu. Kamu terasa dekat, namun juga jauh. Setiap kali aku seperti sudah dekat dan merasakan jemarimu, seketika kamu seperti tersedot dan menghilang."Benca menangis dalam hati.
Sinar matahari menerobos kerapatan pepohonan dan daun-daun di dalam hutan, hingga menerangi dan menghangatkan wajah Arpad yang teridur pulas dibalik rimbunnya dedaunan. Arpad menggeliat, merasakan disorientasi sesaat. Arpad memicingkan matanya, karena efek sinar matahari yang langsung menerpa wajahnya. Beberapa waktu kemudian, barulah Arpad ingat semuanya, mengapa dirinya sampai tertidur di tempat ini. Refleks dirinya melongok, melihat ke arah rumah pohon yang sudah sepi, seolah-olah tidak pernah terjadi pergumulan hebat semalam. Arpad mempelajari situasinya sebentar, memastikan bahwa semua aman, lalu mulai mengendap-endap menuju rumah pohon. Sejenak dirinya terdiam, mencoba menangkap suara sekecil apapun yang mungkin masih tersisa di rumah pohon. Namun telinganya yang cukup tajam, tidak mendengar apapun kecuali desir angin di bulan November yang cukup intens. Arpad cukup terkejut mendapati dirinya bisa tertidur ny
Gustav memasuki rumahnya dengan senyum sumringah, karena apa yang baru saja dilewatinya semalam bersama Ellie, masih terpatri begitu jelas. Seolah-olah kehangatan tubuh Ellie serta harum yang menguar dari pori-pori kulit wanita terkasihnya, masih tercium dan menempel di hidungnya. Meskipun informasi yang disampaikan oleh mata-mata kepercayaannya membuat sedikit harinya yang indah sedikit ternoda, namun tetap saja Gustav merasa berbunga-bunga. Bahkan, meskipun kejadian intim dengan Ellei baru terjadi semalam, dia sudah merindukan kekasihnya itu. Mereka memang telah sama-sama beranjak tua, namun entah mengapa, hasrat mereka masih terasa sama seperti bertahun-tahun lalu. Bagaimanapun, informasi tentang Lorant yang diperkirakan sudah meninggal dan berada di tangan Karoly serta Jensey ikut membebani pikirannya. Lorant adalah keponakan Ellie, meskipun dia tidak terlalu mengenal Lorant, namun dia tahu semua keluarga Ellie. Sangat disayangkan jika ada konflik keluarga
Air jernih membasahi wajah Arpad yang lelah. Dia baru saja tiba di rumahnya, dan langsung masuk ke dalam kamar tanpa menemui siapapun. Dia hanya ingin mengistirahatkan sejenak pikirannya yang penat. Terlalu banyak hal yang menjadi beban pikirannya saat ini."Aku harus membuat semacam pemetaan kasus, untuk membantuku bekerja secara efektif. Jika seperti ini, semuanya akan terasa rumit. Aku perlu mengurainya satu persatu dalam sebuah matriks."Kata-kata itu seperti berputar di dalam kepalanya, memberi semacam pencerahan. Arpad melupakan lelahnya, langsung duduk dan berdiri, melangkah ke meja kerja, mencari kertas dan pena. Kemudian mulai menulis.Arpad memberi sebuah judul pada kolom matriks pertama sambil bergumam,"Lorant. Hmm... oke, pertanyaan pertama. Masih hidup at
Gustav dan Arpad tampak berbicara dengan akrab di ruangan utama kediaman keluarga Matternich zu Brohl. Setelah penyelidikan yang cukup intensif, Arpad menemukan bahwa Gustav memiliki bisnis yang berkaitan dengan kayu, bahkan Gustav memilik sebagian lahan di hutan Cachtice. Arpad terus mecari cara untuk bisa menjalin hubungan bisnis, agar dia bisa menemui Benca. Dan saat ini, dia memberanikan diri bertamu ke kediaman Gustav Matternich zu Brohl secara langsung. Tentu saja reputasi seorang Arpad tidak menyulitkan sama sekali untuk menjadi tamu di keluarga bangsawan manapun, termasuk Gustav. Sejak Lorant dinyatakan hilang sampai belum ditemukan kembali, Arpad bertekad menjadi pelindung bagi Benca, menggantikan Lorant. Dia merasa, hanya dialah satu-satunya yang bisa menggantikan Lorant. Mereka berdua mirip satu sama lain, dan mereka juga mencintai Benca. Meskipun Benca sepertinya hanya mencintai Lorant. Tetapi Arpad tidak keberatan sama sekali. Arpad sempat melihat
Sesaat Benca, Gustav dan Arpad terkejut, hanya tabib yang merasa gembira. Sementara yang lainnya sibuk dengan pikiran masing-masing. Namun Gustav segera menguasai keadaan, setelah bertanya beberapa hal pada tabib terkait kondisi Benca, Gustav mempersilahkan tabib untuk pulang. "Terima kasih atas bantuanmu. Sekarang kamu boleh pulang, dan mungkin aku akan membutuhkan pertolongan darimu lagi. Pengawal akan mengantarmu sampai ke rumah dengan aman. Namun satu permintaanku, tolong rahasiakan kehamilan putriku hingga saat kelahirannya. Aku tidak suka keriuhan." Meskipun Gustav bicara pelan, namun ada ketegasan dalam nada suaranya. Tabib mengangguk, tanda mengerti. Lalu berjalan mundur sejenak sebelum melangkahkan kakinya ke luar dari ruangan. Setelah tabib pergi, suasana menjadi senyap dan sangat hening sesaat. Benca memberanikan diri memecah kesunyian, "Ayah, aku akan menjelaskan semuanya." Ucap Benca lirih. &nb
Arpad melangkah memasuki rumahnya dengan langkah tergesa-gesa, dia harus bergegas melakukan beberapa hal sebelum tanggal pernikahnnya bersama Benca dilakukan. Ada perasaan gembira yang membuncah dalam hatinya, bersamaan perasaan bersalah terhadap Lorant, seolah-olah dirinya seperti mengambil kesempatan dalam kesempitan.Segera dihempaskan pemikiran meresahkan itu dari kepalanya,"Aku tidak sedang memanfaatkan keadan, sebaliknya, aku sedang menyelamatkan situasi yang rumit ini. Aku harus berusaha menemukan, atau setidaknya mendapatkan kabar mengenai keberadaan Kak Lorant, sebelum pernikahanku dengan Benca. Jika memang Kak Lorant telah meninggal, maka aku akan ikhlas menjadi pengganti Kak Lorant menjaga Benca. Namun jika Kak Lorant masih hidup, dan mereka berdua ingin hidup bersama, maka aku akan ikut bahagia bersama mereka. Aku akan mendukung dan menjadi orang pe
Aymeric seperti berkejaran dengan waktu. Bagaimanapun caranya, dia harus bisa mendapatkan informasi tentang Lorant. Selama penyelidikkannya, dia mengetahui bahwa Jensey dan Karoly adalah Kakak Beradik. Seharian penuh Aymeric menguntit mereka dan mempelajari kebiasaan mereka, namun cukup sulit bagi Aymeric untuk bisa dekat dan mendapatkan informasi detil terkait Lorant, semuanya terasa sangat normal dan berjalan biasa-biasa saja. Aymeric berpikir untuk mengambil langkah cepat, yaitu intimidasi. Dia perlu melakukan sebuah penyamaran agar bisa mendekat, kemudian mencari kesempatan mengancam mereka untuk memberitahu keberadaan Lorant. Setelah memikirkan beberapa hal, Aymeric memutuskan untuk kembali ke rumah Arpad, dan mengatur beberapa rencana. Arpad mengangguk-angguk mendengar semua yang direncanakan oleh Aymeric. Tidak lama kemudian, dia mengeluarkan beberapa hasil penyelidikkannya terkait penyelewengan yang dilakukan oleh Jensey, namun h