Chapter: Bab 189 Ending Ruangan sidang terasa sunyi. Hanya suara hakim yang memimpin sidang terdengar.“Karena tergugat tidak hadir dan telah memberikan kuasa penuh kepada kuasa hukumnya untuk menerima gugatan, serta telah menyatakan menerima permohonan penggugat, maka... Pengadilan Agama memutuskan untuk mengabulkan gugatan cerai penggugat, Dina Ardhiani, terhadap Danang Sahputra Prasetyo.”Ketukan palu hakim terdengar nyaring.Dina memejamkan mata, menahan air mata yang mengambang di pelupuk matanya. Di sampingnya, Vina menggenggam tangannya erat, memberi kekuatan.Semua keluar dalam keadaan campur aduk. Ada sedih dan ada perasaan lega.Di luar ruang sidang, Aini memeluk putrinya. “Sudah selesai, Nak. Sekarang kamu bisa mulai dari awal, tanpa luka yang sama.”"Bangkitlah, demi mereka." Hanum memeluk Dina."Semangat kak," ucap Deni."Strong Din," ujar Alma yang terus ada mendampinginya.Dina menganggukkan kepalanya menatap wajah-wajah yang selalu memberinya semangat.Dari pengadilan agama, Dina langsung men
Dernière mise à jour: 2025-07-15
Chapter: Bab 188Ruangan rumah sakit itu dipenuhi aroma antiseptik. Suara detak alat monitor berdentum pelan, menghitung detak jantung Danang yang masih berbaring lemas di atas ranjang.Endang duduk di sisi ranjang dengan wajah murung, sesekali menyeka air matanya dengan tisu. Sementara Dinda berdiri di dekat jendela, mondar-mandir dengan gelisah.Danang mengerang pelan. Kepalanya tampak berat dan matanya enggan terbuka. Ia sudah dua kali muntah dalam dua jam terakhir."Mas?" panggil Dinda cemas, menghampiri.Danang hanya menggeliat, memegangi kepalanya sambil mendesah kesakitan.Tak lama kemudian, pintu kamar diketuk pelan lalu terbuka. Seorang dokter pria masuk, mengenakan jas putih dengan papan nama bertuliskan: dr. Reza – Sp.S (Spesialis Saraf). Di belakangnya, seorang perawat mendorong alat bantu portable."Bu Endang? Kami sudah lakukan
Dernière mise à jour: 2025-07-14
Chapter: Bab 187Kelopak mata Danang perlahan terbuka. Cahaya lampu ruangan terasa menyilaukan, membuatnya menyipit. Napasnya masih berat, dadanya naik turun pelan. Untuk beberapa detik, ia hanya memandangi langit-langit, mencoba menyadari di mana ia berada.“Mas… Mas Danang…” suara lembut Dinda memanggil, terdengar serak menahan tangis.Endang yang duduk di sisi ranjang langsung berdiri. Matanya sembab, tapi kini menyala haru.“Alhamdulillah, kamu sadar, Nak…” ucapnya lirih.Danang memutar kepala perlahan, dan mulutnya bergerak.“Ma… aku… kenapa aku di sini?”Suara itu parau. Lirih. Hampir seperti bisikan.Dinda mendekat, menaruh tangannya di lengan Danang.“Mas… Mas tadi pingsan di pengadilan. Kita langsung bawa ke r
Dernière mise à jour: 2025-07-13
Chapter: Bab 186Endang mulai panik.“Danang! DANANG!” teriaknya keras, berlari menghampiri.Danang mencoba berdiri tegak, tapi tubuhnya tak sanggup menahan beban emosi dan tekanan fisik yang memuncak. Dalam sekejap, ia terhuyung dan—BRUK!Tubuhnya ambruk menghantam lantai marmer pengadilan. Kepalanya nyaris membentur keras jika Dinda tak segera menahan bagian belakangnya. Namun tetap saja, tubuh itu jatuh lemas."DANANG!!" Endang menjerit. Suaranya menggetarkan udara. Orang-orang di sekitar langsung menoleh, beberapa berlari mendekat.Dinda berlutut, memegangi kakaknya dengan gemetar. "Mas! Mas, bangun! Jangan begini… Mas, bangun dong!" Suaranya pecah. Matanya berkaca-kaca.Endang menjerit ke arah petugas. “Tolong! Panggil ambulans! Anak saya pingsan!”Kerumunan mulai
Dernière mise à jour: 2025-07-12
Chapter: Bab 185Setelah pembukaan persidangan oleh Majelis Hakim, sidang kedua dilanjutkan dengan agenda mediasi, sesuai aturan hukum agama yang berlaku. Hakim menunjuk Hakim Mediator yang berbeda dari Majelis Hakim yang menyidangkan perkara ini.Setelah proses administrasi selesai, baik Danang maupun Dina, masing-masing didampingi oleh pengacara mereka—Rani dan Vina—diminta masuk ke ruang mediasi yang terpisah dari ruang sidang utama. Namun, dalam ruang mediasi, hanya pihak yang bersengketa yang diperbolehkan hadir. Pengacara, keluarga, maupun pendamping tidak diperkenankan masuk.Di ruang mediasi:Hakim Mediator, seorang pria paruh baya dengan raut wajah tenang, membuka sesi dengan senyum ringan."Selamat pagi, Bapak Danang dan Ibu Dina. Saya ditugaskan sebagai mediator dalam perkara kalian. Tujuan mediasi ini adalah mencari titik temu dan rekonsiliasi, jika masih memungkink
Dernière mise à jour: 2025-07-11
Chapter: Bab 184Pengadilan Agama pagi itu masih sepi. Hanya petugas keamanan dan beberapa staf yang tampak sibuk membuka berkas-berkas dan menyiapkan ruang sidang.Jam masih menunjukkan pukul delapan lebih sedikit saat mobil yang dikemudikan Dinda berhenti di halaman parkir. Danang turun dengan jas rapi dan wajah penuh harap. Di belakangnya, Endang menyusul keluar dari mobil."Masya Allah, Danang… ini belum juga mulai. Kamu bawa kita pagi-pagi sekali, orang kantor pengadilan juga belum siap semua," omel Endang, mamanya, sambil merapikan kerudungnya yang sedikit miring karena tergesa-gesa.Danang hanya diam. Tatapannya menatap ke arah gedung, lalu ke jam tangannya. Nafasnya pendek-pendek. Gugup jelas terbaca dari gerakan tangannya yang bolak-balik membetulkan letak dasi. Dia duduk, lalu berdiri celingukan melihat parkiran. Terlihat sekali ia gelisah.Dinda memandang sekeliling dan b
Dernière mise à jour: 2025-07-10
Chapter: Bab 25 Dia bukan kamuDanang menatap ponselnya lama, rahangnya mengeras seolah menahan beban pikiran yang berat. Napasnya terdengar berat, sebelum akhirnya ia bergumam pelan, namun cukup jelas untuk membuat Yoga berhenti menyeruput kopinya yang sudah hampir habis.“Yog… Aku berpikir Dina selingkuh,” ucap Danang dengan nada yang penuh keraguan.Yoga langsung menoleh cepat menatap Danang, alisnya terangkat tinggi, menunjukkan betapa terkejutnya ia dengan pernyataan sahabatnya itu. “Apa?” suaranya meninggi tanpa sadar, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengar. “Lo ngomong apa barusan?”Danang menatap meja kayu yang tergores, jemarinya mengetuk gelisah di permukaan meja seolah mencari jawaban dari pikiran yang mengganggu. “Aku cuma… kepikiran aja. Waktu dia minta cerai, bukan hanya karena aku, tahu kan. Bisa aja kan… selama ini dia udah punya laki-laki lain yang lebih baik dariku.”Yoga menatapnya tak percaya, wajahnya menunjukkan campuran antara kekecewaan dan rasa khawatir. “Astaga, Dan... ! L
Dernière mise à jour: 2025-09-30
Chapter: Bab 24 Curiga Akhirnya, Endang membuka suara, mencoba memecah keheningan yang mencekam. "Apa tidak dipertimbangkan lagi, Din? Sekarang ini sangat sulit untuk mencari pekerjaan. Di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu seperti ini, keputusanmu bisa berisiko. Mama hanya ingin yang terbaik untukmu."Dinda menatap mamanya dengan tatapan penuh keyakinan. "Sudah, Ma. Aku sudah mantap untuk resign. Ini adalah keputusan yang sudah aku pikirkan matang-matang. Aku ingin mengejar impianku yang lain, meskipun ini berarti meninggalkan pekerjaan yang selama ini aku cintai," kata Dinda memberikan alasan agar mamanya percaya dengan pilihannya untuk resign dari pekerjaannya.Endang menghela napas, merasakan beratnya keputusan itu. "Baiklah. Semoga tidak ada penyesalan di belakang hari," kata mamanya dengan nada lembut, meski di dalam hatinya, ia merasa khawatir akan langkah yang diambil putrinya.Tiba-tiba, Danang memecah keheningan yang kembali melanda. Suaranya terdengar sedikit bergetar, menandakan bahwa ia
Dernière mise à jour: 2025-09-29
Chapter: Bab 23 Bahagia dan duka Dina menutup telepon dengan wajah berbinar, seolah cahaya matahari baru saja menyinari hidupnya. Senyum bahagia yang menghiasi wajahnya belum juga hilang saat ia menoleh pada bundanya, yang sedang sibuk melipat pakaian yang baru diangkat dari jemuran. Dengan suara penuh semangat dan antusiasme yang tak terbendung, ia berkata, “Bunda, barusan aku dapat pesanan besar untuk menjahit seragam baju PKK!”Bunda, yang tengah fokus pada pekerjaannya, langsung menoleh dengan mata berbinar, seolah mendengar berita paling menggembirakan dalam hidupnya. “Alhamdulillah,” ucapnya lega dan gembira, seolah beban yang selama ini menggelayuti hati mereka mulai terangkat. “Itu kabar bagus sekali, Din! Rezeki kamu memang selalu datang di saat yang tepat. Ini adalah tanda bahwa semua kerja keras dan usaha yang kamu lakukan tidak sia-sia.”Dina merasakan dadanya hangat dipenuhi rasa syukur yang mendalam. Setelah melewati masa-masa sulit pascacerai, di mana setiap hari terasa berat dan penuh tantangan, pesan
Dernière mise à jour: 2025-09-28
Chapter: Bab 22 Bersalah Dina sedang duduk di teras belakang rumah sambil menatap langit yang gelap. Ketika ponselnya bergetar, sebuah pesan masuk. Nama yang muncul di layar membuatnya tertegun: Dinda.Sejak perceraiannya dengan Danang, ini adalah pertama kalinya Dinda, adik Danang menghubunginya lagi. Jantung Dina berdetak lebih cepat. Jemarinya sempat ragu sebelum membuka pesan tersebut.“Hai, Kak Dina. Apa kabar? Sudah lama kita nggak ngobrol,” tulis Dinda.Dina menatap layar cukup lama sebelum akhirnya menjawab. Ada rasa hangat sekaligus getir yang menyelinap di dadanya. Ia masih ingat betapa dekatnya mereka dulu, seperti kakak dan adik kandung.“Aku baik, Din. Kamu sendiri bagaimana?” tulisnya pelan.Balasan datang cepat. “Aku baik juga, Kak. Tapi… sebenarnya aku pengin curhat. Aku baru putus sama Rizal.”Dina membelalakkan mata, kaget membaca pesan itu. Putus? Dinda dan Rizal selama ini terlihat begitu serius. Jemari Dina menari cepat di atas layar.“Din… kok bisa? Kenapa kalian putus?” tanyanya.Balasa
Dernière mise à jour: 2025-09-27
Chapter: Bab 21 Sedih“Dan, ada yang ingin aku tunjukkan,” ucap Yoga pelan, sambil menatap wajah Danang dengan sorot mata yang penuh keraguan.Danang mengerutkan keningnya, rasa penasaran mulai menggelora dalam dirinya. “Ada apa?” tanyanya dengan nada yang menunjukkan ketertarikan.“Ini… mantan istrimu, kan?” Yoga bertanya, suaranya bergetar sedikit, seolah takut akan reaksi yang mungkin muncul.Perlahan, Yoga mengangkat ponselnya dan menunjukkan sebuah foto di layar ponselnya kepada Danang. Danang mencondongkan tubuhnya, memicingkan mata untuk memastikan apa yang dilihatnya. “Iya… itu Dina. Duduk di depannya itu Deni, adiknya, dan bundanya,” jawabnya. Suaranya terdengar datar, tetapi matanya mulai menunjukkan rasa rindu yang mendalam.“Di mana ini?” tanyanya dengan cepat, nada suaranya meninggi seolah tidak sabar menunggu jawaban.“Kemarin. Aku melihatnya di mal,” jawab Yoga, suaranya semakin pelan, seolah takut akan reaksi Danang yang mungkin tidak terduga.“Kursi roda?” Danang menatap foto itu lebih la
Dernière mise à jour: 2025-09-26
Chapter: Bab 20 Bertemu “Mas, lihat apa sih?” suara perempuan itu terdengar curiga. Pria di depannya yang sedari tadi tampak menatap ke satu arah dengan tatapan yang penuh perhatian, sedikit tersentak, seolah baru saja terbangun dari lamunannya. “Nggak… nggak lihat apa-apa,” elaknya cepat. “Bohong!” sang perempuan langsung mencondongkan tubuhnya ke depan, matanya menyipit, menatap dalam-dalam ke mata pria itu yang jelas-jelas masih menyimpan kilatan penasaran yang sulit disembunyikan. “Mata mas itu nggak berkedip, dari tadi ngelihatin ke arah sana. Ke arah wanita yang duduk di kursi roda, kan?” Suaranya kini lebih mendesak, seolah ingin memaksa pria itu untuk mengakui sesuatu yang tak ingin dia ungkapkan.“Cuma… kebetulan aja ke situ. Bukan lihat apa-apa,” katanya dengan nada yang berusaha terdengar meyakinkan.“Siapa wanita itu? Selingkuhan mas, ya?” nada suaranya kini terdengar lebih tajam, walau ada senyum tipis yang menahan kekesalan, menciptakan suasana tegang di antara mereka. Dia ingin tahu lebih ba
Dernière mise à jour: 2025-09-25
Chapter: Bab EndingSetelah dua Minggu berada dalam perawatan rumah sakit, Alex diizinkan untuk pulang. "Akhirnya, mas bisa pulang," ujar Alex. "Mas, baring saja ya. Pasti letih dalam perjalanan dari rumah sakit," ujar Rania. "Mas mau duduk dibalkon saja, mas rindu melihat langit." Alex menolak, saat disuruh istirahat oleh Rania. "Apa mas tidak letih?" tanya Rania. "Tidak sayang," ujar Alex. Blush.. Pipi Rania merona merah, saat mendengar ucapan sayang yang keluar dari mulut Alex. Perkataan yang dulu sering diucapkan Alex saat mereka masih pacaran. "Sudah lama aku tidak melihat wajah malu-malumu sayang," ujar Alex. "Ih..mas Alex, ayo. Biar Rania tuntun ke balkon. Katanya mau duduk diluar," ujar Rania. Rania memegang Alex yang berjalan masih lemah, dan membantunya untuk duduk. "Sini sayank," ujar Alex dengan menepuk kursi si sisinya. "
Dernière mise à jour: 2022-03-26
Chapter: Bab 75 Ada apa dengan AlexPernikahan Rania sudah memasuki hari Minggu, Rania masih tidak bisa menunjukkan sikap hangat yang ditunjukkan oleh Alex. Setiap malam, Rania tidur bersama Devan dikamar sang putra. Dan tiap malam juga, Alex selalu mengangkat Rania unt
Dernière mise à jour: 2022-03-15
Chapter: Bab 74 Nikah terpaksaAlex terus mengirim video panas antara dirinya dan Rania, entah darimana Alex mendapatkan nomor ponselnya Rania. Sesaat, Rania tidak mengindahkan apa yang dilakukan oleh Alex. Tapi lama-kelamaan, pikiran Rania kacau. Beban pikiran membuat dia tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan baik, apa yang terjadi pada Rania tidak lepas dari pengamatan orang-orang disekitarnya. Hubungan dengan Yoseph semakin dekat, tetapi video yang dikirim oleh Alex semakin panas. Membuat pikiran Rania bercabang. Derrtt.... Bunyi ponsel Rania bergetar. "Apa lagi yang dikirim oleh orang sinting itu." Ngedumel Rania, karena matanya yang baru ingin terpejam. Kini terbuka kembali. Karena pesan yang dikirim oleh Alex, sudah dua kali Rania mengganti nomor ponselnya. Tetapi, Alex mendapat nomor ponsel barunya. Dan video panas terus dikirim oleh Alex, sampai Rania tidak ingin menggunakan ponselnya. Rania curiga, ada orang dalam yang memboc
Dernière mise à jour: 2022-02-13
Chapter: Bab 73 AncamRania duduk di ranjang, di sampingnya. Baby Devan tidur dengan nyenyak. Pintu terbuka, dengan masuknya Bude Maria. "Mereka sudah pulang," ucap Bude Maria, tanpa ditanya Rania. "Bagaimana?" tanya Bude Maria. "Bagaimana apanya Bude?" balas Rania yang bertanya. "Alex ingin mengakui putranya. "Tidak Bude, sampai kapanpun, Rania tidak akan mengenalkan dia kepada Devan. "Jangan mengambil keputusan dengan emosional, itu tadi, mengenai pernikahan. Apa Rania sudah menerima lamaran Nak Yoseph?" Rania terdiam, dia bingung menjawabnya. Tadi dia mengatakan itu, karena emosi kepada Alex. "Jangan paksakan menerima lamaran Alex, jika tidak ada rasa didalam sini," ucap Bude sembari memegang dadanya. *** Alex masuk kedalam hotel dalam keadaan marah, me
Dernière mise à jour: 2022-02-02
Chapter: Bab 72 Marah"Apa..!? teriak Jesi dari sambungan telepon, hingga memekakkan telinga Rania. "Jes, pelankan suaramu..!" seru Rania. "Kau sungguh-sungguh di lamar Yoseph?" tanya Jesi, yang tidak percaya dengan apa yang baru di sampaikan oleh Rania. "Serius, untuk apa aku berbohong. Bagaimana Jes? Apa yang harus aku lakukan?" tanya Rania. "Untuk apa kau pikirkan lagi, terima. Kau harus menerima lamaran itu.." ucap Jesi dengan bersemangat. "Tapi aku tidak mencintainya, Jes.." ucap Rania. "Belum, kau belum mencintainya. Tapi tidak mungkin kau tidak akan mencintainya, Yoseph orangnya sudah matang. Dia tidak akan seperti orang itu, yang akan mempermainkan wanita," ucap Jesi dengan lantang. Mendengar perkataan Jesi, Rania terdiam. "Duh.. kenapa aku menyebut laki-laki itu." batin Jesi. "Ran..!" Panggil Jesi. "Rania..!" Panggil Jes
Dernière mise à jour: 2022-01-27
Chapter: Bab 71 Hasil DNA Leo menatap wajah Alex, kemudian menghela napas. "Ada apa? apa hasilnya? apa bukan anakku?" tanya Alex dengan nada suara yang lemas dan khawatir. Leo memberi surat hasil DNA yang telah dibacanya kepada Alex. "Apa hasilnya? Katakan saja," ucap Alex yang takut untuk membacanya, karena hasilnya tidak sesuai dengan apa yang ada didalam pikirannya. "Baca sendiri." Leo memberikan surat tersebut kepada Alex. Alex menerimanya dengan tangan gemetar, matanya terbelalak. Setelah membaca hasil tes DNA tersebut. "Putraku Leo, dia putraku..!" seru Alex dengan tidak percaya, apa yang tertera didalam surat hasil tes DNA tersebut. "Ya, dia putramu. Putra yang tidak kau ketahui keberadaannya, seorang putra yang kehadirannya keduniaan ini diakibatkan oleh dendammu pada orang yang tidak bersalah," ucap Leo. Deg. Hati Alex sakit, mendengar apa yang dikatakan
Dernière mise à jour: 2022-01-22