Share

[0.3]

"Jangan sekolah atau lo, gue kurung sebulan?" ancam Jisung. 

  Namun tak sesuai ekspektasi Jisung, Jihan dengan mudahnya mengangguk mengikuti perintah kembarannya.

  Jisung mengernyit heran, "Bukannya kemarin lo gak mau ngikutin omongan gue?" tanya Jisung. 

  "Emang. Tapi gue mau liat gimana reaksi dia kalo kali ini gue gak ngirim surat di lokernya," jawab Jihan lalu kembali meringkuk di balik selimut. 

  Namun Jihan kembali duduk dan menatap Jisung lalu berkata, "Oh iya, jangan lupa kabarin gue tentang respon temen lo itu, oke?" 

"Hm... O-oke, gue berangkat dulu." 

"Sip, hati-hati dijalan."

...

"Oi, Sung!" 

  Jisung menoleh dan melihat Minho yang sama seperti dirinya, baru sampai di sekolah. 

"Oh, apaan?" 

  "Lo gak bareng kembaran lo itu?" tanya Minho sembari turun dari motornya. 

  Jisung menggeleng lalu berjalan dan diikuti Minho, "Nggak, Jihan lagi sakit," ucap Jisung. 

"Oh, namanya Jihan ya.." 

  "Ups, nggak kok. Namanya Jihyo, iya namanya Jihyo," elak Jisung dengan gugup. 

"Tapi lo manggil Jihan tadi." 

  Jisung berdecak lalu kembali menggeleng, "Mulut gue emang sering kepeleset gegara nge- rap mulu, jadi ya wajar. Awalnya gue mau nyebut Jihyo Han tapi malah jadi Jihan," jelas Jisung. 

  "Oh. Eh, yang namanya Jihan kemarin lo kenal?" Dan setelah bertanya seperti itu, bisa Minho lihat jika Jisung panik sekarang. 

"Gue gak kenal, kenapa emang sih?" 

  "Dia target gue yang sekarang, kali ini gue yang ngejar karena dia misterius, gue suka," ucap Minho sembari tersenyum tipis. 

'Senyuman itu...' 

  "Apa lo bilang? Suka? Tipe ideal cewek lo yang misterius, gitu?" tanya Jisung memastikan. 

  "Entahlah, gue sendiri bingung. Tapi kok gak ada surat lagi, ya? Kemarin sebelum gue dateng udah di tempelin diloker gue," sahut Minho yang kini duduk dikursinya. 

"Telat kali orangnya. Btw, pr kimia udah?" 

  Minho mengangguk lalu memberikan bukunya pada Jisung lalu menelungkupkan wajahnya. Diam-diam Jisung tersenyum senang, ia menerima buku itu lalu membuka ponselnya. 

Twins HanJiღ

Lo mau tau sesuatu, gak?|

(Read)

|Tupai lo bunting? Udah tau

Beneran?|

Eh, bukan itu intinya bego!|

Si Minho, lo gak mau tau?|

(Read)

|Apaan? Cepet kasih tau!

|Atau tupai lo gue bunuh?

Jangan lah anjir, traktir cheesecake dulu|

(Read)

|Gak mau lah!

Oke sip, gak bakal gue kasih tau|

(Read)

|Ck, yaudah iya bentar

|Gue udah delivery, buruan apaan?

Thanks, twins|

Dia suka yang misterius katanya, dia juga mau ngejar lo|

Jarang banget, ye kan? Mana dia senyum sendiri lagi|

(Read)

|Jihan gitu loh..

|Udah, belajar sono! 

...

"Gak ada, Sung." 

  Lelaki bernama 'Hwang Hyunjin' yang melihat temannya seperti itu pun mengernyit heran, "Temen lo ngapa, dah? Uring-uringan mulu dari tadi." 

  "Ya mana gue tau, tanya ke Chan kek, dia 'kan kenalan ceweknya banyak," ketus Jisung. 

'Si Minho beda banget.'  

'Hahaha, lo kira gue gak tau.'

  "Pulsek lo sibuk gak?" tanya Minho pada Jisung. 

"Ada kerkom dirumahnya Haechan, ngapa?" 

  Minho menggeleng pelan lalu izin pergi dari kantin. Membuat teman-temannya lagi-lagi terheran dengan sikapnya hari ini. 

  Minho berjalan menyusuri koridor kelas sebelas, lalu langkahnya terhenti melihat salah satu kelas. 

"Kalo gak salah ini kelasnya 'kan, ya.." gumam Minho. 

  Minho membuka dan mengetuk pintu itu, membuat beberapa siswa yang ada disana menatapnya. 

"D-dia mau ngapain?" 

"Nyari target baru? Tapi dia 'kan udah ada target." 

"Kabur yuk?" 

"Gimana mau kabur kalo pintunya aja dihalangin dia, bego." 

  "Gue cuma mau nanya, ada yang tau alamat rumahnya Jihan? Gue tau kelasnya disini dan dia gak masuk," tegas Minho. 

  "D-dia tinggal di komplek X, blok D nomor 25 dan lo pergi sekarang juga!" ujar seorang lelaki. 

"Sok-sokan dih, thanks." 

...

Ting tong! 

  Jihan berdecak sebal saat seseorang di depan pintu mengganggu acara menontonnya. Dengan terpaksa ia bangun lalu membuka pintu, lalu terkejut melihat lelaki di depannya. 

"Sorry, Jisung belum pulang." 

  Lelaki itu terkekeh pelan, "Gue gak nyari dia, gue nemuin lo." 

  Dan hal itu membuat Jihan yang sedang makan cemilan pun tersedak lalu berlari ke dapur dan meminum air. Lalu kembali tersentak melihat lelaki tadi yang kini di sampingnya. 

"Lo cantik kalo kaget." 

  Jihan menyimpan gelas yang ia pakai tadi lalu mendelik ke arah Minho yang terus menatapnya, "Gue gak ngizinin lo masuk ya, keluar sana!" 

"Terus abis itu masuk lagi? Sama aja." 

"Yaudah, pulang gih!" 

  "Ini bakal jadi rumah gue juga suatu saat nanti," sahut Minho. Jihan reflek menampar pipi Minho cukup kuat. 

  Minho meringis sakit lalu terkekeh dan menatap Jihan yang merasa bersalah, "Kalo gak mau babak belur, mending lo pulang!" usir Jihan.

"Kalo lo pelakunya sih gapapa." 

"Dih, bucin. Pergi gak lo!" 

  Minho mengangguk lalu menggendong Jihan dan berjalan menuju ruangan yang ia yakini jika itu kamar kosong atau kamar tamu. 

'Untung bukan ke kamar gue.' 

Cklek~ 

  Beda dengan reaksi mantannya, Jihan bukannya takut tapi menantang Minho. 

"Oh, lo udah tegang?" 

"Dan lo udah gak sabar?" 

  Jihan tak mampu berkutik. Namun ketakutan belum muncul pada dirinya. Dan itu membuat Minho gencar untuk mendekatinya. 

"Gue gak bakal nyentuh lo dulu, tapi gue punya permintaan." 

  "... Jadi pacar gue, atau temen lo gue hamilin lagi," lanjut Minho. 

  Jihan ragu, ia ingin menerima tapi ia tau resikonya nanti dan ia takut akan hal itu, tapi disisi lain inilah sebagian rencananya. 

"Gak gentle, tch!" 

  Minho tersentak, ia mengangguk paham lalu mengecup pipi Jihan, "Oke, gue tunggu lo istirahat pertama dilapangan sekolah." 

...

  "Sesuai janji gue kemarin, gue ucapin ini untuk kedua kalinya ke orang yang sama, lo mau jadi pacar gue atau makin banyak lagi cewek yang gue hamilin?" tanya Minho. 

  Jihan memandang Minho dengan santai. Berbeda dengan kembarannya, Jisung yang khawatir apa keputusan Jihan. Bukan hanya Jisung, siswi-siswi yang melihat interaksi Jihan dan Minho dilapangan pun ikut khawatir. 

  "Lo ingkar janji ya bangsat! Kemarin gue gak bilang kalo lo boleh nyentuh Ryujin! Tapi lo lihat dia sekarang, dia sakit gegara lo!" bentak Jihan lalu memukul Minho dengan brutal. 

"Tapi lo gak milih, jadi gue anggep lo pilih keduanya," jawab Minho santai. 

"Gak gitu juga, Lee bego Minho!" 

  Minho meringis saat ia memegang lukanya namun bibirnya tetap menyeringai, "Tapi lo gak ada pilihan lain selain jadi pacar gue. Lo liat? Cewek-cewek itu menanti waktunya." 

"Gak usah ngarep! Jangan macem-macem atau lo gue bunuh!" ancam Jihan. 

"Bunuh aja sih, tapi lo bakal nyesel nanti." 

"Tch, gak sudi! Yaudah iya, gue mau jadi pacar lo." 

"Gitu dong! Pulsek gue tunggu diparkiran." 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status