共有

Cahaya Bulan yang Merindukan Masa Indah
Cahaya Bulan yang Merindukan Masa Indah
作者: Watermelon

Bab 1

作者: Watermelon
Menikah selama tujuh tahun, Riana Handoko akhirnya berhasil mengandung. Namun, saat pemeriksaan kehamilan, dia mendapati kolom ayah pada formulir kosong.

Dia tidak dapat menahan diri untuk menegur, "Kolom ayah anak ini seharusnya tertulis Bimo Ganendra. Apa kalian lupa mengisinya?"

Hampir seluruh kalangan di Obria tahu bahwa Kepala Keluarga Ganendra sangat mencintai istrinya, bahkan bersedia menjalani vasektomi demi Riana.

"Riana, melihatmu berkali-kali minum obat dan disuntik, hatiku serasa hancur. Kamu adalah hidupku. Kalau untuk memiliki anak, kita harus membuatmu menderita seperti ini, lebih baik aku menjalani vasektomi permanen!"

Untungnya Tuhan yang tersentuh oleh cinta mereka, akhirnya memberi keajaiban.

Hari ketika hasil tes menunjukkan bahwa Riana hamil, Bimo yang selama ini berkepribadian dingin dan tegas berlutut memeluk Riana sambil menangis sampai suaranya serak. Bahkan pendaftaran kehamilan pun dia urus sendiri.

Melihat betapa perhatiannya Bimo padanya, seharusnya tidak mungkin ada kesalahan.

Petugas yang melayaninya tampak masih baru. Dia menatap layar komputer cukup lama sebelum akhirnya memastikan.

"Kolom ayah anak ini memang sudah kosong sejak awal pembuatan berkas."

Sambil berkata seperti itu, ekspresinya berubah aneh, seolah menemukan sesuatu.

"Sebaliknya, nama Bimo Ganendra yang Anda sebut justru tercantum di kolom ayah dari anak wanita lain. Namanya Silvia Handoko. Apa Anda mengenalnya?"

Kepala Riana seketika terasa meledak, tubuhnya seperti jatuh ke dalam jurang es.

Semua orang di lingkaran sosial tahu bahwa Riana pernah diadopsi oleh Keluarga Handoko. Namun, pada hari ketika Keluarga Handoko menemukan putri kandung mereka yang sebenarnya, mereka mengusir Riana dengan alasan bahwa dia telah merebut kehidupan putri asli mereka selama bertahun-tahun.

Putri kandung itu tidak lain adalah Silvia.

Yang tidak pernah Riana bayangkan adalah ketika dirinya keluar dari ruang pemeriksaan dalam keadaan linglung sambil menggenggam hasil pemeriksaan kehamilan, dia justru melihat Bimo dan Silvia di koridor.

"Kak Bimo, bukannya hari ini juga hari pemeriksaan kehamilan Kak Riana? Alih-alih menemaninya, kamu malah menemaniku. Bukankah itu agak nggak pantas?"

Bimo memperhatikan tali sepatu Silvia yang terlepas, lalu berlutut untuk mengikatkannya dengan bentuk pita yang indah, gerakannya terampil, seolah sudah sering melakukannya.

"Lihat dirimu ini, kamu bahkan nggak sadar tali sepatumu lepas. Bagaimana aku bisa tenang? Soal Riana, aku sudah memintanya menunggu di rumah sebentar. Setelah menemanimu, aku akan menemaninya untuk pemeriksaan."

Sinar matahari menembus kaca jendela dan jatuh di perut Silvia yang sedikit membuncit, membuatnya tampak lembut dan anggun, dengan sorot wajah yang memancarkan sedikit kegembiraan.

"Kak Bimo memilih menemaniku dulu. Bolehkah aku menganggap bahwa Kak Bimo sebenarnya lebih memedulikanku? Ah! Sepertinya bayi kita sedang menendang. Kak Bimo, kamu merasakannya nggak?"

Wajah Bimo seketika menunjukkan kekhawatiran. Tanpa ragu, dia menggendong Silvia di depan umum. Namun, ketika berbalik, pandangannya bertemu dengan sosok Riana yang berdiri di sudut koridor.

Ekspresi Bimo seketika panik. Beberapa kali dia membuka mulut, tetapi tidak sanggup mengucapkan sepatah kata pun.

Riana perlahan melangkah mendekatinya, lalu mengangkat tangan dan menamparnya!

Tamparan itu dia berikan dengan segenap tenaga. Separuh wajah Bimo langsung membengkak.

"Bimo, beri aku penjelasan."

Sebelum Bimo sempat bicara, Silvia sudah lebih dulu merentangkan kedua tangannya, berdiri di depan pria itu seperti induk yang melindungi anaknya, wajahnya dipenuhi kemarahan.

"Aku sedang mengandung anak Kak Bimo. Dia hanya menemaniku untuk pemeriksaan kehamilan, atas hak apa kamu menamparnya?"

Pada saat itu juga, air mata Riana tidak bisa lagi dibendung. Rasa sakit di dadanya begitu dalam hingga membuatnya nyaris tidak mampu berdiri tegak.

Melihat reaksi Riana, Bimo tanpa berpikir panjang mendorong Silvia ke samping dan memeluk istrinya erat-erat dengan penuh rasa sayang.

"Bukan begitu Riana, jangan nangis. Anak dalam kandungan Silvia bukan anakku. Aku hanya nggak tega melihatnya dicemooh karena hamil di luar nikah. Ayah dari anak itu sudah pergi dan karena kondisi tubuh Silvia yang lemah, dia nggak bisa menggugurkannya. Aku hanya ingin membantunya."

"Bagaimanapun juga, dia adikmu, 'kan?"

Tubuh Riana langsung menegang.

Riana masih ingat dengan jelas hari pertama Silvia kembali ke Keluarga Handoko.

Hari itu, Silvia terjatuh dari tangga, dia menangis sambil berkata kepada kedua orang tua mereka, "Aku nggak menyalahkan Kak Riana. Kakak pasti nggak sengaja, dia hanya takut kalian akan lebih menyayangiku."

Nyonya Handoko menampar Riana dengan keras. Dia memaki Riana dengan kata-kata kejam, lalu menanggalkan seluruh pakaiannya dan mengusirnya keluar dari Kediaman Keluarga Handoko.

"Kamu sudah merebut kehidupan Silvia, bahkan pakaian di tubuhmu pun miliknya. Kamu nggak pantas tinggal di sini. Pergi!"

Seandainya saat itu Bimo tidak kebetulan lewat dan menghentikan mobilnya, mungkin Riana sudah mati kedinginan malam itu.

"Dia bukan adikku!"

Riana berteriak histeris. Bimo segera memeluknya lebih erat, berusaha menenangkannya dengan suara rendah.

"Iya, iya, jangan sedih lagi, ya? Hatiku hancur melihatmu seperti ini."

Silvia sepertinya menyadari kertas hasil pemeriksaan di tangan Riana, lalu ikut menjelaskan dengan suara yang terdengar agak sombong.

"Benar, Kak. Kak Bimo memang hanya takut aku jadi bahan gosip. Aku nggak sekuat Kakak, aku benar-benar nggak sanggup menanggung semuanya. Karena itu, Kak Bimo bersedia jadi ayah dari anakku. Kamu tahu, Keluarga Ganendra hanya bisa memiliki satu cucu laki-laki. Karena itu, anakmu hanya bisa dianggap sebagai anak tanpa ayah dulu. Tapi nanti aku pasti akan bujuk Kak Bimo untuk mengangkatnya. Aku janji, meski anakmu hanya anak angkat, aku nggak akan menelanjanginya dan mengusirnya dari rumah. Kakak, tenang saja."

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Cahaya Bulan yang Merindukan Masa Indah   Bab 24

    Opini publik mulai berbalik arah dengan cepat.Orang-orang yang sebelumnya ikut memboikot Bimo mendadak beramai-ramai menyerang akun media sosial Riana.Mereka yang rasional datang untuk meminta klarifikasi, sedangkan yang tidak rasional langsung memaki Riana habis-habisan di kolom komentar.Sebenarnya bukan hanya akun pribadi Riana yang diserang, akun resmi milik Grup Hastanta pun dibanjiri serangan.Di dunia maya, komentar-komentar seperti, "pria brengsek dan wanita murahan" serta "anak haram itu pantas untuk digugurkan" terus bermunculan.Di dunia nyata, seluruh seri Kebahagiaan Cahaya Bulan diboikot. Produk Grup Hastanta pun sering dilaporkan agar ditarik dari peredaran. Bahkan ada orang yang sampai memasang spanduk di gedung perusahaan, menuntut pihak berwenang menelusuri catatan pajak Grup Hastanta selama bertahun-tahun.Riana berkata, "Masalah ini bermula dari aku, jadi memang seharusnya aku yang mengakhirinya."Namun, Brian menolak keras."Riana, percayalah padaku. Aku bisa men

  • Cahaya Bulan yang Merindukan Masa Indah   Bab 23

    "Nggak boleh!"Asisten mengira Bimo khawatir Keluarga Hastanta akan ikut campur dalam masalah ini, sehingga dia segera menjelaskan, "Tentu saja, jika semua tuduhan diarahkan padanya, Keluarga Hastanta pasti akan turun tangan. Tapi sebagai pihak yang disalahkan oleh opini publik, begitu Keluarga Hastanta terlibat, kita bisa mengarahkan warganet untuk menelusuri masa lalu Brian dan dia. Saat itu, kita hanya perlu menyebarkan sedikit potongan video yang belum tentu kebenarannya di internet, warganet tidak akan repot-repot mencari kebenarannya. Apa pun yang kita arahkan, itulah yang akan mereka percayai. Begitu tuduhan bahwa Brian telah merebut istri orang lain terbukti, dengan kekuatan Grup Ganendra, kita bisa menjatuhkan Keluarga Hastanta dalam satu pukulan, sekaligus membersihkan jalan kita untuk masuk ke lingkaran bisnis ibu kota!"Tepat ketika asisten berbicara dengan penuh semangat, Bimo tiba-tiba melemparkan gelas di atas meja ke lantai."Aku bilang nggak boleh! Aku nggak akan biark

  • Cahaya Bulan yang Merindukan Masa Indah   Bab 22

    Pernikahan berlangsung sesuai rencana.Bimo diusir oleh petugas keamanan dari gerbang Keluarga Hastanta dan hanya bisa mendengar sorak-sorai serta ucapan selamat dari dalam.Dia bahkan bisa membayangkan sosok Riana berdiri di bawah sorotan lampu dengan gaun pengantin berwarna putih tanpa cela.Riananya adalah pengantin tercantik di dunia.Bukankah dulu dia pernah memiliki Riana?Saat itu, mata dan hati Riana hanya tertuju padanya. Tatapan gadis itu penuh dengan kasih dan kelembutan yang tidak terhitung, sementara Bimo pun pernah bersumpah di hadapan semua orang bahwa dia akan melindungi istrinya seumur hidup dan menjadikannya wanita paling bahagia di dunia.Namun, mengapa akhirnya mereka bisa sampai pada titik ini?Bimo mencengkeram rambutnya dengan putus asa. Rasa sakit di perutnya sama sekali tidak sebanding dengan rasa sakit di hatinya.Seorang gadis muda memperhatikan pria yang bertubuh tinggi dan tampan ini. Dengan wajah memerah dan jantung berdebar, dia hendak mendekat untuk memi

  • Cahaya Bulan yang Merindukan Masa Indah   Bab 21

    Bimo pun diusir keluar oleh petugas keamanan.Sebelum pergi, dia terus berteriak memanggil nama Riana."Riana! Jangan menikah dengannya, kumohon jangan! Jelas-jelas yang saling mencintai itu kita! Aku tahu semua yang terjadi dulu adalah salahku. Tolong, berikan aku satu kesempatan lagi. Jangan tinggalkan aku, kumohon padamu!"Bimo berteriak hingga suaranya serak, membuat para tamu undangan yang hadir saling berbisik dengan rasa ingin tahu."Jadi, istri yang selama ini dicari Bimo ternyata adalah mempelai wanita Keluarga Hastanta? Astaga, kayak nonton sinetron saja.""Aku ingat dulu hubungan Bimo dan Riana terkenal sangat baik. Sekarang, Bimo rela menurunkan harga dirinya demi mengejar mantan istrinya, bukan nggak mungkin Riana akan tersentuh juga.""Entahlah, tapi kalau pihak Keluarga Hastanta tahu, pasti akan jijik. Kalau dibilang secara halus, dia menikah lagi setelah cerai, tapi kalau dibilang secara kasar, bukankah dia itu cuma barang bekas? Entah, sebenarnya Riana punya cara apa s

  • Cahaya Bulan yang Merindukan Masa Indah   Bab 20

    Riana tertegun.Dia semula mengira orang yang masuk adalah Brian. Riana bahkan sudah lebih dulu menyiapkan senyum di wajahnya. Namun, sosok yang muncul di hadapannya justru adalah orang yang bahkan seumur hidup ini tidak ingin dia temui lagi, yaitu Bimo.Senyum di wajahnya seketika membeku, disertai kewaspadaan yang jelas terlihat.Namun, Bimo tidak menyadari apa pun.Dia begitu ingin bertemu Riana, hingga hampir membuatnya gilaSebelum berangkat, Bimo sudah membayangkan hasil terbaik yang mungkin terjadi hanyalah mendapatkan sedikit petunjuk tentang Riana. Namun, dia sama sekali tidak menyangka keberuntungan luar biasa itu benar-benar datang. Sekarang, dia benar-benar melihat Riana di depan matanya sendiri!Naluri tubuhnya bergerak lebih cepat dari pikirannya. Bimo langsung memeluk Riana erat-erat ke dalam dekapannya."Riana, Rianaku, apa kamu tahu, aku merindukanmu sampai hampir gila! Aku benar-benar ... benar-benar sudah nggak sanggup lagi bertahan ...."Baru pada saat itu Bimo mera

  • Cahaya Bulan yang Merindukan Masa Indah   Bab 19

    Pesta pernikahan Keluarga Hastanta berlangsung megah dan meriah.Bukan hanya kalangan elit ibu kota yang hadir, banyak orang penting dari Kota Obria pun turut datang.Di tengah gemerlap pesta, denting gelas dan wangi parfum memenuhi udara, semua orang saling tersenyum dan berbasa-basi.Banyak tamu yang membawa gelas anggur, berusaha menyapa Bimo yang sudah lama tidak muncul di depan umum, tetapi semuanya ditolak.Di depan mereka diam, tapi di belakang, mereka diam-diam membicarakannya."Bukannya dulu Tuan Bimo selalu tampak penuh semangat dan berwibawa? Mengapa sekarang seperti menua belasan tahun?""Kamu belum dengar, ya? Istri Tuan Bimo sudah menceraikannya dan langsung menghilang. Beberapa waktu lalu, dia cariin sampai hampir kehilangan akal.""Gimana bisa gitu? Bukannya Bimo terkenal sangat mencintai istrinya?""Cinta apanya? Nyatanya dia tetap nggak bisa menahan diri. Dia malah berselingkuh dengan adik istrinya sendiri, bahkan mengakui di depan media bahwa anak yang dikandung Silv

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status