LOGINIn a world of passion, betrayal, and mystery, a young college girl bravely charts her own path... with a big bad wolf lurking in the dark. Swept up in a whirlwind romance with the charming football captain, her world crumbles when she discovers his deceit. But she's no damsel in distress. She stands tall, choosing self-discovery over heartbreak. However, the forceful gravity of bond pulls her back to him, crushing everything in between. Simultaneously, an ominous cloud hangs over the city. Unexplained disappearances spark whispers of werewolves, adding a thrilling layer of suspense. This chilling narrative intertwines with the girl’s journey, creating an intoxicating blend of romance, mystery, and the supernatural. In essence, this book is a fiery tale of love, courage, and the unknown. It's a testament to human resilience, a dance with the supernatural, and an exploration of the hidden corners of society. It's a steamy story that will ignite your spirit, quicken your heartbeat, and leave an indelible mark on your soul.
View More“Kamu di mana? Apa kamu gak tau ini sudah jam berapa?”
“Em, sebentar, Pak!” Aku menggosok kedua mataku yang terasa berat untuk terbuka. Pukul 02.00 wib. Seketika mataku berotasi jengah.Aku menguap lebar sebelum kembali menempelkan ponsel pintar itu ke telinga."Iya, Pak Tama. Maaf, saya ada di apartemen sekarang. Apa ada yang bisa saya bantu?"Tolong, ini masih pagi! Jangan buat kucing betina ini nge-reog dan berubah menjadi harimau buas yang siap memangsa siapa pun yang sudah menyenggolnya.Aku gak membiarkan pria di seberang sana bicara. "Denger yah, Pak. Lagian ini masih jam pagi ... jam 2 dini hari!" Kutekan kan setiap kata-kataku. "Bapak kalau mau nyuruh sesuatu juga mikir, dong!"Aku meniup poniku yang jatuh menutupi salah satu mata."Asal bapak tau, yah, kalau saya ini baru mejamin mata pukul 12 tadi. Apa bapak kira saya ini robot yang harus standby 24 jam buat ngurusin bapak doang?" keluhku dalam satu tarikan napas.“Naina. Udah selesai ngocehnya?”“Udah!” ucapku ketus.Ya, Naina Kayla Putri adalah namaku, sedangkan si penelpon kurang asem yang menghubungiku di jam kalong adalah atasanku, tepatnya bosku, namanya Gartama Wirasesa. Si bos ganteng, tapi super nyebelin.Nama Naina adalah pemberian mendiang ayahku yang sudah meninggal beberapa tahun lalu. Akan tetapi, tolong jangan tanyakan di mana ibuku karena aku sedang tidak ingin membahasnya.“Kalau gitu cepetan kemari dan jemput aku di Hotel Braga sekarang juga!” Suara bernada memerintah kembali membuatku sadar jika masih berada di dunia, bukan alam mimpi.“What! Tapi, Pak … hallo! Pak … aish, kok malah dimatiin, sih! Arghhh … Punya bos kok gini amat, sih!” Belum selesai aku bicara, tetapi panggilan sudah diputus secara sepihak oleh bos gila itu.Aku langsung membanting ponsel itu ke atas ranjang karena tidak mungkin ku banting ke lantai. Bisa rugi bandar, kalau sampai harus beli hp baru lagi. Mending buat beli skincare, atau nonton konser boyband kesayanganku.Ketika diriku sibuk mengumpat, notifikasi pesan masuk dan tanpa perlu melihat pun aku sudah tahu siapa orang itu. Siapa lagi kalau bukan si bos kuampret yang gila kerja.Bos Gila: Aku tunggu 10 menit, kalau telat kupotong gajimu 10%.Kubalas dengan pasrah. "Ok, Aku Nyerah Bos!"“Jangkrik!” Kutendang selimut yang tadi baru saja menyelimuti tubuh lelahku.“Bisa gak sih, pak tua itu gak usah kebanyakan gaya. Udah tau tidur lagi nyenyak-nyenyaknya malah disuruh jemput orang. Mana jauh lagi. Arghhh!"Kulirik jam dinding yang sialnya tetap bergerak tanpa tahu jika diriku ini butuh istirahat. Aku berteriak sambil meremas rambutku. Rasa kantuk yang sempat mendatangiku hampir kandas setelah mendengar suara si bos.“Hahhh … sekate-kate banget itu orang nyuruh aku buat kerja di jam segini!”Omelanku terus berlanjut, walau tangan dan kaki ini terus bergerak mengambil jaket dan kunci mobil yang kuletakkan di atas nakas.For your information, ini adalah milik pak Bos sialan itu. Dia sengaja memberikan satu untukku jika terjadi sesuatu, seperti sekarang ini.“Sungguh malang sekali nasibmu, Na, punya bos tapi kok suka nyiksa karyawan,” keluhku tanpa arti karena tidak akan pernah didengar oleh si bos.Jika kata Nadia–anak divisi 5– Pak Bos itu udah cinta mati sama Naina.Aku yang mendengar ucapan Nadia langsung menatap ngeri ke gadis tersebut. Lagian, tidak ada dalam sejarahnya seorang lelaki yang cinta sama pasangannya akan tega menyiksa, bahkan menjadikan wanitanya seorang babu seperti yang dilakukan oleh Gartama gila itu.Kalau disuruh memilih antara Pak Bos atau resign, aku akan dengan senang hati memilih resign.Kenapa?Ya, karena pria tua itu terlalu menyebalkan untuk dibayangkan menjadi pendamping hidup. Memikirkan saja sudah membuat bulu kudukku merinding.Pak Tua yang aku maksud itu adalah bosku sendiri. Gartama Wirasesa berusia 37 tahun yang statusnya masih available, alias jomblo menahun itu. Bos yg kerjaannya selalu membuat kepalaku pusing, bahkan tensi darahku selalu naik jika sudah berurusan dengan pria itu.Ganteng, sih.Tapi, kelakuannya bener-bener minus. Tidak ada perikemanusiaannya sama sekali kepada karyawan, tetapi itu hanya berlaku padaku. Jika kepada karyawan lain, dia hanya akan diam dan tak banyak komentar.Kurang asem apalagi coba si Gartama itu padaku.Sebenarnya enak, sih, bekerja di perusahaan Gartama. Gaji dua digit dengan fasilitas kantor mewah, makan gratis, dan bonus yang diterima sungguh sulit dicari di tempat lain. Makanya aku bisa bertahan selama 7 tahun di sana, walau imbalannya aku harus jadi budak Gartama yang super-super nyebelin.Lebih menyedihkan lagi adalah di mana tugasku bukan hanya sebagai sekretaris Gartama saja, melainkan masalah pribadinya saja aku harus ikut menangani.Kalau sampai pihak tenaga kerja terkait tahu, mungkin Gartama akan kena sanksi tegas karena sudah memperbudak karyawannya yang paling cantik ini.Jika ditanya apa aku menyesal bekerja di Perusahaan Wirasesa? Jawabannya, iya dan tidak. Iya karena gaji gede, tidak karena kadang aku harus menyimpan banyak dendam karena sikap Gartama yang suka semena-mena.Selama dalam perjalanan, aku terus berusaha menahan kantuk agar tidak tidur saat mengemudi. Mulutku terus mengomentari setiap perlakuan Gartama padaku yang kadang suka iseng di kantor.Di mana dia yang selalu curi-curi kesempatan untuk dekat denganku, atau tidak saat si bos yang suka main sentil jidatku jika aku melakukan kesalahan sedikit.Sungguh menyebalkan bukan dia?"Udah kesel seharian di panggil mulu di kantor. Ina ... antar aku ke kamar mandi. Ina ... buatkan kopi! Ina ini, Ina itu. Njir! Gedeg banget sumpah!" Bibirku mengerucut dengan kepala bergoyang kecil menirukan si Pak Tua itu bicara.Mobilku berhenti di do traffic light. Sambil menunggu, aku mencari permen yang selalu aku sediakan di dasbor mobil untuk menjaga lidahku yang kadang tidak betah jika tidak mengemut sesuatu.Ketika lampu berubah hijau, aku segera menginjak pedal gas. Aku menghela napas pasrah karena harus berjibaku dengan lalu lintas dini hari yang tentunya tidak baik untukku yang seorang lajang karena rawan begal dan penjahat.Memikirkan statusku, aku langsung menghela napas. Namun, belum sempat aku memikirkannya, mobil yang kubawa sudah lebih dulu sampai di Hotel Braga. Tempat yang pastinya hanya didatangi oleh orang-orang elit seperti Gartama Wirasesa.Aku langsung berdecih sinis saat melihat tampilan super kece milik Pak Tua itu. Penampilannya memang akan selalu tampan dan rupawan, walaupun baru terkena badai.Ah, aku merasa Tuhan begitu tidak adil saat menciptakan pria tua tersebut. Dia terlalu perfek untuk seorang yang menyebalkan dan bermulut pedas.Aku memilih turun dari mobil sebelum pria sok ganteng itu memecahkan kaca mobil. Aku membungkuk sopan kepada pria yang kini tengah menatapku sinis. “Selamat pagi, Pak!” sindirku halus.“Apa kamu lupa cara menjalankan mesin mobilmu?”See, belum apa-apa dia sudah menyindirku. Memang paling the best Gartama ini. Aku mencoba untuk tetap tersenyum, walau dalam hati jengkel. “Maksudnya, Pak?”“Kenapa kamu lama sekali? Apa kamu tidak tahu kalau aku di sini sudah hampir mati kedinginan? Hah!”Kalau semisal bunuh bos sendiri boleh gak, sih? Rasa-rasanya aku ingin sekali melakukan itu, lalu mengambil semua koleksi mobil mewah dan juga seluruh koleksi berharga lainnya.“Kenapa diam saja? Mulut kamu ada lemnya apa gimana?”Aku memberikan senyuman selebar mungkin agar Pak Tua di depanku tidak tahu jika diriku sedang mengumpatinya.“Maaf, Pak. Saya berkendara sesuai aturan lalu lintas. Jika saya ngebut, saya takut kena tilang elektronik," jelasku. "Lagian, Bapak juga gak mau ‘kan, kalau sampai saya berurusan dengan polisi?”Aku merasa menjadi orang berkepribadian ganda ketika berhadapan dengan Gartama Wirasesa.“Alasan! Buruan bukain pintu! Aku udah ngantuk!”Ingin rasanya aku melempar sepatu milik security ke kepala Pak Tama. Sumpah, ngeselin pakai banget punya bos modelan kayak dia. Tiap hari bawaannya turun berok mulu.“Woi!”“Ah, iya, Bos. Maaf!” Aku langsung berlari kecil menuju bagian samping mobil, kemudian membukakan pintu belakang untuknya. “Silakan, Bos!” tuturku lembut, walau dalam hati kini tengah menyumpah serapah pria tersebut.“Jangan lupa itu koperku!”Lah, itu orang habis minggat apa gimana?“Gak usah banyak mikir, Naina!”“Ah, iya, Bos.”Aku kembali berlari menuju tempat di mana tadi si bos berdiri. Kucoba tarik pegangan koper itu, tetapi mataku langsung melotot kala benda tersebut tidak bergerak.“Jangan bilang koper mahal begini rusak!” jeritku tertahan.“Oh hampir lupa. Koper itu rusak gara-gara tadi gak sengaja jatuh. Jadi, tolong kamu angkat koper itu!” kata si bos.Bibirku berkedut, menahan segala sumpah serapah yang siap memporak-porandakan dunia Pak Tama. "Calm down, Naina!" Aku menarik napas, lalu mengembuskannya secara perlahan.Keningku mengernyit. “Eh, kok ini berat banget, yah?” tanyaku bingung. “Apa jangan-jangan ini koper isinya mayat?” tanyaku dengan wajah pucat.Louisa's POV "How are you doing, Miss Falco?" Lucian walked into the bedroom.I ignored him. I thought Lucas would come in with him, but he didn't."Where's Lucas?" I asked. Lucian shut the door behind him and said, "Lucas needs to take a rest for the training tomorrow. Let's make this short and sweet." "I know you're scheming something to break up me and Lucas." I hissed. "I don't want to talk to you. I need to talk to Lucas.""It's nothing personal," Lucian sat at the edge of the bed and said. "Please don't take it personally, Miss Falco. Lucas is the next Alpha in our pack, so we have to be very careful of the mate he chooses. After all, his mate will become the future Luna of our pack." "Alpha? Luna? What are you talking about?" I frowned. "Werewolves are highly disciplinary creatures. Our bloodline kept running from the start of time because we followed strict rules of hierarchy and discipline. For every werewolf, there's a mate. It is appointed by the Moon Goddess when th
Louisa's POVLucas' lips became a straight line. He looked a bit awkward. "It's really hard for me to explain everything to you verbally," he said. "I couldn't figure it out, to be honest."I raised an eyebrow.He wrapped me up in a bathrobe and wiped me clean before walking me to the bedroom.He lay next to me. I thought he would come forward and cuddle me, but he didn't. He intentionally kept a safe distance between us.I was a bit disappointed."So, how are you planning to explain everything to me?" I asked, leaning against the bed."I can show it to you," Lucas said. "I don't want to make it weird, but you have to promise that you won't freak out after you see it.""Is there anything of you that I hadn't seen before?" I frowned. "Well, technically speaking, yes," Lucas replied and sat up straight. "You have to make a promise to me first.""Okay, Okay. I promise that I won't freak out," I said. "I'm a man of my word."I was very certain that I would freak out."Alright," Lucas
Louisa's POV "What the heck?! What happened to your wound?!" I tried to turn back, but Lucas wouldn't let me. He wrapped his arm around me and pulled me against his chest."Calm down, babe. I'm here. I'm not going anywhere. Stay with me," he said in a soothing voice next to my ear. "No! I saw the wound! It healed itself! Let go of me! You freak!" I struggled in vain. "Okay. That's kind of insulting," Lucas said in a stern voice. "I'm not a freak." "But the wound!!!" "I know. I know, babe." Lucas said. "If you could please stop struggling and listen to me, I would explain everything to you."I stopped struggling. "Okay, say it. I'm listening." I swallowed the lump in my throat and said. I had a feeling that I wouldn't like what I would hear.Lucas carried me up in his arms and put me on the sink top.He spread my legs and moved forward. My legs were forced to wrap around him. He stared into my eyes and said, "Babe. I... I've got some problems.""I know. Your wound heals itsel
Louisa's POVBefore the man could say anything, I stomped my feet with force and stepped on him. A 3 inch high heel stabbing entirely into the man's foot.The man screamed out in pain, curling up.I broke away from him and kicked his guts. I kicked him so hard that my heel broke.He fell to the ground and whimpered like a dog.I took off my heels and threw at him with force, one after the other. "Don't mess up with me when I'm in a bad mood," I looked down and hissed at him.The man rolled away from me in pain."Told you," Lucas said to that man with a big ear-to-ear smile on his face. Then, he looked at me with admiration. I gave him a dark look and walked away. He tagged along. "Where did you learn to ball-bust a man like that?" he asked. "I signed up for a self-defense course, which is none of your business," I said. "Wow, you're amazing," Lucas said with passion and affection. I stopped moving forward and stared at him. "What do you want from me?" I asked in a cold voic






Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
reviews