Chapter: Bab 117Dina menghela napas panjang, mencoba meredam emosinya yang mulai memuncak. Ia menatap Danang dengan mata yang penuh ketegasan, tapi ada kelelahan yang tak bisa disembunyikan."Apa maumu, Mas?" tanyanya lirih, tetapi nadanya tetap tegas.Danang mendekat sedikit, tatapannya penuh harap. "Kita seperti dulu, Din. Saling cinta, jangan ada pertengkaran," ucapnya dengan suara pelan, seolah mencoba meraih kembali sesuatu yang telah lama hilang.Dina tersenyum kecil, tapi senyum itu tidak menghadirkan kehangatan—melainkan kepahitan. Ia menghela napas sebelum menjawab, suaranya tenang, tapi dingin. "Itu tidak mungkin, Mas. Ketika sudah terjadi pengkhianatan pada janji suci pernikahan, tidak mungkin kita baik-baik saja."Ia menatap lurus ke mata Danang, memastikan lelaki itu memahami sepenuhnya. "Mas, kita pisah, ya," katanya deng
Last Updated: 2025-05-05
Chapter: Bab 116Matahari belum menampakkan sinarnya, dan suara azan subuh berkumandang dari masjid, menembus keheningan pagi. Di dalam kamar, suasana terasa menegang. Dina baru saja menyelesaikan sholat Subuh, tubuhnya bergerak tenang saat ia melipat sajadah dan membuka mukenanya.Namun, ketenangan itu bertolak belakang dengan tatapan tajam yang mengarah kepadanya. Danang duduk di tepi ranjang dengan kedua tangan bersedekap di dada, wajahnya penuh ketegangan yang sulit disembunyikan. Sorot matanya tak lepas dari Dina, tetapi Dina memilih untuk mengabaikannya, pura-pura tak terganggu oleh keberadaan lelaki itu."Kemana semalam?" Suara Danang akhirnya memecah keheningan, nadanya tajam, penuh tuntutan."Mall," sahut Dina singkat, tanpa sedikit pun berniat menjelaskan lebih jauh.Danang mengembuskan napas kasar. "Kenapa tidak pamit? Apa tanganmu
Last Updated: 2025-05-04
Chapter: Bab 115Langkah kaki terdengar pelan saat tiga orang masuk ke dalam rumah. Mata mereka langsung tertuju pada Danang, yang tertidur dalam posisi duduk di sofa ruang tamu. Televisi masih menyala, menampilkan tayangan yang sudah tidak lagi ia perhatikan. Kepalanya sedikit tertunduk ke samping, napasnya teratur, seolah telah menunggu terlalu lama hingga akhirnya tertidur dalam kelelahan.Deni melangkah lebih dekat, ragu sejenak sebelum akhirnya."Kak," panggil Deni dengan nada pelan, ragu apakah harus membangunkan Danang atau tidak. Dina, yang berdiri di sampingnya, hanya menghela napas pendek, matanya menatap Danang tanpa ekspresi yang jelas. Wajahnya tetap tenang, tapi dalam hatinya ada sesuatu yang mengendap—perasaan yang sulit dijelaskan. "Masuk saja, biar kakak yang membangunkannya," katanya tegas pada Deni dan Johnny, suaranya dingin dan tak terbantahkan.&n
Last Updated: 2025-05-03
Chapter: Bab 114Dinda menggigit bibir bawahnya dengan gelisah, tatapannya tidak lepas dari Rizal. "Mas, apa sebaiknya aku bilang saja pada Kak Dina?" tanyanya ragu, suaranya terdengar bimbang. Ada harapan dalam matanya, berharap Rizal dapat memberinya kepastian.Ia menarik napas dalam sebelum melanjutkan, suaranya hampir berbisik. "Aku sudah kirim foto Mas Danang dengan wanita itu pada Kak Dina... Tapi sekarang aku takut. Takut kalau itu malah membuat Kak Dina bingung dan terluka."Rizal terdiam. Ia mengusap tengkuknya yang tiba-tiba terasa panas, merasa berat untuk memberikan jawaban. Ia tahu betapa pentingnya hal ini bagi Dinda, tapi ia juga tidak ingin membuatnya semakin terbebani. Matanya menghindari tatapan Dinda, mencari kata-kata yang tepat."Kok diam, Mas?" Dinda kembali bertanya, nadanya semakin terdengar cemas. Ia mengerutkan alis, mencoba membaca apa yang ada di pikiran Rizal. "Mas bingung, ya?" la
Last Updated: 2025-05-02
Chapter: Bab 113Danang memacu motornya dengan kecepatan yang semakin meningkat. Angin malam yang dingin menerpa wajahnya, tetapi ia tidak peduli. Semangatnya untuk segera memberikan hadiah itu kepada Dina mendorongnya untuk terus melaju. Sesekali, ia merogoh saku jaketnya, memastikan kotak kecil berisi kalung liontin tetap aman di tempatnya."Dina, tunggu kedatanganku!" serunya, suaranya nyaris tenggelam oleh deru mesin motor. Pikirannya dipenuhi bayangan wajah Dina yang tersenyum saat menerima hadiah tersebut.Saat ia tiba di depan rumah, kegembiraannya perlahan berubah menjadi kebingungan. Rumah itu tampak gelap gulita, tidak ada satu pun lampu yang menyala. Danang mematikan mesin motornya dan turun dengan tergesa-gesa, mengerutkan kening saat menatap rumah yang sepi. "Kenapa rumah gelap begini?" gumamnya, rasa khawatir mulai menjalar di hatinya.Ia merogoh saku celananya, mengambil ku
Last Updated: 2025-05-01
Chapter: Bab 112Deni duduk diam di sudut ruangan, matanya tak pernah lepas dari Dina yang terlihat tenang sedang menjahit. Namun, meskipun wajah Dina terlihat biasa saja, Deni tidak bisa menghilangkan kekhawatiran yang terus menghantuinya. Ia tahu, rasa sakit yang dirasakan kakaknya tidak akan mudah terlihat dari luar.Deni menghela napas panjang, meremas kedua tangannya di atas lutut. Kekhawatirannya semakin membesar. "Jon," ujarnya pelan, memecah keheningan di antara mereka. Deni menoleh ke arah Johnny, sahabatnya yang duduk di sebelahnya. "Menurutmu, apa Kak Dina baik-baik saja? Dari penglihatanmu, apa dia terlihat seperti orang yang kuat menghadapi ini?"Johnny terdiam sejenak, wajahnya menunjukkan ekspresi serius. Ia menatap Dina yang sedang memandangi jendela, seolah merenungi sesuatu yang tak terucapkan. Setelah beberapa saat, Johnny menggeleng pelan. "Aku nggak tahu, Den. Dari luar, dia memang terl
Last Updated: 2025-04-30
Chapter: Bab EndingSetelah dua Minggu berada dalam perawatan rumah sakit, Alex diizinkan untuk pulang. "Akhirnya, mas bisa pulang," ujar Alex. "Mas, baring saja ya. Pasti letih dalam perjalanan dari rumah sakit," ujar Rania. "Mas mau duduk dibalkon saja, mas rindu melihat langit." Alex menolak, saat disuruh istirahat oleh Rania. "Apa mas tidak letih?" tanya Rania. "Tidak sayang," ujar Alex. Blush.. Pipi Rania merona merah, saat mendengar ucapan sayang yang keluar dari mulut Alex. Perkataan yang dulu sering diucapkan Alex saat mereka masih pacaran. "Sudah lama aku tidak melihat wajah malu-malumu sayang," ujar Alex. "Ih..mas Alex, ayo. Biar Rania tuntun ke balkon. Katanya mau duduk diluar," ujar Rania. Rania memegang Alex yang berjalan masih lemah, dan membantunya untuk duduk. "Sini sayank," ujar Alex dengan menepuk kursi si sisinya. "
Last Updated: 2022-03-26
Chapter: Bab 75 Ada apa dengan AlexPernikahan Rania sudah memasuki hari Minggu, Rania masih tidak bisa menunjukkan sikap hangat yang ditunjukkan oleh Alex. Setiap malam, Rania tidur bersama Devan dikamar sang putra. Dan tiap malam juga, Alex selalu mengangkat Rania unt
Last Updated: 2022-03-15
Chapter: Bab 74 Nikah terpaksaAlex terus mengirim video panas antara dirinya dan Rania, entah darimana Alex mendapatkan nomor ponselnya Rania. Sesaat, Rania tidak mengindahkan apa yang dilakukan oleh Alex. Tapi lama-kelamaan, pikiran Rania kacau. Beban pikiran membuat dia tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan baik, apa yang terjadi pada Rania tidak lepas dari pengamatan orang-orang disekitarnya. Hubungan dengan Yoseph semakin dekat, tetapi video yang dikirim oleh Alex semakin panas. Membuat pikiran Rania bercabang. Derrtt.... Bunyi ponsel Rania bergetar. "Apa lagi yang dikirim oleh orang sinting itu." Ngedumel Rania, karena matanya yang baru ingin terpejam. Kini terbuka kembali. Karena pesan yang dikirim oleh Alex, sudah dua kali Rania mengganti nomor ponselnya. Tetapi, Alex mendapat nomor ponsel barunya. Dan video panas terus dikirim oleh Alex, sampai Rania tidak ingin menggunakan ponselnya. Rania curiga, ada orang dalam yang memboc
Last Updated: 2022-02-13
Chapter: Bab 73 AncamRania duduk di ranjang, di sampingnya. Baby Devan tidur dengan nyenyak. Pintu terbuka, dengan masuknya Bude Maria. "Mereka sudah pulang," ucap Bude Maria, tanpa ditanya Rania. "Bagaimana?" tanya Bude Maria. "Bagaimana apanya Bude?" balas Rania yang bertanya. "Alex ingin mengakui putranya. "Tidak Bude, sampai kapanpun, Rania tidak akan mengenalkan dia kepada Devan. "Jangan mengambil keputusan dengan emosional, itu tadi, mengenai pernikahan. Apa Rania sudah menerima lamaran Nak Yoseph?" Rania terdiam, dia bingung menjawabnya. Tadi dia mengatakan itu, karena emosi kepada Alex. "Jangan paksakan menerima lamaran Alex, jika tidak ada rasa didalam sini," ucap Bude sembari memegang dadanya. *** Alex masuk kedalam hotel dalam keadaan marah, me
Last Updated: 2022-02-02
Chapter: Bab 72 Marah"Apa..!? teriak Jesi dari sambungan telepon, hingga memekakkan telinga Rania. "Jes, pelankan suaramu..!" seru Rania. "Kau sungguh-sungguh di lamar Yoseph?" tanya Jesi, yang tidak percaya dengan apa yang baru di sampaikan oleh Rania. "Serius, untuk apa aku berbohong. Bagaimana Jes? Apa yang harus aku lakukan?" tanya Rania. "Untuk apa kau pikirkan lagi, terima. Kau harus menerima lamaran itu.." ucap Jesi dengan bersemangat. "Tapi aku tidak mencintainya, Jes.." ucap Rania. "Belum, kau belum mencintainya. Tapi tidak mungkin kau tidak akan mencintainya, Yoseph orangnya sudah matang. Dia tidak akan seperti orang itu, yang akan mempermainkan wanita," ucap Jesi dengan lantang. Mendengar perkataan Jesi, Rania terdiam. "Duh.. kenapa aku menyebut laki-laki itu." batin Jesi. "Ran..!" Panggil Jesi. "Rania..!" Panggil Jes
Last Updated: 2022-01-27
Chapter: Bab 71 Hasil DNA Leo menatap wajah Alex, kemudian menghela napas. "Ada apa? apa hasilnya? apa bukan anakku?" tanya Alex dengan nada suara yang lemas dan khawatir. Leo memberi surat hasil DNA yang telah dibacanya kepada Alex. "Apa hasilnya? Katakan saja," ucap Alex yang takut untuk membacanya, karena hasilnya tidak sesuai dengan apa yang ada didalam pikirannya. "Baca sendiri." Leo memberikan surat tersebut kepada Alex. Alex menerimanya dengan tangan gemetar, matanya terbelalak. Setelah membaca hasil tes DNA tersebut. "Putraku Leo, dia putraku..!" seru Alex dengan tidak percaya, apa yang tertera didalam surat hasil tes DNA tersebut. "Ya, dia putramu. Putra yang tidak kau ketahui keberadaannya, seorang putra yang kehadirannya keduniaan ini diakibatkan oleh dendammu pada orang yang tidak bersalah," ucap Leo. Deg. Hati Alex sakit, mendengar apa yang dikatakan
Last Updated: 2022-01-22