Share

Bab 147

Penulis: Lin shi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-03 20:00:00

“Num!” 

“Bagaimana, Num? Ketemu dengan Dina? Apa dia baik-baik saja?”

“Dina nggak baik-baik saja, In.” ucapnya akhirnya, pelan namun mantap.

Aini tercekat. “Maksudmu? Apa dia sakit? Dia kenapa?”

Hanum menggeleng perlahan. “Bukan fisik, mbak... hatinya. Dina... sedang terluka.”

Aini menggenggam tangan Hanum lebih erat. “Terluka karena Danang?”

Hanum mengangguk.

“Astaghfirullah...” desis Aini, tubuhnya bersandar ke sandaran kursi, seolah kehilangan tenaga. “Laki-laki itu telah membuat anakku terluka begini?”

Hanum menggenggam balik tangan Aini. “Danang benar-benar selingkuh, mbak. Dina bahkan berpikir untuk bercerai.”

Aini menutup mulutnya dengan tangan, tubuhn

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 150

    Pintu kamar tempat Danang di ketuk dan kemudian terbuka perlahan. Dua sosok wanita berdiri di ambang pintu—Aini dan Hanum. Aura keduanya membuat suasana kamar seketika tegang. Wajah Aini dingin dengan sorot matanya menyala, menyimpan kemarahan yang jelas belum meledak. Hanum di belakangnya dengan ekspresi wajah datar.Danang, yang tengah duduk bersandar di ranjang, nyaris tersedak saat melihat keduanya. Endang, yang duduk di dekat jendela, buru-buru bangkit dari kursinya.“Bu Aini… Bu Hanum…” ucap Endang gugup, tergagap. “Ayo masuk."Aini melangkah masuk dengan senyum tipisnya. Hanum hanya mengikuti, tanpa senyum, hanya menganggukkan kepalanya pada Endang.Aini dan Hanum menyalami Endang. Lalu, Aini mendekati ranjang Danang. Wajahnya datar. Matanya langsung mengunci pada wajah menantunya itu.“Bag

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 149

    Dina duduk di kasur kecil yang berada di pojok ruang belakang tokonya. Kain-kain pesanan pelanggan terlipat rapi di meja kerja, sementara mesin jahit masih menyisakan benang yang belum dirapikan. Tapi tak ada tenaga untuk menyentuhnya hari ini.Tangannya mengelus perutnya yang masih datar, belum menampakkan tanda apa-apa, tapi di dalamnya—dia tahu—ada kehidupan kecil yang mulai tumbuh.Pikirannya kalut. Rasa mual di pagi hari semakin menjadi-jadi, dan tubuhnya sering merasa lemas. Tapi bukan itu yang paling membuatnya lelah.Melainkan… rahasia besar yang kini harus ia simpan sendirian.Alma datang membawa semangkuk bubur hangat, namun Dina hanya menatapnya sebentar, lalu menunduk lagi.“Din… kamu harus makan. Kamu belum masukkan apa pun sore ini.”Dina menggeleng. “Perutku nolak semuanya,

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 148

    “Sinta?!” Danang terlonjak, matanya melebar saat melihat sosok itu berdiri di ambang pintu kamar rawatnya. “Kamu ngapain ke sini lagi?”Pandangan Danang melirik gugup ke arah kamar mandi. Pintu di sana tertutup, tapi ia tahu benar—mamanya baru saja masuk ke dalam.Sinta tersenyum lembut, seolah kedatangannya adalah hal yang wajar. “Kenapa, Mas? Apa aku nggak boleh datang menjenguk kekasihku yang sedang sakit?”“Sinta, jangan mulai lagi. Tolong... pergilah,” ujar Danang, suaranya pelan namun tegas.“Kamu usir aku?” Wajah Sinta langsung berubah. Air mukanya memelas, matanya berkaca-kaca. “Mas Danang... kejam banget kamu. Aku ke sini karena peduli, bukan buat cari ribut, mas. Aku rindu kamu mas."“Sinta, aku janji akan bicara sama kamu,” Danang merunduk, mencoba menahan na

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 147

    “Num!”“Bagaimana, Num? Ketemu dengan Dina? Apa dia baik-baik saja?”“Dina nggak baik-baik saja, In.” ucapnya akhirnya, pelan namun mantap.Aini tercekat. “Maksudmu? Apa dia sakit? Dia kenapa?”Hanum menggeleng perlahan. “Bukan fisik, mbak... hatinya. Dina... sedang terluka.”Aini menggenggam tangan Hanum lebih erat. “Terluka karena Danang?”Hanum mengangguk.“Astaghfirullah...” desis Aini, tubuhnya bersandar ke sandaran kursi, seolah kehilangan tenaga. “Laki-laki itu telah membuat anakku terluka begini?”Hanum menggenggam balik tangan Aini. “Danang benar-benar selingkuh, mbak. Dina bahkan berpikir untuk bercerai.”Aini menutup mulutnya dengan tangan, tubuhn

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 146

    “Dina… Assalamualaikum…”Alma menyibakkan tirai pintu toko yang terbuka lebar. Suara mesin jahit tidak terdengar, begitu pula tawa riang Dina yang biasanya menyambut siapa pun yang datang.“Kemana sih orang ini? Pintu terbuka, tapi sepi banget…” gumam Alma, melangkah masuk. Begitu kakinya menyentuh ruang tengah toko, pandangannya langsung menangkap sosok sahabatnya duduk bersandar di dinding. Di sampingnya, setumpuk kain dan jahitan separuh selesai.“Din! Astaga…”Alma langsung menghampiri dan jongkok di depan Dina, mengguncang pelan bahunya.“Kamu kenapa? Dari tadi aku panggil-panggil. Toko kamu kaya rumah hantu begini. Dina, hei!”Dina membuka mata perlahan, ekspresinya lelah, wajahnya pucat.“Aku nggak apa-apa… cuma ngga

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 145

    Musik dentum bergema di seantero ruangan klub malam itu. Lampu-lampu berwarna menari-nari di langit-langit, berpadu dengan aroma parfum mahal dan alkohol yang menyengat.Sinta datang lebih dulu. Dia sudah duduk di sudut sofa bundar dengan sebotol minuman keras di depannya saat Sani dan Rina tiba.Keduanya terkejut melihat Sinta—yang biasanya menolak ajakan keluar malam dengan berbagai alasan—malam ini malah menjadi orang yang mencalling mereka.“Gila, Sin,” ujar Rina sambil meletakkan clutch-nya di atas meja. “Kau yang ngajak kita ke sini? Dunia udah mau kiamat ya?”Sani ikut duduk di samping Sinta. “Kau kenapa? Ada apa?”Sinta hanya menjawab dengan satu gerakan: mengangkat gelas, lalu menenggak isi minuman itu dalam sekali teguk. Wajahnya mengernyit sejenak, tapi dia kembali menuang lagi ke dalam gelas.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status