共有

Bab 2

作者: Watermelon
Aroma parfum dari tubuh Silvia masih tercium samar di pelukan Bimo.

Riana tiba-tiba mendorong pria yang telah dia cintai selama bertahun-tahun itu dengan kuat, lalu berteriak dengan mata memerah, "Demi Silvia, kamu rela membiarkan anak kita dianggap anak haram? Kamu khawatir akan nama baiknya, lalu gimana denganku? Apa nama baikku nggak penting bagimu?"

Bimo terdiam lama. Jakunnya bergerak naik turun dan suaranya terdengar sangat serak.

"Waktu itu di pesta, kalau saja bukan karena Silvia datang memberitahuku, mungkin kamu sudah .... Jadi aku benar-benar nggak sanggup melihat Silvia dicemooh orang."

Tiga tahun lalu, di sebuah pesta, seseorang menaruh obat bius ke minuman Riana. Dia hampir diperkosa oleh sekelompok preman, kalau saja Silvia tidak segera memberi tahu Bimo, mungkin Riana sudah tidak sempat diselamatkan.

Setelah kejadian itu, Bimo memberi Keluarga Handoko belasan proyek besar, ditambah uang tunai seratus miliar sebagai tanda terima kasih.

Namun, bagi Bimo, semua itu masih belum cukup.

Selama tiga tahun, Bimo terus membantu Keluarga Handoko, mengurus berbagai urusan bisnis Keluarga Handoko, bahkan diam-diam membelikan Silvia beberapa perhiasan mahal. Setiap kali Silvia sakit, Bimo selalu menjadi orang pertama yang datang merawatnya.

Setiap kali Riana mencoba menghentikannya, Bimo hanya menjawab, "Silvia pernah menyelamatkanmu. Aku nggak bisa berpura-pura nggak peduli padanya."

Baru saat ini Riana menyadari dengan pilu, kebaikan yang terjadi tiga tahun lalu, mungkin harus dibayar oleh suaminya dengan seumur hidupnya.

Saat itu pula, untuk pertama kalinya, Riana menyadari bahwa hati yang dahulu berdebar hangat karena Bimo perlahan-lahan mulai mendingin, hingga akhirnya kehilangan seluruh kehangatannya.

Ternyata begini rasanya ketika cinta memudar.

Tiba-tiba, Silvia menjerit sambil memegangi perutnya dengan wajah kesakitan.

"Kak Bimo, perutku sakit sekali! Anak kita ... anak kita nggak apa-apa, 'kan?"

Riana bisa merasakan tangan yang memeluknya menegang sesaat.

Dia tersenyum getir dan berkata, "Pergilah. Jangan sampai menyesal."

Raut wajah Bimo penuh kerumitan. Namun, pada akhirnya, dia melepaskan Riana, lalu menggendong Silvia dan berlari menuju ruang pemeriksaan.

Riana menghapus air mata di pipinya dengan tenang, lalu berbalik dan melakukan tiga hal.

Pertama, dia membuat janji untuk menjalani operasi aborsi.

Kedua, dia menghubungi pengacara untuk menyiapkan surat cerai.

Ketiga, dia membeli tiket pesawat ke luar negeri untuk penerbangan dua minggu mendatang.

Bimo boleh saja rela membuat anak kandungnya dicap sebagai anak haram demi menjaga nama baik Silvia, tetapi Riana tidak bisa. Dia lebih memilih agar anak itu tidak pernah lahir ke dunia ini.

Adapun pernikahannya dengan Bimo, Riana tahu, tidak ada lagi alasan untuk dipertahankan.

Dua minggu kemudian, Riana akan meninggalkan tempat yang hanya memberinya luka dan tidak akan pernah kembali lagi.

Operasi aborsi dijadwalkan tiga hari kemudian.

Saat keluar dari ruang dokter dengan membawa lembar jadwal operasi, Riana berpapasan langsung dengan Silvia.

"Anak dalam kandungan Kakak cuma anak haram, memangnya pantas diperiksa segala?"

Tanpa kehadiran Bimo, wajah asli Silvia pun terlihat jelas.

"Kamu tahu nggak? Aku sengaja mengatur jadwal pemeriksaanku bersamaan denganmu. Tapi Kak Bimo selalu memilih menemaniku dulu, bahkan baru tenang setelah mengantarku pulang. Aku ingat, ada beberapa kali karena dia pulang terlalu larut, kamu harus menunda pemeriksaanmu, 'kan?

Riana mengepalkan kedua tangannya dengan erat.

Pantas saja, setiap kali tiba jadwal pemeriksaan, Bimo selalu tiba-tiba sibuk di kantor dan rapatnya selalu berlangsung sampai larut malam.

Betapa kasihan dirinya saat itu. Karena merasa iba melihat Bimo yang bekerja keras, meski mual kehamilan sering membuatnya hampir memuntahkan cairan empedu, Riana tetap memaksakan diri ke dapur, hanya agar suaminya bisa menikmati semangkuk bubur kacang hangat begitu tiba di rumah.

Mengingat semua itu, Riana merasa mual. Perutnya pun mulai terasa nyeri.

Dia tidak punya tenaga untuk menanggapi provokasi Silvia, yang diinginkannya hanyalah segera pulang dan beristirahat di tempat tidur.

Namun, di detik berikutnya, sudut bibir Silvia terangkat membentuk senyum tipis, lalu dengan satu gerakan "tidak sengaja", tubuhnya terhuyung ke belakang.

"Silvia!"

Bimo hampir melompat untuk menangkapnya, dia memeluk Silvia sebelum tubuh wanita itu menyentuh lantai.

Silvia pun mulai terisak pelan.

"Semua ini salahku, Kak Riana jadi sangat marah. Dia benci aku, juga benci anak dalam kandunganku. Tapi aku nggak menyalahkannya, aku tahu Kakak pasti nggak sengaja, hiks, hiks, hiks ...."

Kata-kata itu sama persis seperti yang pernah dirinya dengar dulu.

Riana tidak tahan lagi dan berteriak, "Nggak seperti itu! Aku sama sekali nggak ...."

Namun, Bimo hanya menatap Silvia di pelukannya dengan wajah penuh penyesalan.

"Silvia, jangan salahkan Riana, ya? Aku akan minta maaf padamu kalau perlu."

Riana tertegun.

Dia tidak percaya, Bimo bahkan tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan dan langsung menjatuhkan vonis bersalah padanya.

"Nggak seperti itu! Aku nggak menyentuhnya sama sekali! Kalau kalian nggak percaya, kalian bisa lihat rekaman CCTV di koridor!"

Riana menunjuk ke arah kamera CCTV di sudut dinding.

Silvia yang tidak menyangka ada kamera di sana seketika pucat. Dia menggenggam lengan Bimo dengan kuat sambil menangis hingga tubuhnya bergetar hebat.

Bimo hanya menghela napas dan memijat pelipisnya, suaranya terdengar letih.

"Riana, aku tahu kamu sedang marah. Aku nggak memintamu meminta maaf pada Silvia, tapi tolong ... jangan membuatnya makin tertekan, ya?"

Saat itu, Riana seolah benar-benar mendengar suara hatinya retak berkeping-keping.

Pria yang dulu menggendongnya ke dalam mobil di malam yang dingin, dengan lembut menyelimutinya dengan jaket, dan bersumpah akan selalu memercayainya, akhirnya mengingkari janjinya.

Silvia menatapnya sambil tersenyum puas, kemudian berpura-pura terisak dan bersandar di dada Bimo.

"Kak Bimo, aku merasa nggak enak badan. Bisa tolong antar aku pulang dulu?"

Sebuah keraguan melintas di mata Bimo, tapi akhirnya dia berkata pada Riana, "Silvia masih ketakutan. Aku akan mengantarnya ke mobil dulu, lalu kembali menjemputmu. Tunggu di sini, ya."

Setelah itu, dia menggendong Silvia dan berjalan cepat ke arah pintu keluar tanpa menoleh sedikit pun.

Seorang perawat yang kebetulan lewat menatap mereka dengan mata berbinar iri.

"Pria itu benar-benar baik pada istrinya! Ruang pemeriksaan ada di lantai enam belas, tapi dia bahkan nggak menunggu lift dan memilih berlari turun tangga. Kapan aku bisa punya suami seperti itu?"

"Suami baik nggak mudah ditemukan. Lihat saja wanita hamil di sana, wajahnya sudah sepucat itu, tapi suaminya nggak terlihat menemaninya. Kasihan sekali .... Eh, kamu kenapa? Cepat, panggil dokter! Ada wanita hamil pingsan di koridor!"

Sebelum kehilangan kesadaran, yang terakhir dilihat Riana adalah wajah panik sang perawat.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Cahaya Bulan yang Merindukan Masa Indah   Bab 24

    Opini publik mulai berbalik arah dengan cepat.Orang-orang yang sebelumnya ikut memboikot Bimo mendadak beramai-ramai menyerang akun media sosial Riana.Mereka yang rasional datang untuk meminta klarifikasi, sedangkan yang tidak rasional langsung memaki Riana habis-habisan di kolom komentar.Sebenarnya bukan hanya akun pribadi Riana yang diserang, akun resmi milik Grup Hastanta pun dibanjiri serangan.Di dunia maya, komentar-komentar seperti, "pria brengsek dan wanita murahan" serta "anak haram itu pantas untuk digugurkan" terus bermunculan.Di dunia nyata, seluruh seri Kebahagiaan Cahaya Bulan diboikot. Produk Grup Hastanta pun sering dilaporkan agar ditarik dari peredaran. Bahkan ada orang yang sampai memasang spanduk di gedung perusahaan, menuntut pihak berwenang menelusuri catatan pajak Grup Hastanta selama bertahun-tahun.Riana berkata, "Masalah ini bermula dari aku, jadi memang seharusnya aku yang mengakhirinya."Namun, Brian menolak keras."Riana, percayalah padaku. Aku bisa men

  • Cahaya Bulan yang Merindukan Masa Indah   Bab 23

    "Nggak boleh!"Asisten mengira Bimo khawatir Keluarga Hastanta akan ikut campur dalam masalah ini, sehingga dia segera menjelaskan, "Tentu saja, jika semua tuduhan diarahkan padanya, Keluarga Hastanta pasti akan turun tangan. Tapi sebagai pihak yang disalahkan oleh opini publik, begitu Keluarga Hastanta terlibat, kita bisa mengarahkan warganet untuk menelusuri masa lalu Brian dan dia. Saat itu, kita hanya perlu menyebarkan sedikit potongan video yang belum tentu kebenarannya di internet, warganet tidak akan repot-repot mencari kebenarannya. Apa pun yang kita arahkan, itulah yang akan mereka percayai. Begitu tuduhan bahwa Brian telah merebut istri orang lain terbukti, dengan kekuatan Grup Ganendra, kita bisa menjatuhkan Keluarga Hastanta dalam satu pukulan, sekaligus membersihkan jalan kita untuk masuk ke lingkaran bisnis ibu kota!"Tepat ketika asisten berbicara dengan penuh semangat, Bimo tiba-tiba melemparkan gelas di atas meja ke lantai."Aku bilang nggak boleh! Aku nggak akan biark

  • Cahaya Bulan yang Merindukan Masa Indah   Bab 22

    Pernikahan berlangsung sesuai rencana.Bimo diusir oleh petugas keamanan dari gerbang Keluarga Hastanta dan hanya bisa mendengar sorak-sorai serta ucapan selamat dari dalam.Dia bahkan bisa membayangkan sosok Riana berdiri di bawah sorotan lampu dengan gaun pengantin berwarna putih tanpa cela.Riananya adalah pengantin tercantik di dunia.Bukankah dulu dia pernah memiliki Riana?Saat itu, mata dan hati Riana hanya tertuju padanya. Tatapan gadis itu penuh dengan kasih dan kelembutan yang tidak terhitung, sementara Bimo pun pernah bersumpah di hadapan semua orang bahwa dia akan melindungi istrinya seumur hidup dan menjadikannya wanita paling bahagia di dunia.Namun, mengapa akhirnya mereka bisa sampai pada titik ini?Bimo mencengkeram rambutnya dengan putus asa. Rasa sakit di perutnya sama sekali tidak sebanding dengan rasa sakit di hatinya.Seorang gadis muda memperhatikan pria yang bertubuh tinggi dan tampan ini. Dengan wajah memerah dan jantung berdebar, dia hendak mendekat untuk memi

  • Cahaya Bulan yang Merindukan Masa Indah   Bab 21

    Bimo pun diusir keluar oleh petugas keamanan.Sebelum pergi, dia terus berteriak memanggil nama Riana."Riana! Jangan menikah dengannya, kumohon jangan! Jelas-jelas yang saling mencintai itu kita! Aku tahu semua yang terjadi dulu adalah salahku. Tolong, berikan aku satu kesempatan lagi. Jangan tinggalkan aku, kumohon padamu!"Bimo berteriak hingga suaranya serak, membuat para tamu undangan yang hadir saling berbisik dengan rasa ingin tahu."Jadi, istri yang selama ini dicari Bimo ternyata adalah mempelai wanita Keluarga Hastanta? Astaga, kayak nonton sinetron saja.""Aku ingat dulu hubungan Bimo dan Riana terkenal sangat baik. Sekarang, Bimo rela menurunkan harga dirinya demi mengejar mantan istrinya, bukan nggak mungkin Riana akan tersentuh juga.""Entahlah, tapi kalau pihak Keluarga Hastanta tahu, pasti akan jijik. Kalau dibilang secara halus, dia menikah lagi setelah cerai, tapi kalau dibilang secara kasar, bukankah dia itu cuma barang bekas? Entah, sebenarnya Riana punya cara apa s

  • Cahaya Bulan yang Merindukan Masa Indah   Bab 20

    Riana tertegun.Dia semula mengira orang yang masuk adalah Brian. Riana bahkan sudah lebih dulu menyiapkan senyum di wajahnya. Namun, sosok yang muncul di hadapannya justru adalah orang yang bahkan seumur hidup ini tidak ingin dia temui lagi, yaitu Bimo.Senyum di wajahnya seketika membeku, disertai kewaspadaan yang jelas terlihat.Namun, Bimo tidak menyadari apa pun.Dia begitu ingin bertemu Riana, hingga hampir membuatnya gilaSebelum berangkat, Bimo sudah membayangkan hasil terbaik yang mungkin terjadi hanyalah mendapatkan sedikit petunjuk tentang Riana. Namun, dia sama sekali tidak menyangka keberuntungan luar biasa itu benar-benar datang. Sekarang, dia benar-benar melihat Riana di depan matanya sendiri!Naluri tubuhnya bergerak lebih cepat dari pikirannya. Bimo langsung memeluk Riana erat-erat ke dalam dekapannya."Riana, Rianaku, apa kamu tahu, aku merindukanmu sampai hampir gila! Aku benar-benar ... benar-benar sudah nggak sanggup lagi bertahan ...."Baru pada saat itu Bimo mera

  • Cahaya Bulan yang Merindukan Masa Indah   Bab 19

    Pesta pernikahan Keluarga Hastanta berlangsung megah dan meriah.Bukan hanya kalangan elit ibu kota yang hadir, banyak orang penting dari Kota Obria pun turut datang.Di tengah gemerlap pesta, denting gelas dan wangi parfum memenuhi udara, semua orang saling tersenyum dan berbasa-basi.Banyak tamu yang membawa gelas anggur, berusaha menyapa Bimo yang sudah lama tidak muncul di depan umum, tetapi semuanya ditolak.Di depan mereka diam, tapi di belakang, mereka diam-diam membicarakannya."Bukannya dulu Tuan Bimo selalu tampak penuh semangat dan berwibawa? Mengapa sekarang seperti menua belasan tahun?""Kamu belum dengar, ya? Istri Tuan Bimo sudah menceraikannya dan langsung menghilang. Beberapa waktu lalu, dia cariin sampai hampir kehilangan akal.""Gimana bisa gitu? Bukannya Bimo terkenal sangat mencintai istrinya?""Cinta apanya? Nyatanya dia tetap nggak bisa menahan diri. Dia malah berselingkuh dengan adik istrinya sendiri, bahkan mengakui di depan media bahwa anak yang dikandung Silv

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status